KENANGAN

558 58 4
                                    



Mengobrol bersama Vina nyatanya tidak sesulit yang dibayangkan Isfan. Ternyata Saheer benar, berlari sejauh ini sendirian pasti akan sangat membosankan.

Mereka bernyanyi untuk meningkatkan semangat, berhenti selama sepuluh menit untuk menarik nafas dan minum, lalu kembali melanjutkan perjalanan hingga tiba di Taman Remaja. Mobil bertebaran dimana - mana, para ibu menangis terharu melihat anak mereka setelah satu bulan tidak bisa bertemu. Vina menggenggam tangan Isfan lebih erat saat melihat ibunya. "Kau anak terakhir?" Tanya Isfan saat Vina masih menelengkan kepala demi melihat keluarganya.

"Ya. Satu - satunya perempuan dirumah" jawab Vina sambil menahan isakan tangis. "Maaf aku mencengkram tanganmu"

"Hn.. tidak masalah, kau tidak meremukkannya" Vina tertawa mendengar leluconnya "Aku tidak tahu kau bisa melucu"

Isfan mengangkat bahu "Berteman dengan Arka membuat kami jadi sedikit mirip"

Upacara pelepasan dimulai dan untuk menandai berakhirnya basis siswa selama sebulan, mereka semua melempar topi dengan serentak dan berteriak "BUBAR JALAN!"

Isfan sudah menemukan orang tuanya sejak tadi. Ibunya tengah berbincang hangat bersama kedua orang tua Saheer dan Arka sementara ayahnya mengobrol dengan kenalannya tidak jauh dari parkiran. Ia berkeliling menyapai orang tua teman - temannya sampai akhirnya kakinya melangkah keluar area taman dan berdiri di parkiran. Saat tiba di diluar, langkah Isfan seolah di atur dengan sangat sempurna. Beberapa meter menuju tempat mobilnya terparkir, matanya menangkap rambut lurus seperti lidi yang tidak asing,

Apa itu Sana? Degup jantungnya sudah tidak teratur dan sekarang ia berjalan semakin dekat.

Semakin dekat langkah kakinya, semakin tajam pandangannya namun semakin tidak karuan hatinya. Saat sudah beberapa meter lebih dekat, Isfan mendengar suara gadis itu "Hmm... apa yang kulakukan disini?"

"Aku harus masuk? Tidak tidak, ini acara keluarga.. haha siapa aku?"

"Tapi...."

Dan Isfan tertawa, membuat gadis itu membeku seketika. Saat Sanaya menoleh Isfan sangat bahagia, bonekanya berdiri dengan wajah shock dan pipi yang memerah.

"Hai"

"...."

"Kau mau masuk ke dalam? Orang - orang sedang sibuk foto bersama"

"..."

Senyum Isfan semakin merekah "Sana. Aku rindu padamu"

Sanaya memandangi Isfan tidak percaya. Hanya dengan kata - kata itu, lutut Sanaya serasa berubah menjadi jelly. "I-iya, aku tahu" Ugh! Sanaya ingin dibinasakan dari tempat ini sekarang juga.

"Jadi..." ujar Isfan mengulur waktu, ia tidak tahu jika menggoda Sanaya bisa jadi sangat menyenangkan. "Apa yang kau lakukan disini sendirian?"

"Anu.. ibuku.." Sanaya panik, ia bukan tipe orang yang pandai mencari - cari alasan. "Aku... aku ingin melihatmu" akunya tidak tahu lagi apa yang harus dikatakan.

Telinga Isfan memerah mendengar ungkapan Sananya. Bagaimana bertingkah biasa? Bagaimana bertingkah biasa?

Isfan menggali otaknya untuk mencoba bertingkah biasa saja namun sayangnya memori itu menguap saat kata - kata Sana-nya memenuhi kepala. "Hn.. kau mau masuk?" Tawar Isfan sekali lagi, dan kali ini bonekanya menurut.

Ibunya tidak terkejut melihat Isfan datang bersama Sanaya dibelakangnya tapi Saheer dan Arka menganga sangat besar hingga rahang mereka mungkin bisa menyentuh tanah. "Oh, bagus. Ibu kira kalian tidak kunjung bertemu sejak tadi karena Ipan berkeliling sejak tadi"

WhirlwindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang