Jinyoung menunduk malu. Sekarang setelah Daehwi tahu semuanya, bagaimana ia bisa tertawa seperti itu? Bukankah seharusnya ia merasa marah karena secara tidak langsung Jinyoung sudah menganggap kekasihnya sebagai jelmaan kekasih Jinyoung?

"Aku dan Hun sudah berpisah." Ucapan Daehwi itu membuat Jinyoung mengangkat kepalanya dengan seketika. Ekspresi bersalah menghiasi wajah Jinyoung.

"Kenapa?" tanyanya merasa bersalah.

Tapi Daehwi justru tertawa melihat wajah Jinyoung itu.

"Tenang saja, aku tidak melakukannya karenamu. Aku bahkan sudah mengakhiri hubungan kami sebelum aku tahu tentang masa lalumu." Tanpa Jinyoung sadari ia menghembuskan napas lega. Dan itu membuat Daehwi kembali tersenyum lebar.

"Sejak awal hubunganku dan Hun memang tidak serius. Kami hanya sering bertemu di arena balapan ketika aku mengantarkan Guanlin untuk bertanding. Bertukar sapa beberapa kali dan akhirnya terjalinlah hubungan ini."

Itukah alasan kenapa Jinyoung lebih sering melihat Daehwi menghabiskan waktu dengan Guanlin daripada dengan Hun? Semuanya sekarang terdengar masuk akal.

"Setelah kepindahanmu kesini, aku sering melihat Hun memperhatikanmu. Dan aku juga mendapatimu sering menatap Hun dengan tatapan yang sulit aku artikan. Aku memilih untuk mengakhiri hubunganku dengan Hun karena aku tahu bahwa dia sebenarnya menyukaimu, Jinyoung. Tidak kah kau merasakannya ketika dia menyelamatkanmu dari truk siang itu?"

Ingatan Jinyoung melayang pada kejadian beberapa bulan yang lalu. Saat itu ia tidak bisa memikirkan apa-apa selain kondisi Hun.

"Kalian saling menyukai, jadi untuk apa aku berdiri di tengah-tengah dan menghalangi kesempatan kalian untuk bersama?" Daehwi menarik napas dalam sebelum melanjutkan.

"Masa lalu memang bagian penting dalam hidup kita. Tapi, Jinyoung... Tidak selamanya masa lalu itu perlu dikenang ataupun ditakuti. Jika masa lalu itu menyakitimu, maka buang jauh-jauh. Jika masa lalu itu menakutimu, kau harus melawannya dengan menjalani masa depanmu seberani mungkin." Daehwi menggenggam tangan Jinyoung erat. Seolah menyalurkan kekuatan pada pemuda 19 tahun itu.

"Jinyoung-ah, kau harus kuat... Karena kalau kau lemah, maka masa lalu itu akan terus menghantuimu. Mengikutimu kemana pun kau pergi seperti stalker gila yang pada akhirnya akan membunuhmu."

Setelah mendengar kalimat Daehwi itu beban yang selama ini menumpuk di hati Jinyoung langsung menguap. Ia tidak tahu apa alasannya. Tapi Jinyoung mendapati dirinya merasa begitu bebas. Kelegaan yang ia rasakan saat ini benar-benar membuat tubuhnya ringan.

"Aku tahu masalahmu dan Hun tidak sesederhana ini, tapi sepertinya sekarang kau sudah menemukan jawaban yang kau cari, 'kan?" Untuk pertama kalinya sejak Daehwi masuk ke kamarnya beberapa menit yang lalu, Jinyoung baru bisa membalas senyum Daehwi.

Senyum tulus pertama yang Daehwi lihat. Dan jujur saja, ia lebih menyukai senyum ini daripada senyum-senyum kaku yang selama ini Jinyoung berikan padanya.

"Terima kasih, Hwi hyung."

Dan Daehwi lebih suka panggilan yang diberikan Jinyoung padanya kali ini.



* * *



Akan tetapi, kebahagiaan Jinyoung tidak berlangsung lama. Karena malam itu ia kembali mendapatkan mimpi buruk. Bedanya, kali ini mimpinya bukan tentang Jihoon. Melainkan, Hun...

Kejadiannya sama. Berawal dengan indah tentang kebersamaan mereka dan berakhir dengan Jinyoung yang menangis terisak-isak karena kematian kekasihnya. Dan malam ini Hun-lah yang menjadi sosok sang kekasih itu. Kilasan rambut cokelat terang itulah yang membuat Jinyoung terbangun dari mimpi buruknya sambil menjerit ketakutan.

If It Is You • WinkDeepWhere stories live. Discover now