Saat dirasa sudah cukup mereka bergerak sedikit menjauh, kemudian salah satu dari mereka menyalakan korek api dan menjatuhkannya tepat di atas bensin yang sudah menyebar mengelilingi rumah Raya.

Setelah api mulai menyebar mereka segera menaiki mobil dan pergi dari tempat itu.

Tak lama kemudian warga yang melihat kobaran api dari rumah Raya pun berteriak meminta pertolongan dan seketika warga menghambur keluar rumah dan memenuhi sekeliling rumah Raya. Para tetangga pria juga membantu memadamkan api walau hanya dengan alat seadanya.

Raya terusik saat mendengar suara riuh dari halaman rumahnya. Beberapa kali Raya mengerjapkan matanya agar penglihatannya lebih jelas dan betapa terkejutnya Raya saat menyadari kamarnya dipenuhi asap dan api yang berkobar dibalik jendela kamarnya.

Raya berlari ingin keluar namun saat ia membuka pintu sebuah kayu besar yang telah dipenuhi api jatuh dan hampir saja menimpanya.
Raya shock, ia ketakutan dan panik. Diluar kamarnya api telah membakar semua barang-barangnya.
Raya menutup kembali pintu kamarnya dan memeluk kedua lututnya di lantai. Ia menangis dan meminta pertolongan.

"Mondy..... hiks...tolong.... Tolong aku Mon" Berkali-kali Raya menyebut nama Mondy dalam tangisnya. Berharap Mondy datang dan menyelamatkan dirinya dari keadaan ini.

Entah sudah berapa kali Raya berdoa kepada Tuhan agar ada orang yang menyelamatkan dirinya.
Sampai akhirnya asap yang memenuhi kamarnya yang tertutup membuat Raya sesak dan lemah. Raya pasrah apapun yang terjadi terjadilah. Dan perlahan kedua mata cantiknya telah tertutup sempurna.

***

Entah mengapa Mondy merasa gelisah dalam tidurnya. Berkali-kali ia mencoba mencari posisi yang membuatnya nyaman namun tetap saja matanya tak mau terpejam.
Keringat membasahi kening Mondy, dadanya terasa sesak dan sakit.
Pikirannya terus dipenuhi dengan Raya. Bahkan ia seperti mendengar lirihan memilukan dari gadis yang sangat dicintainya itu.

Mondy mengubah posisinya menjadi duduk. Ia mengambil handphonenya dan mencoba menghubungi Raya. Namun tak ada jawaban dari Raya.
Beberapa kali ia mengulanginya dan hasilnya tetap sama.
Sedang perasaannya semakin cemas.

Cukup sudah, Mondy segera mengganti pakaiannya dan segera mengendarai mobilnya menuju rumah Raya.
Ia membawa mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Hatinya seakan menuntutnya untuk segera sampai di rumah Raya.
Beruntung sudah larut malam dan jalanan sepi jadi Mondy tidak mendapati kendala apapun.

Saat mobilnya berada di dekat rumah Raya. Betapa terkejutnya Mondy melihat orang-orang berkumpul dan pemadam kebakaran mencoba memadamkan api dari rumah Raya.
Mondy segera berlari keluar dari mobilnya dan mendekati kerumunan orang-orang.

Deg

Mondy terpaku. Jantungnya seakan berhenti berdetak.
Rumah itu rumah Raya, rumah kekasihnya. Berada dalam kobaran api yang begitu besar.

Mondy menyadarkan dirinya dan berteriak histeris mencari Raya di kerumunan orang-orang. Namun ia tak menemukannya.

"RAYA DIMANA ?!!" Mondy mengguncang keras bahu salah satu pria yang membantu memadamkan api. Pria itu panik karena baru sadar bahwa orang di dalam rumah itu belum keluar.

Mondy semakin gila saat pria itu mengatakan bahwa Raya masih di dalam.
Tanpa pikir panjang Mondy berlari akan masuk ke dalam rumah Raya. Namun pasukan pemadam dan warga berusaha menahannya.

"LEPAS !! Raya ada di dalam, Raya dalam bahaya lepass !!!" Mondy berteriak histeris kepada orang-orang yang menahannya.

"Jangan pak biar kami yang masuk, ini sangat berbahaya buat bapak." ucap salah satu anggota pemadam kebakaran.

"ENGGAK !!" Mondy memberontak keras dan akhirnya  cekalan di tangannya terlepas. Dengan segera Mondy berlari mendekati rumah Raya.

