"Saya sadar Anda siapa, tapi segeralah pulang. Di sini berbahaya."

Julio menarik kuda Joanna mendekat dan memberikan talinya pada Joanna.

"Kau sudah berjanji untuk melindungiku jika ada bahaya. Jadi biarkan saja bahaya datang," Joanna menolak tali kuda pemberian Julio. "Daripada kau sendirian, lebih baik berdua denganku," goda Joanna.

"Saya tidak butuh Anda di sini dan saya tidak mengerti jalan pikiran Anda yang selalu melakukan hal-hal nekat untuk bertemu dengan saya. Jika Anda punya rasa kepada saya, buanglah itu jauh-jauh, Tuan Putri. Saya tidak bisa membalas perasaan Anda. Saya tidak punya waktu untuk hal yang seperti itu."

Joanna mengertakkan giginya dalam diam. Emosinya langsung mengudara mendengar ucapan Julio yang begitu menusuk. Dia wanita terhormat, putri kerajaan dan tidak seharusnya ada orang yang mengatakan hal seperti itu kepadanya. Dan apa yang dikatakan Julio, dia punya rasa terhadap petarung itu? Demi semesta alam, itu tidak benar! Dia hanya suka mempermainkan pria itu. Melihatnya yang berwajah datar saat Joanna menggoda dan penolakannya yang kadang-kadang semakin membuat Joanna tertantang, tapi kali ini begitu menusuk. Dia tidak bisa terima dengan ucapan itu.

"Tuan Petarung, kau hanya terlalu percaya diri. Aku tidak punya rasa seperti yang kaumaksud. Aku sudah punya calon suami yang akan menikahiku lalu menyayangiku sepenuh hati. Bukan kau, orang bodoh yang bahkan menolak keindahan dunia." Joanna menatap marah Julio yang berdiri di depannya. Pria itu hanya diam sambil melipat tangannya. Matanya tidak tertuju ke arah Joanna melainkan ke hutan Dunkelheit yang juga Joanna rasakan semakin menarik-nariknya untuk masuk. "Sebaiknya aku memang pergi dari sini. Aku sudah tidak tertarik lagi untuk bermain denganmu."

Joanna berdiri lalu mendekati kudanya. Dia menaiki kuda lalu menungganginya dengan cepat. Joanna terus berusaha untuk menolak semua godaan hutan Dunkelheit yang kini tengah memperlihatkan bayangan dirinya dan Julio, di sana keduanya tengah berpelukan dan ada dua anak kecil yang wajahnya sangat mirip dengan Julio dan Joanna. Kemudian kedua anak kecil itu mendekati mereka berdua lalu memanggil Julio dan Joanna dengan sebutan ayah-ibu. Terkutuklah hutan itu yang sudah memberikannya bayangan semu yang tidak nyata untuk menggodanya masuk.

"Pria sialan!"

Julio masih berdiri tegak menghadapi hutan Dunkelheit yang masih menggila. Dia sadar Joanna sudah pergi menjauh dan memang itu yang dia harapkan. Di dalam pikiran Julio saat ini terpampang jelas bayangan Joanna dan dirinya yang tengah bercinta. Saling menyentuh satu sama lain, saling berbagi kasih, dan juga saling berbagi kenikmatan. Namun, sayangnya semua itu palsu, meskipun dihasut oleh godaan hutan Dunkelheit, Julio tidak akan mudah terpengaruh. Selama ini hutan itu tidak pernah menggodanya dengan cara seperti ini, sepertinya kali ini mereka menyadari apa yang mungkin bisa meruntuhkan pertahanan Julio.

"Wanita sialan."

➴➵➶

"Aku mencintaimu."

"Aku tahu."

"Mari hidup bersama berdua. Akan kujaga kau selamanya."

"Aku tidak punya alasan yang kuat untuk menolaknya."

Keduanya berbagi kecupan ringan hingga memanas. Membuat mereka lepas kendali dan menginginkan lebih.

Joanna langsung terbangun dari mimpinya. Napasnya tersengal-sengal, dadanya naik turun, dan tubuhnya berkeringat. Mimpi itu sudah lima hari ini menghantuinya. Selalu mimpi yang sama dan bersama orang yang sama. Semenjak kepulangannya dari menemui Julio di pinggiran hutan Dunkelheit, malamnya Joanna bermimpi itu. Di mimpinya dia bersama Julio duduk di taman kerajaan, di bawah pohon oak lalu menyatakan cinta. Awalnya Joanna mengira itu hanya karena dia terlalu banyak memikirkan kata-kata Julio yang menusuknya tempo hari, tetapi kecurigaannya mulai terbentuk ketika tiga hari berturut-turut dia bermimpi seperti itu lalu di hari kelima mimpi itu masih berlanjut.

DUNKELHEIT [COMPLETED]Where stories live. Discover now