Will We Ever Play Again

47 4 0
                                    

Perpisahan kita terasa begitu menyakitkan. Melihatmu menangis saat itu, membuatku tidak bisa menahan air mataku sendiri. Padahal kau yang membuat janji untuk melalui ini semua bersama. Ekspresi semangatmu saat itu membuatku ikut tersenyum dan mengiyakan saja perkataanmu. Karena sungguh, aku menyukai keberadaanmu didekatku, aku menyukai candaan kita, aku menyukai saat kau berbicara dan tersenyum. Semua itu yang membuatku selalu tersenyum dan ceria.

Saat aku memberi pelukan terakhir padamu, hangat tubuhmu, erat pelukanmu, air matamu dipundakku, membuatku tak ingin melepaskanmu. Tapi aku sadar betul aku harus melepasmu. Jadi saat itu aku menepuk punggungmu, melepas pelukanku dan berusaha tersenyum padamu. Karena aku berharap melihat senyummu untuk terakhir kalinya. Tapi kau masih tidak bisa menghentikan air matamu.

Hatiku mencelos. Aku benar-benar tidak ingin melepasmu. Aku tidak ingin orang lain berada disampingku. Walau aku berusaha ikhlas, aku tetap menanyakan kenapa kau harus pergi. Walau aku berusaha tegar, aku tetap menyesali perpisahan ini.

Aku ingat saat kita pertama bertemu. Semuanya terasa canggung. Tapi kita akan bersama mulai saat itu, jadi aku harus menyesuaikan diri, pikirku. Semua berjalan dengan lancar dan semua orang nampak senang. Kau nampak tidak nyaman tentang beberapa pikiran orang-orang, sementara aku tidak mendengar apa yang orang bilang dan hanya menikmati setiap kegiatan kita bersama. Aku senang ketika kau akhirnya mengacuhkan orang lain dan menikmati apa yang kita lakukan.

Bertukar dialog bersamamu, melihatmu dengan berbagai ekspresi, melakukan gerakan-gerakan sulit bersamamu selalu menyenangkan. Saat kau ada di sisi lain, mataku tak bisa berhenti mengikutimu.

Aku terkesima padamu. Pandangan tajammu padaku, cengkramanmu di lenganku, senyuman tersembunyimu saat aku melakukan sesuatu, teriakan marahmu, nafas terengahmu diwajahku saat kau menarikku terlalu dekat, aku menyukai apapun yang kau lakukan padaku. Aku ingin selalu merasakannya darimu.

Tapi, aku hanya bisa merasakan perih di dadaku dan panas di mataku setiap ingat kau tak ada untuk melakukan semua itu lagi denganku, saat melihat kau melakukan itu dengan orang lain.

Seluruh diriku merasa sakit setiap ingat kau akan melakukan apa yang biasa kita lakukan bukan denganku, tapi dengan orang lain. Kau akan tertawa dengan orang lain, kau akan menepuk punggung orang lain, kau akan merangkul orang lain.

Apa kau menikmati hidupmu yang baru? Apa kau menyukai keberadaannya disampingmu? Apa dia juga sesekali menggodamu sepertiku? Apa dia menyemangatimu sepertiku? Apa dia sepertiku? Apa dia berbeda dariku? Apa kau akan melupakan aku?

###

Perpisahan kita terasa menyakitkan. Saat mendengarmu berbicara dengan suara bergetar, menghancurkan hatiku. Melihatmu berusaha tersenyum dan berjalan padaku, membuatku tak kuasa menahan air mata. Padahal aku yang berjanji untuk selalu bersama. Aku tak bisa menghentikan diriku untuk mengatakannya, melihat betapa semangat, betapa cerahnya kau berbicara disampingku. Karena sungguh, aku menyukai keberadaanmu didekatku, aku menyukai candaan kita, aku menyukai saat kau berbicara dan tersenyum. Semua itu membuatku menyesal membuat janji yang akhirnya melukaimu.

Saat aku memberi pelukan terakhir padamu, hangat tubuhmu, erat pelukanmu, tepukanmu dipunggungku, membuatku tak ingin melepaskanmu. Aku hanya ingin mengeratkan pelukanku dan tak pernah pergi darimu. Tapi aku tahu aku harus, jadi aku melepaskanmu saat kau menarik diri. Aku berusaha menatap senyumanmu untuk terakhir kalinya. Sayang semua terlalu kabur oleh air mata.

Hatiku mencelos. Aku benar-benar tidak ingin pergi. Aku ingin menjadi orang yang berada disampingmu. Walau aku berusaha meyakinkan diri, aku tetap ingin berada disini. Walau aku berusaha berpikir benar, aku tetap ingin melanggar kenyataan ini.

Aku ingat saat kita pertama bertemu. Semuanya terasa canggung. Tapi kau dengan mudahnya mengubah semua itu hanya dengan keberadaanmu. Semuanya berjalan dengan sangat lancar, tapi kepalaku terganggu karena beberapa pemikiran orang lain. Saat itu aku bisa melupakan orang-orang itu karena kau nampak tak terpengaruh dan malah terlihat menikmati setiap kegiatan kita. Membuatku mensyukuri keberadaanmu dan bisa menikmati setiap kesibukan yang melelahkan bersama denganmu.

Bertukar dialog denganmu, melihat kau bergerak kesana-kemari dengan gesitnya, mendengar ocehanmu yang ceria menghangatkan hatiku. Walau kau ada di sisi lain, kau selalu berhasil menarik perhatianku.

Aku terkesima padamu. Pandangan kesalmu padaku, senyuman ceriamu saat berhasil melakukan sesuatu, kata-katamu yang terkadang polos dan selalu menyemangati, nafas terengahmu diwajahku saat aku menarikmu terlalu dekat, aku menyukai segala hal yang kau lakukan. Bagiku, kau adalah matahari yang cerah dan bersemangat.

Tapi, aku hanya bisa merasakan perih di dadaku dan panas di mataku setiap ingat sekarang semua yang kau lakukan bukan tertuju padaku, saat melihat kau melakukan itu untuk orang lain.

Seluruh diriku merasa sakit setiap ingat kau akan melakukan apa yang biasa kita lakukan bukan denganku, tapi dengan orang lain. Kau akan bertengkar dan kesal pada orang lain, kau akan menjahili dan menggoda orang lain, kau akan memeluk orang lain.

Apa kau menikmati hidupmu yang baru? Apa kau menyukai keberadaannya disampingmu? Apa dia juga memarahimu sepertiku? Apa dia mensuportmu sepertiku? Apa dia memberi apa yang kau butuh sepertiku? Apa dia berbeda dariku? Apa kau akan melupakan aku?

###

"Aku berharap kita terus bersama saja"

We Don't Talk AnymoreWhere stories live. Discover now