Mondy berpikir sejenak sebelum akhirnya memilih mencari Raya di kamarnya dahulu.
Mondy mengambil pot bunga yang terletak di depan jendela kaca kamar Raya dan menghantamkannya berulang kali ke jendela sehingga kaca jendela itu hancur menjadi kepingan-kepingan kecil. Mondy merintih saat salah satu pecahan kaca justru mengenai tangannya dan membuat luka robek di punggung tangannya. Namun ia tak memperdulikan karena keselamatan Raya lebih penting sekarang.

Mondy memadamkan api di sekitar jendela dengan jaketnya kemudian segera masuk ke kamar Raya.
Dan betapa terkejutnya Mondy saat melihat Raya tergeletak tak sadarkan diri di lantai.
Mondy menghampiri Raya dan menepuk-nepuk pipinya berniat menyadarkan Raya. Namun Raya tak kunjung sadar.

Dengan sigap Mondy menggendong Raya dan membawanya menuju jendela.
Para anggota pemadam kebakaran yang melihat Mondy kesulitan membawa Raya keluar pun dengan sigap membantu.
Setelah berhasil keluar Mondy segera membawa Raya ke rumah sakit.

Di tengah kegiatannya menyetir tanpa sadar air mata Mondy menetes. Bukan karena sakit luka di tangannya, namun sakit karena melihat orang yang paling dicintainya terluka.

"Bertahan Ray." Mondy menggenggam erat tangan kanan Raya dengan sebelah tangannya dan mengecupnya seolah memberi kekuatan bagi Raya.

****

Sudah setengah jam Raya masih di dalam ruang pemeriksaan.
Mondy duduk menunggu dengan perasaan cemas dan khawatir.
Ia bahkan tidak terpikir untuk menghubungi Rasya atau pun kedua orang tuanya.

Pintu ruang pemeriksaan terbuka dan keluarlah dokter yang memeriksa Raya.
Mondy segera menghampiri dokter itu dan menanyakan perihal keadaan Raya.

"Karena asap yang terlalu banyak masuk ke paru-parunya membuatnya sesak dan dia hanya terlalu shock dengan kejadian ini." jelas dokter.
"Sekarang dia sudah baik-baik saja, kami akan memindahkannya ke ruang rawat lalu anda bisa mengunjunginya."  ucap sang dokter dan berlalu meninggalkan Mondy. Mondy menghela nafas lega saat dokter mengatakan Raya baik-baik saja.

Setelah Mondy mengurus administrasi rumah sakit. Mondy segera menuju ruang tempat Raya dirawat.

Mondy membuka pintu kamar inap Raya dan melihat bahu Raya yang berguncang karena menangis.

"Hei kamu kenapa nangis ?" Mondy duduk di kursi sebelah ranjang tidur Raya. Melihat Mondy seketika Raya langsung memeluknya erat.

"Mondy... Hiks... Aku takut Mon hiks..." ucap Raya sesegukan.

Mondy mengusap punggung Raya memberi ketenangan.
"Kamu jangan takut lagi, aku akan selalu ada untuk kamu Ray, aku akan selalu menjaga kamu, melindungi kamu. Aku janji Ray." ucap Mondy meyakinkan Raya. Setelah Mondy mengatakan itu Raya terlihat sedikit lebih tenang, perlahan ia melepaskan pelukannya dari Mondy. Mondy menghapus sisa-sisa air mata Raya dengan ibu jarinya.

"Terimakasih kamu selalu ada buat aku." ucap Raya tulus.

Mondy menggenggam tangan Raya erat.
"Aku akan melakukan apapun yang aku bisa demi kamu Ray. Karena aku sangat mencintai kamu." ucap Mondy membuat Raya tersenyum walau terlihat lemah.

Raya membelai perban yang melilit di punggung tangan Mondy.

"Maaf, ini pasti karena aku." gumam Raya lirih.

Mondy menggeleng pelan dan tersenyum.
"Ini hanya luka kecil. Gak ada apa-apanya buat aku. Jangan menyalahkan diri kamu sendiri karena kamu gak salah. Ini musibah." Raya terharu mendengar perkataan Mondy. Ia merasa benar-benar beruntung karena dicintai oleh Mondy.

"Sekarang kamu istirahat. Aku akan jagain kamu disini." Mondy mengusap pelan kepala Raya berulang kali. Sebelah tangannya bahkan tetap menggenggam tangan Raya erat.

Tak lama kemudian akhirnya Raya terlelap. Mondy yang juga lelah pun tak dapat menahan kantuknya sehingga tertidur dalam posisi duduk dengan kepala berada di atas genggaman tangannya dan tangan Raya.
























Hayo ceritanya makin kesini makin gaje wkwkwk
Maafkan author yang juga gaje ini ya, maafkan kalau ceritanya rada-rada gak connect hihi

Kisah AkuTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon