"Katakan itu pada kakak iparmu. Dia yang bertugas mengandung." Joanna tertawa.

"Tapi kau yang bertugas memberi benih."

Keduanya tertawa ringan. Dan saat itu juga pandangan mata Joanna kembali teralih ke bawah. Dilihatnya Julio tengah menatap langit lalu pandangannya bergeser mengarah ke Joanna. Mata tajam itu menatapnya tanpa ekspresi. Sementara Joanna tersenyum lalu mengedipkan sebelah matanya. Ini menyenangkan, menggoda Julio adalah tantangan tersendiri bagi Joanna.

"Kakak akan ke bawah menemui ayah. Sampai jumpa makan malam nanti," kakaknya berlalu meninggalkan Joanna yang masih berdiri tegak sambil memperhatikan Julio dari jendela kamarnya. Tiba-tiba saja sebuah rencana muncul di kepalanya dan dia bergegas keluar dari kamar.

"Tolong panggilkan Julio Harding untukku. Bawa dia ke sini segera," perintah Joanna pada pengawal yang berdiri di depan pintu masuk.

➴➵➶

Julio Harding tahu pasti ada yang tidak beres jika sang putri sudah memanggilnya. Dia tidak bisa menolak dan kini dirinya sudah berada di dalam kamar Joanna Hawthorne. Gadis itu duduk di tempat tidurnya yang mewah. Dia tersenyum menyambut Julio. Matanya berkilat senang dan sikapnya jelas diiringi godaan yang siapa saja bisa langsung menyerangnya lalu menghabisinya di tempat tidur.

"Aku tahu kau tengah latihan, tapi yang kulihat kau hanya duduk-duduk saja di sana." Joanna melangkah mendekat. "Jadi daripada duduk di luar, bukankah lebih baik duduk di dalam bersamaku."

Julio melihat Joanna dari atas sampai bawah. Tidak ada celah bagi siapa saja menolak tawaran Joanna. Tapi Julio berbeda, dia terlalu kuat untuk bisa luruh oleh godaan murahan Joanna. Dia sudah kebal menghadapi banyak godaan dalam hidupnya. Ini bukan kali pertama wanita menarik perhatian sang petarung itu. Bahkan dulu dia pernah menghadapi yang lebih dari sekadar godaan.

"Bagaimana jika kita melakukan ujian saja?" tanya Joanna sambil kedua tangannya mengapai tangan Julio lalu meletakkan di pinggangnya. "Aku sedang semangat untuk mengujimu," sambungnya dengan senyum menggoda dan tangan yang mulai melingkar di leher Julio.

"Saya penasaran mengapa Anda begitu ingin menggoda saya, Yang Mulia Putri Joanna Theodora Hawthorne. Apakah ini mempunyai maksud terselubung dari Anda. Mengatasnamakan ujian padahal sebenarnya Anda tertarik pada saya." Joanna Hawthorne terbelalak sebentar kemudian dia tertawa. "Bagaimanapun Anda mencoba. Saya tetap tidak tertarik."

"Kau begitu jujur menilaiku." Joanna menarik kepala Julio agar mendekat ke arahnya. "Benarkah? Meskipun kutawarkan kenikmatan padamu?"

"Saya tidak ingin kasar kepada Anda. Segeralah menjauh atau belati ini akan menggores leher Anda."

Joanna melihat pisau yang sudah terarah ke lehernya, tapi bukannya menjauh, justru Joanna semakin mendekat. Dia ingin melihat sejauh mana Julio mampu menahan godaannya untuk tidak menggores leher Joanna. Sayangnya pria itu tidak gentar dengan permainan Joanna. Dia benar-benar melakukannya. Mengores leher Joanna sehingga leher itu terluka dengan darah yang perlahan mengalir. Hanya luka gores yang tidak terlalu besar. Joanna semakin menekan lehernya dengan cara terus mendekat ke arah Julio.

"Kuakui kau pria sejati. Tapi pria sejati tidak melukai wanita."

Joanna berbisik di telinganya. Julio menarik pisau yang tadi terarah ke leher Joanna lalu mendorong Joanna dengan sekali sentak. Dapat Julio lihat darah di leher Joanna mulai membasahi kerah bajunya. Joanna berbalik ke arah cermin dan menyentuh lukanya. "Kau mengotori gaunku. Aku jadi harus ganti baju."

Julio melipat tangannya dan menatap Joanna dengan tajam. Baiklah, dia memutuskan untuk mengikuti permainan Joanna kali ini. Sepertinya menarik untuk melihat Joanna yang kalah di depan matanya.

"Ganti saja pakaianmu di depanku. Itu yang kauinginkan, Tuan Putri." Julio berbicara dengan kalimat tidak sopan.

"Aku suka pria yang peka terhadap kemauanku!"

Joanna membuka lemari pakaiannya dan diam sesaat sambil berpikir pakaian apa yang akan dia pakai. Diambilnya beberapa pakaian lalu ditunjukkannya ke hadapan Julio.

"Yang mana?" tanya Joanna sambil memegang beberapa gaun. "Kau pasti tidak akan memberi jawaban atas pertanyaanku. Jadi aku akan memilih sendiri." Joanna berlalu meletakkan pakaiannya di atas ranjang.

"Apa kau sering melakukan hal ini kepada banyak pria?"

Tidak disangka Joanna jika Julio akan memberikannya pertanyaan seperti itu. Joanna menoleh sesaat dengan tangan yang siap membuka resleting belakang pakaiannya.

"Kenapa ingin tahu?" tanya Joanna dengan senyum menggoda. "Daripada bertanya, kenapa tidak membantuku membuka pakaian." Julio berdecih dan tidak bergerak dari posisinya.

"Kau tampak seperti jalang, Tuan Putri." Joanna mengeram marah, tetapi dia menyikapinya dengan senyum palsu. Pakaian Joanna sudah terbuka sebagian. Memperlihatkan punggungnya yang mulus. "Aku akan keluar. Permisi."

Joanna menoleh ketika Julio membuka pintu, tetapi dia tidak mencegahnya. Setelah Julio keluar. Joanna melihat dirinya di depan cermin. Dia berpikir, mengapa dirinya bisa melakukan hal yang sejauh ini. Padahal menurut akal sehat, Julio hanyalah orang biasa. Bukan pangeran atau berdarah bangsawan. Dilihatnya luka di leher dengan darah yang hampir mengering. Ini tanda jika dia sudah melangkah terlalu jauh dan peringatan dari pria itu jika Joanna perlu usaha lebih keras untuk meluruhkannya.

➴➵➶

Hiwtc!

Beberapa penyihir berjalan dengan jubah-jubah panjang hitam dan tongkat besar yang terarah ke langit. Mantra yang mereka serukan bersama membuat langit menjadi gelap. Hari ini adalah malam bulan purnama. Mereka akan mengadakan tradisi penyihir Sorgin, menanam satu pohon di pinggiran hutan Dunkelheit. Gunanya agar kekuatan mereka semakin bertambah kuat setiap harinya. Di samping itu mereka juga akan merencanakan penyerangan terhadap istana. Tujuan mereka jelas adalah keturunan langsung sang raja. Pangeran Felix Hawthorne cukup kuat untuk menghalau ilmu sihir. Yang tersisa hanya putri kerajaan. Mereka sudah lama mengincar sang putri yang akan dijadikan tumbal untuk hutan Dunkelheit.

"Szandor ingin bekerja sama untuk menculik sang putri. Bagaimanapun, sekte pemuja setan adalah orang-orang yang licik. Kami tidak percaya padanya."

"Kita akan lebih dulu menculik sang putri lalu menyerahkannya kepada hutan penggoda Dunkelheit. Jangan harap Szandor bisa memonopoli kita," pemimpin penyihir Sorgin, Ayrus memain-mainkan jemarinya lalu munculah bayangan Joanna yang tengah makan malam. "Dia milik kita. Tidak akan kuserahkan kepada siapa pun."   

TBC...

DUNKELHEIT [COMPLETED]Where stories live. Discover now