잡아줘

5.1K 521 46
                                    

"Dingin?"

Yoongi melirik kekasihnya yang baru melangkah masuk ke dalam balkon, membawa segelas tinggi cokelat hangat serta toples kue jahe dan sepiring marshmallow, selimut biru muda melingkar di tangannya, dan Yoongi sedikit terpekik saat pemuda itu menyampirkan lembut di atas bahunya dibarengi dengan kecupan sayang di atas pelipisnya.

Terkekeh, Jimin meletakkan nampan makanannya di atas meja di samping tubuh Yoongi yang meringkuk, lalu ia mendudukkan dirinya di kursi panjang yang sama dengan kekasihnya.

"Kenapa belum tidur, hm?"

Yoongi mengatupkan bibirnya sesaat, memejamkan mata menikmati angin malam yang membuai wajahnya dengan lembut. "Tidak mengantuk." Katanya kemudian.

Mengerutkan kening, Jimin melepas jas putih panjangnya yang berbau antiseptik dan menyampirkannya di lengan kursi. Yoongi seringkali merasa mual tiap menghirup aroma jas kerjanya, hingga ia berusaha menjauhkannya sebisa mungkin. "Kau butuh istirahat, Sayang." Katanya lembut. Menangkap jemari Yoongi yang terkepal di atas lututnya untuk ia genggam--berusaha memberi kehangatan dengan meremasnya lembut.

"Aku tidur sepanjang hari, Jim." Yoongi menikmati gerakan tangan Jimin yang memijit lembut setiap ruas jarinya, merasakan kehangatan menjalar tiap sapuan kulit hangat pemuda itu di atas jemarinya. Dan tidak membantah saat kekasihnya menarik tubuhnya agar bersandar pada tubuhnya.

"Kau tahu pasti bahwa kondisimu masih lemah." Gumam Jimin lembut. Suaranya terpecah oleh angin yang berhembus ringan yang menerbangkan beberapa helai surai kelamnya. Ia mengusap lembut lengan Yoongi yang dingin sembari membenarkan selimutnya--memastikan bahwa pemuda dalam pelukannya ini sudah sepenuhnya hangat.

Yoongi terkekeh. "Aku cukup kuat untuk meninjumu sekarang juga, kau tahu?"

Jimin tertawa. "Menurutmu aku takut?"

"Kau hanya perlu satu kata dan aku benar-benar bisa membuktikan perkataanku sekarang juga."

Satu kecupan kilat di atas bibirnya. "Aku tahu kau tidak akan melakukannya, kau terlalu mencintaiku."

"Jangan membual."

Tertawa kecil, Jimin mengangkat tangan untuk mengurai dan mengusap lembut rambut Yoongi yang sehalus sutra. Surai itu meluncur lembut di bawah sapuan tangannya hingga ia betah berlama-lama mengusapnya. "Aku hanya mengatakan yang sejujurnya, omong-omong. Apa aku salah?"

Yoongi mendongak. Menatap kedua mata kelam Jimin yang berpedar lembut. Ia membenarkan posisinya bersandar di dada Jimin saat pemuda itu merunduk untuk balik menatapnya, mendekatkan wajah lalu menciumi pelipisnya penuh afeksi. "Kau kedinginan?" bisiknya terlampau lembut.

Yoongi terkekeh, menggeleng tipis. "Menurutmu apa angin bahkan bisa menyentuhku saat kau mendekapku seperti boneka?"

Jimin terdiam. Sibuk menggerakan bibirnya dengan lembut di sepanjang pelipis Yoongi, tulang pipi, kedua matanya, lalu berakhir pada ujung hidungnya yang memerah--kontras sekali dengan kulit putihnya yang pucat. "Aku hanya ingin memastikan kau hangat."

"Hei, kau membuat wajahku basah." Gerutu Yoongi saat berusaha menjauhkan wajah Jimin, namun Jimin bahkan tak bergerak sedikitpun, masih terus menatapnya dengan jarak berbahaya yang membuat napas keduanya beradu.

Yoongi mengeliat risih saat Jimin terus menatapnya dengan intens, napasnya yang hangat menerpa wajahnya tanpa ampun.

Pemuda itu terdiam cukup lama hingga membuka mulutnya untuk bergumam pelan, "Aku akan membunuh diriku sendiri kalau sesuatu yang buruk terjadi padamu lagi."

Kedua mata Jimin berkilat terluka. Begitu merana saat mengangkat tangannya untuk mengusap pipi Yoongi yang penuh dengan garetan aspal, dalam hati kembali mengutuk dirinya sendiri dengan ribuan kalimat makian.

Peach and Cream 》 pjm+mygWhere stories live. Discover now