Berpisah

555 55 5
                                    

Pesta perpisahan bak pesta di negeri dongeng itu telah lama lewat. Setelah melewati empat hari ujian nasional, mereka akhirnya mengecek kelulusan hari ini. Saheer dan Isfan tiba pada saat bersamaan. Mereka bertiga mendaftar di sekolah yang sama, sebuah sekolah asrama semi militer yang sangat terkenal se provinsi Jambi. Arka yang memang bermimpi untuk menjadi abdi negara sangat bersemangat untuk segera pindah ke asrama.

"Hei, mukamu masih sekusut tali layangan" Saheer menggodanya dengan senyum kecil di wajahnya. Isfan mendesah kecil dan menggeser duduknya. "Jangan menggodaku Saheer, aku sedang tidak mood"

"Aku tahu. Dimana dia?" Saheer mengedarkan pandangannya ke segala penjuru, mencari Sanaya. "Dia belum datang. Terakhir kulihat, mobil orang tuanya masih ada di garasi"

"Pan, dunia belum berakhir hanya karena kau tidak berada di satu sekolah dengannya" Arka datang dan menusuknya dengan kata – kata tajam tanpa ampun. "Berakhir untukku bodoh" gerutu Isfan sambil lalu.

Sanaya tidak akan berada di sekolah itu. isfan seharusnya sudah tahu karena Sanaya adalah anak satu – satunya, orang tuanya tidak mungkin mau mengirim anak kesayangannya ke asrama. Saat Isfana akhirnya memberanikan diri untuk bertanya setelah pesta perpisahan mereka, Sanaya menjawab dengan senyum yang dipaksakan "SMANSA. Aku akan mendaftar disana"

Hilang sudah separuh semangat Isfan karena ia tidak mungkin bisa melihat bonekanya dalam balutan seragam SMA.

Sesaat sebelum sambutan oleh kepala sekolah dimulai, Sanaya akhirnya muncul. Kepangan rambutnya yang khas membuat Isfan mudah mengenalinya. Suara kepala sekolahnya masuk ke dalam pedengaran Isfan "Mari beri selamat kepada anak kita Sanaya Rose Kamitha yang berhasil mendapat nilai UN tertinggi se provinsi Jambi" gemuruh tepuk tangan terdengar dan Isfan sontak berdiri.

Arka berbisik padanya ketika Sanaya sedang menyalami kepala sekolah. "Pan, kalau kau terlihat begitu kusut. Kenapa tidak mendaftar di sekolah yang sama saja dengan Sana-mu?" Tidak. Itu berita buruk baginya. Kakak perempuannya adalah murid senior di sekolah itu. dan sebanyak ia bahagia karena ia bisa melihat Sanaya setiap hari, hal itu adalah surga dan neraka dalam satu paket bagi dirinya. Kak Nia dan bang Asror selalu mengejeknya dengan berkata "Mamah anak kesayanganmu baru saja kembali dari memandangi yang tak bisa dimiliki" membuat Isfan kehilangan nafsu untuk makan malam. Dan ia harus mengalami hal itu juga di sekolah? Isfan sudah bisa memastikan dirinya tidak akan menemukan ketenangan bersekolah di tempat itu.

Menjadi siswa di sekolah asrama yang masih menjaga nilai - nilai kemiliteran mengharuskan Isfan untuk memotong pendek rambutnya. Hari ini ia akan berangkat serta mengikuti basis selama empat minggu, dimana orang tua dilarang berkunjung dan ia tidak boleh keluar dari lingkungan asrama. Saat ayahnya sedang sibuk memasukkan barang ke dalam mobil Isfan malah berlari menuju taman belakang rumah bonekanya.

Sanaya terkejut melihat Isfan yang melewati samping rumahnya dari jendela. Ia segera berlari menuju taman dan berdiri tepat saat Isfan baru saja sampai. "Hai" sapa Sanaya dengan nafas yang masih terburu - buru sehabis berlari. Isfan hanya mengangguk "Hai" balasnya dengan deru nafas yang juga belum teratur.

"Bagaimana tes mu?" Tanya Isfan basa basi. Tes untuk SMA Negeri belum diumumkan jadi Isfan masih belum mengetahui apakah Sana-nya diterima. "Hmm.. belum ada pengumuman dari sekolah, aku hanya bisa berdo'a"

"Hn.. semoga kau lulus Sana"

"Kau basis mulai hari ini?" Tanya Sanaya dengan nada sedih yang terselip di dalamnya. Isfan mengangguk "Ya. Satu bulan." Ia tidak mengucapkan akan menemui Sana-nya setelah satu bulan tapi...

Sanya tiba - tiba menjatuhkan bom kepadanya "Ahh... aku akan merindukanmu"

Deg!

Mata mereka saling bertemu dan wajah mereka memerah seketika.

WhirlwindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang