Hati Yang Tak Mau Berkompromi

414 48 5
                                    

Tahun pertamanya tanpa keluarga saat liburan tak terasa terlalu berat bagi Isfan. Ia menyibukkan diri dengan melakukan kerja sampingan untuk menghasilkan uang, mengirim sebagian ke orang tuanya dan sebagian lagi ia sisihkan untuk pergi melancong. Isfan menyukai Jepang bukan hanya karena ia sering melihat negara ini di anime favoritnya, tetapi ia juga menyukai alam indah yang ditawarkan wilayah pedesaan Jepang yang nyaman. Isfan mengelilingi kota – kota yang sudah dicatatnya sejak ia masih bersekolah. 

Menikmati angin pantai yang sedikit hangat di siang hari, menaiki gunung, belajar bercocok tanam, belajar membuat geta, mendatangi tempat – tempat yang mengadakan festival. Isfan mengabadikan semuanya ke dalam gambar. Ia juga menulis untuk kedua sahabatnya—ini semua ide Arka, percayalah—dan menyisipkan gambar – gambar yang diambilnya. Isfan juga menulis surat yang sayangnya tak pernah dikirimnya bersamaan dengan surat - surat untuk sahabatnya. Ia hanya bisa menyimpan surat tak berpemilik itu di dalam kotak di bawah ranjang tempat tidurnya. 

Kegiatan klub Isfan sangat menyenangkan. Akhir pekan ini mereka semua akan berangkat ke wilayah perbukitan indah Akita untuk melihat bintang. Youichi dan dirinya diberi tugas untuk mengepak barang – barang yang dibutuhkan untuk melihat bintang, ketua klub kami akan meminjam mobil van keluarganya dan para perempuan pergi berbelanja bahan makanan. Mereka akan menginap selama dua hari satu malam, perjalanan ke Akita memakan waktu sekitar tujuh jam. Mereka akan berangkat besok pagi – pagi sekali.

Isfan tak terlalu ingat tepatnya pukul berapa, tetapi ia yakin ini tengah malam karena mimpi indahnya bersama Sana tiba – tiba diusik dengan suara ketukan dan bel di pintu yang tidak ditunggunya.

Aguri berdiri di depan apartemennya, wajahnya basah dan matanya bengkak. Isfan menghela nafas membuka pintunya lebar – lebar agar perempuan itu bisa masuk dan menutup pintu tanpa menguncinya kemudian mengikuti Aguri menuju sofa di ruang tamu.

"Kau tahu A-chan, aku tidak membuka service menjahit hati yang terluka" Isfan bicara dengan nada tajam dan menusuk, Aguri yang mendengar mengernyit dan menatapnya dengan tatapan bersalah.

"Kau membukakan pintu untukku" bela Aguri tidak yakin. Isfan memijit dahinya dan menjawab "Aku bukan orang tak berperasaan. Lagipula apa yang kau harapkan A-chan? Kirihara-senpai tidak melihatmu seperti itu"

"Aku tahu itu..." suara Aguri Kembali bergetar dan perempuan itu Kembali menangis. "Kau jahat sekali. Hibur aku" gumam Aguri dan menampilkan wajah seperti anjing yang ditinggalkan pemiliknya.

"Maaf agamaku tidak memperbolehkanku memegang anjing" jawab Isfan singkat namun hal itu sepertinya lucu karena Aguri tersedak menahan tawa.

"Kau benar – benar berbeda dari pria lain yang kukenal Ivan-kun"

"Terimakasih banyak nona, kau punya lima belas menit sebelum aku menelepon Youichi dan menyuruhnya membawamu pulang ke apartemenmu" untuk informasi, Aguri dan Youichi adalah teman sejak kecil dan mereka tinggal di komplek apartemen yang sama.

"Ugh... You-kun menjengkelkan" tukas Aguri mencemooh sahabatnya sendiri.

Aguri ternyata adalah orang yang penurut. Setelah Isfan memberinya minum dan membuatkan toast di tengah malam ini, perempuan itu pulang ke rumahnya dengan patuh. Tanpa Youichi kali ini. Isfan mengantarkan Aguri dan menunggu bersamanya hingga taksi datang. "Jam lima tiga puluh kau akan kembali melihat Kirihara-senpai. Tahan air matamu sampai kita pulang ke Tokyo. Aku akan mendengarkan semua ocehanmu jika kau bisa menahannya. Aku akan membuatkan sandwich favoritmu" Isfan berkata dengan nada mengasihani yang nyata. Aguri yang mendengar janji itu terlihat terkejut namun kemudian tersenyum. "Thanks buddy" bisik perempuan itu dan menutup kaca jendela mobil.

