: : Times : :

43.2K 7.2K 766
                                    

Jika orang lain pikir bahwa tahap kesedihan tertinggi adalah dimana kita tak memiliki semangat, motivasi, dan benar-benar terpuruk—maka itu kurang tepat. Elisabeth-Ross menuliskan pada bukunya bahwa lima tahap kesedihan manusia, pertama adalah penyangkalan, marah, tawar-menawar, depresi, dan yang terakhir adalah penerimaan. Alyn baru saja menyelesaikan satu buku yang ia baca setelah sekian lama sibuk dengan pekerjaan. Buku itu menyebutkan bahwa kesedihan tertinggi adalah ketika manusia sudah menerima semua duka yang ia terima.

Alyn mengira awalnya kalau ia di tahap depresi, dimana ia tak memiliki semangat untuk bekerja, atau bahkan bangun pagi. Tapi ternyata wanita itu berhasil melewati tahap itu, dan tiba di tahap penerimaan—iya, Alyn menerima kalau sekarang ia harus kembali bekerja, dan jangan melulu sedih. Wanita itu mencoba menyesuaikan diri dengan keadaan baru, dan mulai menata kembali hidupnya.

Saat ini Alyn hanya duduk di depan laptop, tak melakukan apa-apa, karena ia baru saja kembali bekerja. Ketika semua temannya bekerja di luar, yang dilakukan Alyn adalah menulis laporan untuk arsip perjalanan.

"Long time no see, Alyn!"

Alyn yang tengah melamun itu, langsung memutar kursinya dan melihat sosok partner kerja yang sempat ia tinggal itu. Siapa lagi, kalau bukan Sena.

"Kak Sen!" seru Alyn, begitu melihat Sena yang berjalan ke arahnya sembari membawa sebuah paper bag berukuran sedang. Mata Alyn tertuju pada benda yang dibawa Sena tanpa teralihkan sekalipun. Wanita itu sudah dibuat penasaran berhari-hari karena Yoongi sempat mengatakan bahwa, ia telah menitipkan sesuatu pada Sena.

Sena melepas kacamata dan memasukkan ke dalam kantong kemejanya. "Aduh ... capek, buatkan teh dong," ucap Sena yang baru saja mendaratkan bokongnya di sofa tamu.

Alyn bangkit dari duduk, dan segera menghampiri Sena yang tengah bersantai di sofa. Kedua tangan wanita itu terulur ke depan, seolah sedang meminta sesuatu. "Kayaknya ada yang harus dikasih dulu deh," sindir Alyn.

Baru saja perjalanan jauh, bukannya diberi minum, atau makan, Sena justru dapat todongan dari junior tempat kerjanya. "Yah, minimal buatin teh dulu atau yang lain. Capek tahu!" Sena menyandarkan kepalanya pada sofa, dan menghela nafas. "Barangnya ada di bawah mejaku," ucap Sena, enteng.

Alyn mengernyit, ia melihat paper bag yang menganggur di meja. "Loh! Terus, itu apa dong?" tanya Alyn seraya menunjuk benda kotak itu.

Sena menatap Alyn dan paper bag-nya bergantian. "Itu baju kotor. Mau?" tanya Sena.

Ternyata Alyn salah tebak, sudah lelah menunggu Sena hanya agar pria itu memberikan barang titipan Yoongi, ternyata selama ini benda itu ada di bawah meja kerja. "Kenapa gak bilang dari kemarin?" protes Alyn.

"Kamu gak tanya! Udahlah, mau ambilin minum gak?" tanya Sena tak sabar.

Alyn mendecih. "Ambil sendiri!" gertak Alyn, kesal. Wanita itu langsung bergegas menuju meja Sena yang terletak berseberangan dengan meja kerjanya.

Melihat Alyn yang buru-buru mengambil barang pemberian Yoongi itu membuat Sena geleng-geleng kepala. "Penasaran banget ya?" Sena menopang dagunya seraya memperhatikan Alyn yang berjalan menuju mejanya sendiri. "Dia titip salam," ucap Sena.

Alyn menoleh. "Salam apa?" tanya Alyn.

"Assalamualaikum katanya," ucap Sena lalu tertawa, geli, ia berhasil menggoda teman kantornya.

Alyn menarik senyumnya, dan memelototi Sena. "Yang serius dikit!" omel Alyn.

"Galak amat. Katanya begini, kalau sudah dibuka, kamu harus kirim pesan ke dia secepatnya. Keren amat Alyn, kerjaan ngomel, dapet crush artis Korea," kata Sena.

Precious (PROSES TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang