➴➵➶

Tengah hari sudah di puncak. Matahari bersinar terik membakar rambut dan gersang tanah menghasilkan butiran debu yang beterbangan ke sana kemari. Kuda hitam milik Julio berjalan pelan melewati bebatuan terjal. Hujan kemarin tidak mengenai tempatnya berpijak sekarang. Sejauh mata memandang, Julio melihat istana yang kian mendekat seiring berjalannya kuda. Sebentar lagi palang pembatas desa akan terlihat dan tidak jauh dari sana ada sebuah pub cukup besar milik warga desa yang sering didatangi para perompak. Entah sudah kerasukan setan apa Joanna mengajaknya untuk bertemu di sana. Di tempat itu juga banyak berdiri rumah bordil yang menjajakan kenikmatan dunia bagi para pria.

Dia menimang cukup lama memutuskan untuk datang atau tidak menemui Joanna di sana. Tiga kali dia berpikir untuk tidak datang dan empat kali keputusannya jatuh pada kata datang. Dia datang karena tahu Joanna cukup nekat. Berbahaya bagi seorang putri kerajaan berada di tempat seperti itu. Lebih baik dia datang meskipun dengan berat hati ketimbang sang putri dalam bahaya. Julio datang dengan kepala tertutup. Dia sudah biasa seperti itu dan itu juga cukup baik untuk menyembunyikan identitasnya. Siapa yang tidak tahu dengan Julio sekarang semenjak insiden di bar desa. Beritanya sudah tersebar luas dan dirinya yang diambil oleh kerajaan pun sudah bukan rahasia umum.

Tibalah dia di sebuah pub besar yang dimaksud Joanna. Suasana cukup ramai dengan pria mendominasi di tempat itu. Aroma rum menguar menusuk hidung. Banyak perompak yang sedang mampir hanya untuk duduk-duduk atau mencari wanita. Baik itu bangsa Viking yang sedang singgah atau juga bangsa Lleber yang menetap lalu mencari hiburan. Kehadiran Julio jelas mencolok dan menjadi bahan bisik-bisikan. Namun, mereka semua seolah tidak peduli karena mereka cukup waras untuk mengganggu orang seperti Julio yang jelas berbeda aura dari kebanyakan orang. Julio langsung menuju kursi kosong di sudut ruangan sambil mengawasi sosok-sosok di sana satu per satu. Mencari keberadaan Joanna yang mungkin tengah menyamar. Ditunggunya dalam diam sambil menyesap minuman yang dibelinya.

➴➵➶

"Buka pintunya! Ini perintahku!"

Joanna memukul-mukul daun pintu dengan keras. Dia sudah seperti itu semenjak dua jam yang lalu. Langit di luar sudah semakin terik. Matahari sudah mulai miring dan menimbulkan bayangan pada objek benda. Dia harus pergi. Dia punya janji dengan Julio untuk bertemu di pub dekat perbatasan desa, tetapi penjagaan padanya sungguh luar biasa menyebalkan. Joanna tidak bisa keluar kamar semenjak pagi. Sarapan pagi dan siangnya pun diantar oleh para pelayan. Dia tidak mengerti jalan pikiran ayahnya yang sudah sangat keterlaluan mengekangnya.

Joanna sempat berpikir untuk keluar dari jendela kamarnya. Namun, dia segera mengurungkan niat itu ketika dia sadar jarak kamarnya sangat tinggi dari tanah dan para penjaga pasti akan langsung tahu dengan kegilaannya jika dia nekat. Joanna akhirnya terduduk sambil bersandar di daun pintu. Gaun indah berwarna biru langit itu tidak bisa menutupi kesedihan yang Joanna rasakan. Tidak bisa ditahannya air mata mulai turun perlahan lalu menjadi semakin banyak.

➴➵➶

"Kau akan aman jika kau memercayai tuan kami." Szandor menatap mata mangsa di depannya dengan kilatan jahat yang dia sembunyikan. "Dia bisa membuat semua keturunanmu kaya tanpa perlu bekerja keras. Kau ingin menghabiskan sisa hidupmu menjadi prajurit istana? Itu sangat rendahan. Kenapa kau ingin susah payah jika ada cara yang gampang. Istana dan kerajaan tidak menjamin uang banyak untukmu. Kau susah payah berdiri di bawah terik sinar matahari, sementara mereka menikmati kekayaan sendirian. Oh, aku sungguh kasihan padamu, oleh karena itu kutawarkan hal ini."

Prajurit yang tadi diculik Szandor menatap mata kelam sang utusan setan itu dengan rasa takut. Dia sudah sering diperingatkan untuk tidak terpengaruh ajaran sesat yang ditawarkan Szandor.

DUNKELHEIT [COMPLETED]Where stories live. Discover now