Chapter 7

138K 11.4K 1.1K
                                    

"Grafitasi bumi itu semakin berat dalam tiga kondisi; saat membaca Al-Qur'an, saat adzan subuh dikumandangkan, dan saat organ hati terlalu jatuh untuk seseorang."

____________

PINTU masuk aula terus menerus saya tatap berulang, berharap seseorang masuk dari sana dengan wajah memerah karena berlari. Sayangnya sampai kuliah umum saya selesai, Nafisya tidak kunjung memunculkan wajahnya. Kemana lagi anak itu? Sudah saya tegaskan berulang kali untuk selalu meghargai waktu.

Sebenarnya disemester terakhir ini Nafisya tidak begitu banyak kelas, atau bahkan tidak ada kelas sama sekali. Dia benar-benar difokuskan hanya untuk menyusun skripsi. Namun untuk mengisi Diploma Supplementnya atau lebih dikenal SKPI, dia diharuskan aktif dalam berbagai kegiatan dan mengumpulkan sebanyak-banyaknya sertifikat. Entah sertifikat dari olimpiade, kerja lapangan, KNN, seminar-seminar tentang kesehatan, kuliah umum, atau dari organisasi mahasiswa.

"Untuk pertemuan terakhir di kuliah umum anfisman minggu depan, dosennya masih saya. Setelah membahas hormon korteks ginjal hari ini. Kita bahas ulang materi hormon insulin, tiroid dan paratiroid. Silakan pimpin berdo'a."

"Oh iya, sebelum itu saya punya peraturan tersendiri kalau saya yang ngajar di kelas. Saya tidak mau kalian mencatat apapun selama ada yang berbicara di depan, atau selama diskusi berlangsung. Siapa pun itu, baik saya atau teman kalian yang sedang presentasi."

"Kalian diperbolehkan mencatat setelah saya selesai berbicara. Ada yang keberatan?" tanya saya. Semua diam, ada dua katagori diam. Pertama mereka sepakat, kedua mereka tidak sepakat hanya saja tidak berani berbicara dan hanya berani mengumpat di dalam hati.

"Ini universitas, dan status kalian adalah mahasiswa. Mungkin malah ada mahasiswa semester akhir yang terpaksa ikut kelas saya karena tuntutan sertifikat sebagai salah satu syarat untuk bisa mengikuti sidang. Tapi bukan saatnya kalian belajar ilmu dasar lagi, kalian harus terbiasa belajar ilmu terapan."

"Mencatat boleh? Sangat boleh, tidak ada yang melarang. Bahkan Imam Asy Syafi'i rahimahullah berkata, Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya. Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat. Termasuk kebodohan kalau engkau memburu kijang. Setelah itu engkau tinggalkan terlepas begitu saja. Tapi perhatikan waktunya, hargai ketika ada orang yang berbicara di depan, siapapun itu. Bukan hanya dosen saja."

"Tapi ... ketika ada kuis nanti. Saya nggak suka kalian dapet nilai A cuma karena keterampilan kertas, bermodalkan seberapa banyak kata yang bisa kalian hafal dari buku terus kalian tulis ulang di kertas ujian, atau malah searching nyari jawabannya di internet. Dunia kerja itu gak butuh IPK yang besar, gak butuh nilai akademik yang A plus semua, tapi butuh keterampilan dan akhlak kalian yang professional."

Bagi saya pintar teori saja tidak menghasilkan apapun. Bukankah Allah memberikan pahala pada orang-orang yang mengerjakan shalat, bukan pada orang yang hafal bacaan shalat? Mengerjakan sudah pasti hafal, tapi yang hafal belum tentu mau mengerjakan.

"Saya tahu kalian tidak sepakat dengan aturan yang saya terapkan ini, saya mengalami masa-masa dimana dosen favorit adalah dosen yang jarang masuk, jarang ngasih tugas, sekalinya ujian boleh open book atau take home."

"Saya juga mengenal istilah 'titip absen' tapi disini kalian adalah calon-calon tenaga medis. Kalau kalian hanya mengandalkan pengetahuan, kalian kalah saing dengan google. Tapi kalau akhlak kalian bagus, kalian menang. Karena google nggak punya semua itu."

"Ada yang mahasiswa baru disini? Disemester pertama masuk farmasi, kalian pasti dikenalkan apa definisi obat, obat itu racun dalam kadar yang sedikit, makanya logo farmasi itu cawan sama ular. Bayangkan kalau dokter sudah mendiagnosis dengan baik, para analis kesehatan dan radiologi sudah melakukan pengujian dengan baik. Lalu obat yang kalian berikan ternyata salah."

Wa'alaikumussalam Pelengkap Iman ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang