➴➵➶

Kamar Julio tampak lenggang dengan penerangan lilin kecil yang juga hampir habis. Dari jendela dia bisa melihat bulan yang tengah beraksi di atas panggung. Para bintang sebagai dayangnya dan awan-awan tipis seakan menari hilir mudik melewati sang bulan. Julio duduk termenung dengan lintingan rokok yang sudah setengah ia isap. Asap berputar-putar di sekitarnya dengan riang kala angin menerpa. Ditatapnya kejauhan dengan pandangan tanpa jiwa, pegunungan Nootbew membentang anggun dengan puncak Dapttaw sebagai yang tertinggi. Sudah lama dia berkelana mengarungi daratan, singgah di banyak pedesaan, dan menghabiskan waktu dalam sunyi, tapi baru kali ini dia terlibat dengan urusan kerajaan. Sebenarnya tidak buruk jika harus mengabdi, dia tidak perlu susah payah mencari tempat tinggal dan makan. Semua tersedia, dia hanya perlu mengandalkan ototnya untuk bertarung apabila diperlukan. Selain itu, dia juga ingin membuang identitas dirinya yang selama ini bersemat. Katakanlah dia cukup mendapat timbal balik dari kerajaan Mazahs, tapi di sisi lain dia harus menghindari sang putri yang begitu suka mengujinya. Joanna Theodora Hawthorne bukan apa-apa untuknya, dia tidak peduli dengan gadis itu. Dia tidak akan tergoda oleh rayuan murahan sang putri raja. Prioritasnya adalah menyelesaikan ujian dari sang raja untuk menjaga hutan Dunkelheit selama satu bulan lalu diangkat menjadi panglima perang. Tawaran itu terdengar menggiurkan untuk orang-orang yang memang menginginkannya, tapi tidak bagi Julio. Dia tidak tergoda dengan sebuah jabatan.

"Anda cukup berani untuk datang ke sini sendirian, Tuan Putri."

Joanna langsung menghentikan langkah kakinya begitu Julio bisa menebak tanpa menoleh dirinya yang berjalan pelan memasuki kamar Julio. Joanna membuka penutup kepalanya dan berjalan dengan terang-terangan menghadap Julio. Dapat dilihat Joanna wajah tampan milik petarung itu terkena cahaya lilin yang pendar.

"Kurasa sekarang aku paham mengapa raja sangat menginginkanmu. Kau punya kepekaan yang bagus," jawab Joanna sambil menarik kursi dan duduk di depan Julio.

"Anda buruk dalam mengendap diam-diam." Julio mematikan rokoknya dan memilih menyilangkan tangan di dada. "Katakan apa yang ingin Anda tanyakan."

Joanna tidak perlu berbasa-basi lagi karena Julio pasti tahu tujuan Joanna menemuinya di sini. Joanna menegakkan punggungnya agar terlihat dia berwibawa saat berbicara. Itu yang diajarkan padanya jika akan berbicara hal yang sangat serius pada seseorang. "Ke mana sang raja mengutusmu pergi?"

Julio menatap manik amber milik Joanna yang saat ini masih tetap indah walaupun cahaya lilin tidak menerangi sempurna. Ingatkan dia untuk tidak tergoda dengan kecantikan mata sang putri. "Bukankah tadi beliau sudah memberitahu Anda," Julio menjawab dengan tenang. "Jadi apa yang kurang jelas, Tuan Putri?"

"Aku tahu ada yang kalian sembunyikan dariku. Kenapa aku tidak boleh tahu? Aku hanya ingin kau berkata jujur padaku," tekan Joanna sambil terus menatap Julio. "Seorang prajurit kerajaan tidak punya hak untuk berbohong kepada anggota kerajaan."

Julio mendecih samar. Joanna melihat gerakan bibir Julio yang seolah menghinanya itu. Pria ini memang tidak kenal sopan santun terhadap Joanna semenjak awal mereka bertemu. Julio kembali menatap mata Joanna yang duduk di depannya. Mata Joanna membalas tanpa rasa takut. "Dan saya mempunyai hak untuk tidak memberitahu Anda."

"Baiklah, sepertinya memang menyenangkan untuk memaksamu berkata jujur," Joanna berdiri dari duduknya lalu memadamkan api lilin. Ruangan menjadi gelap, hanya cahaya bulan yang melewati celah jendela menjadi penerang mereka. "Kupastikan kau akan membuka mulutmu."

"Silakan coba."

Joanna dengan gerakan cepat langsung mengeluarkan pisau kecil dan menekannya ke leher Julio. Dapat dia lihat dari sinar bulan yang menerangi wajah Julio jika pria itu tidak takut sedikit pun. Memang Joanna tahu melakukan hal ini pada Julio tidak akan berpengaruh apa-apa, tapi dia ingin mencoba peruntungannya. "Saya cukup terkejut Anda menyimpan pisau dan mengacam saya seperti ini, tetapi Anda harusnya memikirkan cara yang lebih baik." Julio memegang tangan Joanna dengan perlahan lalu menurunkannya. "Percayalah, sebaiknya Anda tidak perlu tahu apa yang ditugaskan pada saya."

DUNKELHEIT [COMPLETED]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora