Jinyoung bersiap berteriak ketika tiba-tiba ia merasa tubuhnya tersentak ke belakang dan menabrak dada seseorang.
"Jangan pernah berani menyentuhnya, keparat!" Jinyoung sangat terkejut mendengar suara familiar itu. Ia segera menoleh ke belakang dan melihat Hun berdiri tegak tepat di belakangnya.
"Hun?!" seru Jinyoung antara kaget dan juga bahagia karena akhirnya ia bisa melihat pemuda itu lagi.
Hun tidak memberi kesempatan Jinyoung untuk membuka mulutnya lebih jauh karena ia dengan buru-buru menarik tangan Jinyoung dan menyeretnya pergi.
"Apa yang kau lakukan? Kita mau kemana?"
Hun mengabaikan semua pertanyaan Jinyoung dan terus membawa pemuda itu ke area belakang tempat pesta. Musik terdengar tidak terlalu kencang dari sini. Hun membuka pintu kamar mandi dan mendorong tubuh Jinyoung ke dalam. Setelah memastikan pintu terkunci Hun berbalik menghadap Jinyoung dan menatapnya tajam.
"Apa yang kau lakukan disini?!" Pertanyaan pertama Hun itu terdengar begitu mengintimidasi. Membuat nyali Jinyoung mengkerut.
"Aku... Tidak tahu," jawab Jinyoung berterus terang. Karena memang ia sendiri tidak tahu kenapa ia ada di sini. Ia hanya menuruti ajakan Daehwi tanpa tahu apa yang harus ia lakukan di sini.
"Brengsek! Kau benar-benar membuatku gila, Bae Jinyoung!" Dengan berakhirnya kalimat itu, Hun segera mendorong tubuh Jinyoung ke tembok dan menutup jarak yang memisahkan mereka dengan sebuah ciuman kasar.
Jinyoung benar-benar terkejut dengan tindakan Hun itu, tapi ia tidak bisa menemukan kekuatan untuk mendorong pemuda tersebut. Ia memejamkan matanya dan membiarkan Hun menyerang bibirnya tanpa ampun.
Jinyoung merasakan perasaan marah dan juga frustasi melalui ciuman Hun. Membuat dadanya sesak. Dirinyakah yang menjadi alasan kekalutan Hun ini?
Jinyoung memilih untuk tidak memikirkan apapun sekarang. Ia tidak ingin bertanya kenapa ataupun bagaimana untuk saat ini. Ia hanya ingin menikmati kehadiran Hun dalam pelukannya. Mengenang bagaimana rasa bibir Hun di atas bibirnya.
Jinyoung secara refleks melingkarkan kedua lengannya ke leher Hun. Mencengkeram erat surai cokelat terang Hun dengan jemarinya ketika pemuda itu memperdalam ciumannya.
Jinyoung pun membalas ciuman Hun tak kalah dalamnya. Lidah mereka saling membelit. Namun pada akhirnya tetap Hun yang menguasai permainan. Jinyoung dapat mengecap gabungan rasa getir dan juga manis dari mulut Hun. Sepertinya pemuda itu sudah minum lumayan banyak.
Napas Jinyoung tersenggal-senggal ketika Hun melepaskan pagutannya. Bibirnya kini menyusuri rahang Jinyoung. Kemudian terus turun hingga mencapai leher putih Jinyoung. Hun menghirup aroma memabukkan yang menguar dari leher Jinyoung. Membuatnya tidak tahan untuk tidak meninggalkan bekas di sana.
"Akh!" pekik Jinyoung ketika Hun berhasil meninggalkan tanda di lehernya. Tapi Hun tidak berhenti sampai disitu. Ia menjilati tanda yang barusan ia buat pada Jinyoung dengan ujung lidahnya kemudian sekali lagi mengisap daerah bertanda itu. Membuatnya berwarna semakin merah.
Hun mengulangi perbuatannya beberapa kali lagi sampai ia yakin kalau besok tanda itu akan berwarna merah gelap dan Jinyoung tidak akan pernah bisa menutupinya.
Desahan pertama Jinyoung keluar ketika Hun mencium daun telinganya. Seketika itu juga bulu kuduk Jinyoung meremang. Lututnya melemas dan kejantanannya bangun.
Merasakan hal itu, Hun semakin menempelkan tubuhnya pada tubuh Jinyoung. Menggesekkan kejantanannya pada kejantanan Jinyoung sembari meremas bongkahan pantat Jinyoung yang terbungkus skinny jeans biru muda.
YOU ARE READING
If It Is You • WinkDeep
FanfictionBae Jinyoung kehilangan kekasihnya dalam sebuah kecelakaan. Kekasihnya yang teramat ia cintai. Sang belahan jiwa, Park Jihoon. Ketika Jinyoung sudah mulai menata kembali hidupnya tanpa Jihoon, apa yang akan terjadi ketika Tuhan memberinya kesempatan...
02 (END)
Start from the beginning