Di perjalanan, Aguri memilih duduk disebelah Youcihi dan membelakangi Isfan. Youcihi dan dirinya hanya bisa saling berpandangan dan bicara lewat telepati. Mereka setengah tertidur selama di perjalanan dan melewatkan pemadangan indah yang ada di luar.

Mendirikan tenda, memasak, menentukan spot melihat bintang menyibukkan Isfan dari Aguri yang sejak tadi tidak dilihatnya. Pada malam hari mereka semua memandangi bintang yang tersebar dengan sangat indah di langit Higashinaruse, memasak barbeque, mendirikan tenda dan tidur berdesak – desakan dalam satu tenda.

Ketika malam berganti dan Isfan bisa merasakan suara – suara hewan malam perlahan menghilang, ia keluar dari kantong tidurnya dan berjalan menuju aliran sungai tempat mereka menangkap ikan tadi sore. Setelah mencuci muka dan menunaikan ibadahnya, Isfan terkejut bukan main karena mendapati Aguri dan senior Kirihara tengah mengobrol bersama sambil menjaga api unggun.

"Bagaiamana hasil foto – fotomu kali ini A-chan?" tanya Kirihara-senpai dengan ramah. Aguri membuat suara seperti gadis kecil yang girang karena baru saja diberikan lollipop. "Ah, aku mengambil banyak foto, senpai. Kita harus mencetak semuanya dan meletakkannya di ruang klub" Isfan kemudian melihat satu tangan senior Kirihara terangkat untuk mengelus rambut Aguri "Tentu saja kita akan melakukannya! Fotomu adalah yang terbaik A-chan" wajah Aguri memerah karena mendengar Kirihara-senpai yang memujinya secara langsung. Entah karena pagi ini begitu dingin hingga membekukan urat malunya, atau karena pujian dan tangan Kirihara-senpai yang masih mengelus rambutnya, Aguri menyuarakan isi hatinya tanpa berpikir terlebih dahulu. "Senpai.... Aku suka padamu"

Isfan menutup wajahnya dengan tangan, ia tidak ingin mendengar jawaban Kirihara-senpai akan pernyataan cinta itu tetapi telinga Isfan sedikit lebih tajam dari orang lain. "Ah... M-maaf senpai... maksudku,... itu ... anu" sepertinya perempuan itu sudah sadar, batin Isfan dan memutar tubuhnya. Mencoba melihat Kembali ekspresi wajah Aguri dan senior Kirihara yang membeku di depannya. "Maaf A-chan, aku..." Kirihara-senpai tidak bisa menyelesaikan kata – katanya karena keterekejutannya belum pulih seutuhnya. Namun Aguri yang mendengar kata – kata itu tak butuh penjelasan Panjang, perempuan itu Kembali berkata "Tidak apa – apa senpai. Aku hanya ingin mengatakannya, sekarang perasaanku lebih lega. Terimakasih karena sudah menjawabnya" kemudian Aguri menunduk pamit sebelum berjalan menuju aliran sungai dengan wajah tertunduk.

Isfan yang melihat itu entah kenapa malah berjalan Kembali ke arah aliran sungai dan mencari Aguri. Tak perlu berjalan jauh, Isfan bisa melihat Aguri yang bergelung di sebelah sungai tempatnya tadi mencuci muka. Ketika Isfan tiba dan berdiri tepat di hadapan Aguri, perempuan itu mendongak dengan wajah berlinang air mata. "Maaf Ivan-kun, aku tak bisa menahannya hingga kita pulang sore nanti"

Tanpa pikir Panjang, Isfan berlutut dan menarik Aguri ke sisinya "Tidak apa – apa aku akan mendengar semua keluh kesahmu hingga waktu sarapan tiba"

"Kenapa aku jatuh cinta pada senpai bukan padamu?" Suara Aguri terdengar tidak jelas karena ia bicara sambil menangis. Isfan menepuk – nepuk bahu perempuan itu dan menjawab "Hati terkadang tak mau berkompromi A-chan, ia memilih yang ia ingin pilih. Bukan yang kepalamu ingin pilih" 

Aku merindukan Sana, ujar Isfan dalam hati dan mendesah. Memeluk Aguri yang menangis semakin kuat. 

WhirlwindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang