EPILOG

49K 1.8K 106
                                    

"Kau terlihat begitu menderita," Nelson menoleh kearah Valey yang asik menyantap makan siangnya. Begitu juga dengan Lio.

"Hanya perasaanmu saja," jawab Nelson acuh tak acuh. Ia tau bahwa yang dimaksud Valey adalah dirinya. Valey sempat meliriknya tadi.

Valey menghendikan bahu sambil terkekeh pelan.
"Ngomong ngomong bagaimana kabar gadis kecilku? Sudah lama aku tak menjenguknya," tanya Valey merujuk pada Aruna.

"Baik baik saja. Minggu ini jatahnya menginap dirumah Sybil," jawab Nelson sekenanya. Laki laki itu kembali menyuapkan steak yang baru ia potong kedalam mulutnya.

"Sepertinya, hubunganmu semakin baik dengan Sybil, kenapa kau tak mencoba kembali rujuk dengannya?"

"Aku setuju dengan apa yang dikatakan Valey, itu kesempatan yang baik bukan? Selama ini kau kan masih mencintainya," Nelson mengertakan gigi mendengar perkataan Lio. Tidak bisakah temannya itu tak terlalu jujur? 

"Apa tidak ada pembahasan lain?"
Valey dan Lio tampak berfikir. Lalu sesaat kemudian serentak menggeleng membuat Nelson lagi lagi harus menghela nafasnya kasar.

"Kau jangan berfikiran yang macam macam dulu Nel. Kami tidak ada niatan untuk mengejekmu hari ini. Kami hanya mengajakmu berdialog membahas hidupmu yang penuh dengan kesengsaraan,"

"Sialan kau!" Gertak Nelson. Sedangkan Valey dan Lio sudah terbahak di depannya.
"Hidupku tidak semengenaskan itu!"

Valey berangsur angsur menghentikan tawanya. Laki laki itu memandang Nelson serius meskipun masih ada sisa sisa senyumannya.
"Begini Tuan Nelson. Menurutku, apa yang dikatakan Lio tadi benar. Selama ini kau hanya membuat dirimu tersiksa dengan berdiam diri tanpa mau mengungkapkan perasaanmu. Lalu, sekarang apa lagi yang kau tunggu? Semua sudah jelas bukan? Sybil tidak bersalah dalam kasusmu 6 tahun lalu. Kau sudah meminta maaf padanya. Sybil juga sudah memaafkanmu,"

"Ini tidak semudah itu Valey! Kau tidak mengerti," baiklah ia sudah mulai hanyut dalam obrolan yang paling dihindarinya semenjak beberapa bulan lalu. Terkutuklah Valey!

"Bagian mana yang tidak kumengerti? Kau mencintai Sybil. Sybil sudah melewati masa berkabungnya. Aruna membutuhkan keluarga utuh, dan... Siapa nama anak Sybil?"

"Nerella," sahut Lio

"Ah ya, Nerella, Nerella itu juga membutuhkan sosok ayah. Lalu apa lagi yang membuatmu ragu? Memangnya kau mau jika suatu saat Sybil kembali jatuh ketangan orang lain? Kurasa, Bagi Sybil mencari pasang hidup tidak terlalu sulit. Dia masih muda, cantik, pintar, keibuan. Tidak ada yang bisa menolak pesonanya. Jujur saja jika aku bukan temanmu, pasti sudah kunikahi Sybil itu, dan-"
Ucapan Valey itu terhenti saat melihat Nelson melotot garang kearahnya. Lio yang ada disebelahnya hanya menggeleng gelengkan kepalanya geli.

Valey meringis.
"Baiklah baiklah, aku tidak serius mengatakannya. Aku tidak mungkin serong terhadap sahabatku sendiri. Kau tenang saja Nel, aku akan mencari wanita lain.
"Tapi benar Nel, aku tidak main main dengan ucapanku yang sebelumnya. Aku berbicara berdasarkan fakta yang ada. Saranku secepatnya kau harus melamar Sybil. Ini sudah satu tahun berlalu. Turunkan gengsimu! Fikirkan nasib Aruna dan Nerella. Jangan menunda nunda lagi! Kau sudah tua!"

***

"Aku benci mengakui ini. Tapi kali ini aku setuju dengan ucapan Valey dan Lio!" Vanessa langsung berceletuk sesaat setelah Nelson menceritakan kejadian tadi siang kepadanya dan Ben.

"Jadi dalam kata lain kau mendukung mereka?!"

"Kenapa tidak? Ucapan Valey benar bukan? Kau seharusnya tidak menunda nunda lagi kak! Tuhan sudah berbaik hati padamu dengan membuat posisimu begitu mudah saat ini! Aku benar kan Ben?" Vanessa menoleh kearah suaminya yang hanya mengangguk pelan disebelahnya.

Married My CEO [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang