REPUBLISH #1

109K 2.5K 53
                                    

"Wherever something's bothering you, I can always find you here" ujar Alya sambil menjatuhkan tasnya di sofa empuk seberang Nathasa.

"What happens now?" lanjut Alya sembari mematikan televisi yang menonton Nathasa sedari tadi.

Nathasa menarik nafas panjang, memandang keluar jendela hotel tempatnya bersembunyi, memandangi keindahan 360° kota New York dari tempatnya berada. Nathasa memainkan jemarinya menyentuh kerlap-kerlip lampu kota metropolitan yang seakan bisa ia jangkau dari jendelanya. Diam sejenak, lalu menenggelamkan wajahnya pada bantal di pangkuannya. Alya tersenyum mengerti, lalu bangkit mengambil minuman di kitchen island.

Ini bukan pertama kalinya Nathasa terlihat uring-uringan. Alya selalu bisa menemukan Nathasa di lantai 52 hotel ini, begitu Nathasa punya masalah. 'Cloud 9' begitu Nathasa menyebut penthouse yang memang khusus di sediakan untuknya di hotel ini. Hotel berbintang di pusat kota New York yang juga merupakan bagian dari kerajaan bisnis G&G Group milik keluarganya.

Nathasa kembali menatap keluar jendela, dengan dagu bertumpu malas di kedua lututnya. Alya duduk di seberang Nathasa sambil menikmati segelas pome juice yang ia temukan di lemari pendingin. Nathasa masih diam, menatap lurus kerlap kerlip lampu jalanan di malam hari dari atas singasananya.

"Do you ever feel like our whole lives have been planned out for us?" tanya Nathasa tiba-tiba bersuara tepat ketika Alya mulai tenggelam dengan majalah fashion di pangkuannya.

Alya menoleh sejenak, menunggu Nathasa melanjutkan kalimatnya.

"That we're just going to end up like what our parents want?" Tambah Nathasa sembari menghela nafas panjang.

"That's a dark thought" jawab Alya singkat, sembari menutup rapat majalah fashion di pangkuannya.

"Aren't we entitled to choose, just to be happy?" tambah Nathasa lagi. Alya tersenyum lebar menatap sepupu kesayangan suaminya itu.

"Look!" Ujar Alya meminta perhatian penuh Nathasa. "What we're entitled to is a trusted fund, maybe a house in the Hamptons and other privileges." Tambah Alya sembari menyeruput pome juice di tangannya.

"The money and the privileges. They are just keeping us numb. So we dont know it's better out there in the real world." balas Nathasa datar

Alya menatap Nathasa heran. Tak bisa menebak ke mana arah perbincangannya kali ini dengan Nathasa.

"The real world?" ulang Alya. "ooh c'mon sweetheart! Everyone out there wants to be us. We're what you aspire to. Not run away from". Nathasa kembali menenggelamkan wajahnya pada bantal besar di pangkuannya.

Alya menghampiri Nathasa. Ia mulai penasaran dengan apa yang ada di pikiran Nathasa.

"What's wrong?" Alya mengusap lembut rambut Nathasa.

"Alyaaaaaa..." teriak Nathasa sambil memeluk Alya erat. "I hate this arrangged marriage thingy! Arghhh!"

"Sial!" pekik Alya sebal, "Aku kira kamu kenapa. Ternyata cuma masalah perjodohan... Lagi!" sindir Alya sambil tertawa geli.

Nathasa mendengus kesal.

Alya masih tak dapat menahan tawanya. "Coba aja dulu, kalau gak cocok ya bubar. Take it easy, sweetheart!"

"tapi..." sanggah Nathasa.

"True love will not wait for you, dear!" jawab Alya bijak. "If true love really appeared in front of you now, and you didnt bother to chase after it, what a crappy response is that?" Alya tersenyum penuh kemenangan. Ia tahu, ia lebih senior di bidang percintaan ketimbang Nathasa.

***

Love HurtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang