REPUBLISH #14

42.8K 1.4K 66
                                    

Tepat pukul 08.25 waktu Indonesia bagian Barat, pesawat dari Amsterdam mendarat di Bandara International Soekarno Hatta, Jakarta. Nathasa terlihat berjalan dengan santai diantara beberapa penumpang lainnya. Ia masih mengenakan Rayban hitamnya sambil menenteng tas Phillip Lim berwarna hijau di lengan kanannya. Beberapa pasang mata petugas AVSEC tak berhenti memandang ke arah Nathasa, entah memperhatikan Nathasa ataukah boots Giuseppe Zanotti milik Nathasa. Nathasa berjalan santai menuju ruang tunggu yang dikhususkan untuk untuk penumpang First Class. Rambut coklatnya dibiarkan tergerai, ada sedikit perubahan pada gaya rambutnya. Rambut Nathasa sengaja ditata loose wave, menambah kesan anggun pada diri Nathasa. Penampilan segar Nathasa membuatnya tampak menonjol diantara para penumpang wanita first class lainnya yang bisa ditebak sudah berusia 50 tahunan. Blame it on Gerraldy's genes!

Tak perlu waktu lama untuk menunggu bagasinya. Ia berjalan keluar dari pintu kedatangan luar negeri, dan memilih untuk menaiki Goldenbird menuju Four Season.

*Nathasa POV*

Aku baru sampai di penthouseku pukul 10 pagi. sedikit macet di pagi hari tentunya. Bukan Jakarta namanya bila tidak macet. Dua orang MIB-wanna-be dengan setelan jas hitam rapi serta rambut dikucir kuda menyambutku di depan pintu penthouse.

"you knew I was coming?" tanyaku pada mereka. Tak ada seorang pun yang tahu aku kembali ke Jakarta hari ini. Yang keluargaku tahu aku masih berada di Paris sampai akhir minggu nanti.

"insting seorang Pengawal, Miss" jawab mereka tersenyum lalu mempersilahkanku masuk.

Aku begitu mengantuk bahkan untuk membasuh mukaku. Jadi aku hanya mengganti pakaianku dan bergegas menuju tempat tidur.

"Finally, Jakarta"

Aku akan mengunjungi Oma dan Mama besok pagi, lalu mengintip Radith di kantor dan mengajaknya makan siang. Sudah hampir dua minggu aku tidak melihatnya. Bahkan selama liburan aku sama sekali tak bisa menghubunginya. I miss him. well, lebih tepatnya ia menghilang dari jangkauanku, dan aku merindukannya. jangan tanya, apa ia juga merindukanku? jelas saja ia tak merindukanku. Kalian pasti tahu jawabannya. ya, baginya kami hanya terikat kontrak 100 hari. Tidak ada yang special.

***

Setelah menemui Oma dan menghabiskan pagi yang indah bersama di kediaman Mandala, aku baru tahu kalau dalam dua minggu terakhir media dihebohkan dengan pemberitaan seputar Radith dan aku. Media berspekulasi tentang kedekatan kami. Oma bahkan sempat memperlihatkanku sebuah forum online yang berisi beberapa snapshot foto Radith dan aku.

Kalau kalian ingin aku jujur tentang reaksiku soal permberitaan itu, aku hanya bisa bilang bahwa aku menyukai semua foto-foto itu. Aku benar-benar menyukai semua foto-foto yang diabadikan oleh admin ataupun anggota forum tersebut. Aku sangat berterimakasih pada mereka. Setidaknya, aku punya koleksi foto-foto bersama Mr. Armaniku, tanpa perlu repot-repot memintanya untuk berselfie ria. hihi. yah, kalian mungkin berpikir aku menderita kelainan jiwa atau penyakit kejiwaan sejenisnya. Tapi, demi Tuhan, aku normal. Hanya saja araf-saraf di otakku terkadang menjadi liar jika menanggapi hal-hal yang berhubungan dengan Mr. Armaniku. Radith berhasil membuatku terlihat seperti gadis dengan gangguan jiwa.

Aku berjalan memasuki lobby Mandala Corp. Security membukakan pintu untukku sambil membungkuk tersenyum ramah. Beberapa pegawai di meja receiptionist juga tersenyum ke arahku. Aku mengangguk sambil tersenyum ramah membalasnya, dan terus berjalan menuju lift. Sekretaris Radith sedang tak ada di tempat. Aku mengetuk pintu ruangan Radith, dan mengintip. Radith ada di ruangan bersama sekretarisnya. Sekretaris Radith menghampiriku, dan mempersilahkanku duduk.

Love HurtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang