5. Giving Up

1K 109 5
                                    

Natasha melangkahkan kakinya dengan kesal memasuki sebuah studio foto. Seharusnya ia tidak perlu repot repot datang jika Andrew brengsek itu tidak berkencan dengan salah satu dari sekian banyak wanitanya. Ia bahkan melewatkan makan siangnya dan sekarang ia benar benar kelaparan karena ulah Andrew yang tidak tahu diri itu. Untung saja pria itu menggajinya, jika tidak, sudah lama ia membunuh Andrew karena sifat seenaknya itu.

"Andrew Paulson." ucap Natasha pada seorang wanita yang bertanya padanya.

"Laki laki hidung belang sialan, tidak tahu diri. Aku harusnya makan burger siang ini, bukannya menunggu artis papan atas sialan itu menyelesaikan pemotretannya." gerutu Natasha geram.

Ia memekik kuat ketika sebuah bahu kokoh menabraknya cukup keras. Dengan kesal, Natasha berdiri sendiri lalu hendak memaki pria yang menabraknya dengan keras.

"Apa yang kau lakukan?!" bentak Natasha keras.

Ia menatap Carter kesal lalu menunggu reaksi pria itu. "Kau yang menabrakku." ucap Carter tak acuh lalu berjalan meninggalkan Natasha.

Natasha menghembuskan nafasnya perlahan lalu mengejar Carter dan menahan lengan pria itu.

"Dimana Wilson?" tanya Natasha akhirnya.

Carter mengedikkan bahunya tak acuh dan berjalan memasuki sebuah mobil Van berwarna hitam yang di lapisi kaca gelap yang tak menampakkan apapun di dalamnya.

Natasha berteriak kesal lalu menjambak rambutnya pelan. Ia memaki berkali kali dan tak sadar ketika banyak orang menatapnya seakan ia adalah orang gila.

Dengan perasaan malu, Natasha menaikki sepeda motornya dan mengendarainya kembali ke galeri milik Andrew. Ia melihat mobil pria itu sudah terparkir dengan manis di depan galeri dan dengan perasaan dongkol, Natasha berjalan masuk ke dalam dan melempar tas miliknya hingga mengenai wajah Andrew.

"Jangan pernah libatkan aku dengan manusia bernama Carter itu! Kau mengerti?!" bentak Natasha kesal.

Andrew tertawa pelan dan merangkul bahu Natasha, "Aku hanya meminta tolong. Apa itu salah?" tanya Andrew polos.

Natasha menghembuskan nafasnya kasar lalu memejamkan matanya. "Aku lelah Andrew. Aku dan Carter tidak akan bisa di pertemukan, aku akan membunuhnya dan ia juga akan melakukan hal yang sama padaku. Kami benar benar sama." ucap Natasha lelah.

Andrew menatap sahabatnya iba lalu memeluk Natasha erat. Ia sedikit menyesal karena membebani Natasha dengan hal semacam itu. Natasha cukup membantunya dengan membuat lukisan terbaik yang di perebutkan semua orang yang tergila gila dengan seni yang wanita itu ciptakan.

"Lain kali, katakan saja jika kau tidak ingin. Jangan bungkam, oke?" ucap Andrew lembut.

Natasha mengangguk dan memijit pelipisnya yang berdenyut. Ia menatap pintu yang berderit lalu wajahnya sukses memerah.

"Andrew.." gumam seorang wanita yang mengenakan pakaian yang berantakan.

Natasha cukup pintar dan dewasa untuk menebak apa yang telah Andrew lakukan pada wanita pirang di hadapannya itu.

"ANDREW SIALAN! JANGAN BERCINTA DI SINI, PENJAHAT KELAMIN SIALAN!"

*

"I don't fuck with you! You little stupid as bitch, bla bla bla!" Natasha bernyanyi sambil mengendarai motornya membelah jalanan yang cukup sepi di malam hari.

Ia baru saja membuat garis garis dasar untuk lukisan terbarunya. Dengan bersemangat, Natasha bernyanyi semakin kencang hingga orang menekan klaksonnya berkali kali pada wanita itu.

Sesampainya di sebuah supermarket, Natasha turun dari sepeda motornya lalu berjalan memasuki supermarket itu dengan langkah lebar dan sekali lagi di hari yang sama, ia tersungkur di lantai supermarket yang dingin. Tangannya beberapa kali di pijak oleh kerumunan ramai yang berlari pada satu arah.

Natasha meringis pelan dan berusaha bangkit, tetapi ia kerap kali tersentak kedepan hingga jemarinya berdarah. Natasha memekik kesal lalu berdiri dengan wajah memerah menahan marah.

Ia berlari kencang ke satu arah yang di tuju oleh orang orang itu lalu amarahnya semakin memuncak. Ia melihat Carter yang sedang di peluk seorang wanita dengan begitu erat. Ia yakin sumber kesialannya adalah kehadiran pria itu di sini. Tanpa berpikir panjang, Natasha menghampiri Carter dan menarik tubuh wanita yang tengah menangis itu.

"Kau lagi! Gara gara kau, hidupku benar benar sial seharian. Kau lihat! Aku di injak oleh orang orang sialan yang menjadi penggemarmu ini! Kau--"

Ucapan Natasha terpotong ketika Carter menarik tubuhnya lalu mendaratkan bibirnya pada bibir wanita itu. Orang orang memekik keras dan beberapa terdengar terisak kuat hingga ada yang jatuh pingsan.

"Carter! Aku mencintaimu!"

"Apa wanita itu kekasihmu?"

"Oh aku akan menangis selamanya!"

"Lucky bitch"

"Hei wanita! Putuskan dia!"

Natasha merasa dunia berputar kencang. Tubuhnya melemas dan bergetar hebat. Ia menatap Carter yang tersenyum meremehkan, dengan kasar, ia menampar wajah Carter lalu berlari menuju parkiran yang sepi.

Tangannya yang berdarah tidak begitu ia pedulikan. Karena kerumunan wanita ganas itu mengejarnya dengan beringas. Bahkan ada yang melemparnya dengan sebuah tomat merah yang mengenai kemeja putihnya.

"Hei! Kau memukul Carter-ku!"

"Kemana kau pergi? Tidak tahu diri!"

"Wanita ular!"

"Kau pelacur!"

Natasha menggertakkan giginya kasar lalu menarik gas motornya kuat. Ia bersumpah, penggemar Carter adalah ciptaan Tuhan yang cocok di sandingkan dengan seekor singa betina yang tengah hamil besar dan kelaparan.

Ia meringis ketika merasakan rasa sakit yang menyengat di seluruh jarinya. Ia yakin para penggemar Carter mungkin memasang silet di bagian bawah sepatu yang mereka kenakan.

"Andrew.." bisik Natasha lirih ketika ia berdiri di depan pintu rumah pria itu.

Andrew yang tengah di rangkul seorang wanita sontak berlari menghampiri sahabatnya itu dan menyuruh teman kencannya untuk pergi dari rumahnya.

"Natty, kau kenapa?" tanya Andrew khawatir seraya mengusap darah yang mengalir di jemari Natasha.

"Jangan panggil aku seperti itu, bodoh. Obati jariku." isak Natasha kesal.

Entah kenapa ia menangis. Ia rasa beban di pundaknya sudah terlalu berat. Carter mempermainkannya, di studio foto hingga di supermarket. Ia tahu bahwa pria itu sengaja membuatnya menjadi sasaran amukan penggemarnya.

"Siapa yang membuatmu menangis?" tanya Andrew dingin.

Natasha terisak pelan. "Brengsek! Aku ingin berhenti saja. Jelaskan pada Wilson bahwa aku menyerah atau aku akan membunuh Carter!"

***

Teach Me, C.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang