"Dia pasti salah satu pemuja setan atau penyihir!"

Tuduh petarung satunya yang mempunyai luka robek di pipi kanan. Tawa keempatnya membahana dan menjadi tontonan di bar itu. Ketiga pria yang tadi mabuk di depannya perlahan menjauh. Sudah tersebar desas-desus petarung kerajaan itu sangat hebat dan mereka tidak berani melawan. Penutup kepala yang menyembunyikan mata tajam itu terbuka. Tampaklah pria tampan dengan garis wajah tegas. Sorot matanya tajam memberikan peringatan untuk tidak bermain-main dengannya, tetapi peringatan itu digubris mereka, mengartikan itu sebagai tantangan yang meremehkan mereka. Salah satunya melayangkan pukulan tepat ke arah pipi pria misterius itu.

"Aku di sini untuk minum, bukan mencari keributan atau sengaja ingin memukul kalian," ucapan itu tenang tanpa beban sedikit pun seraya tangan kirinya memegang gelas dan mulutnya meminum minuman. Lalu tangan kanan yang awalnya bebas kini tengah menahan sesuatu. Sesuatu itu adalah tangan salah satu petarung tadi. Sama sekali tidak terganggu dengan tangan yang terus berusaha dilepaskan dari cengkramannya.

Tidak tinggal diam, ketiga teman petarung itu menyerang si pria misterius secara bersamaan. Dia terpaksa mengikuti apa kemauan para otot-otot bodoh milik petarung kerajaan. Menghajarnya sudah pasti ada di urutan pertama. Orang-orang menonton semakin ramai karena mereka tahu ini akan menarik terlebih setelah mereka melihat pria misterius itu menahan pukulan keras hanya dengan satu tangan. Tidak perlu waktu lama baginya sebagai pembuktian diri. Keempat pria petarung itu sudah tergeletak di lantai dengan kesakitan yang amat sangat menyerang tubuh mereka. Mata-mata penuh kagum ditangkap oleh pria misterius itu untuknya, tetapi dia tidak peduli. Dia kembali menutup kepala dan mengambil pedang miliknya di atas meja. Derap langkahnya membuat semua orang terdiam. Tidak pelak hal itu juga membuat orang-orang yang sebelumnya mabuk menyempatkan diri untuk membuka mata dan menatap kepergian pria misterius itu. Dari luar bar terdengar ringkikan kuda saat sang tuan menarik tali pelana agar menjauh dari sana.

➴➵➶

"Cari orang itu secepatnya! Bawa dia ke hadapanku segera!"

Raja sudah mendengar kejadian di bar malam itu. Dia sangat ingin bertemu dengan pria yang mampu mengalahkan petarung-petarung hebat milik kerajaannya. Semua orang yang diutus untuk mencari segera bergerak cepat.

"Yang Mulia, Anda yakin dia orang yang bisa diandalkan?" tanya sang pangeran kepada ayahnya.

"Kita akan mengujinya," jawab raja itu melihat mata putra satu-satunya. Orman Hawthorne tahu pasti ada kemungkinan di setiap harapannya. Dia butuh orang yang bisa melindungi kerajaan serta garis keturunannya. Dia melakukan ini karena kondisi sudah sangat mengkhawatirkan. Penyihir Sorgin dan kelompok pemuja setan Szandor bisa kapan saja mengambil alih kerajaan. Dan dia butuh orang yang tidak tergoda hasutan setan.

"Ayah, aku bisa menghadapi mereka. Biarkan aku yang mengemban tugas ini."

Mata sang raja berkilat menatap putranya. Dia tentu tidak mengizinkan calon penerusnya celaka. Tentu dia akan melakukan apa pun untuk melindungi garis keturunannya. Baginya menyewa orang lain lebih dari kata baik. Takhta kerajaan tidak boleh putus. Dia tidak bisa menyerahkan kerajaannya kepada orang yang bukan keturunan langsung.

"Bagaimana cara kita mengujinya, Ayah?"

Suara itu datang tiba-tiba dan mengendurkan ketegangan di ruangan besar berwarna putih tempat mereka berada sekarang. Sosok sang tuan putri dengan gaun putih panjangnya dan rambut terurai indah menjadi penyejuk bagi kedua pria yang saling bertatapan dingin sebelumnya. "Putriku, kenapa kau ke sini?" tanya ayahnya.

"Aku putri kerajaan jadi aku bebas ke mana pun di dalam istana ini," jawabnya sambil duduk. "Jadi Ayah, bagaimana cara kita mengujinya?" tanyanya sekali lagi. Dia tiba-tiba tertarik dengan topik itu karena dia penasaran seperti apa orang yang tidak tergoda itu. Bila perlu dia akan turun tangan untuk mengujinya.

"Kau tidak perlu khawatir, Ayah akan mempersiapkan ujian untuknya nanti," jawab Orman Hawthorne dengan senyum yang dia berikan untuk putrinya.

"Ayah, bagaimana jika aku juga ikut mengujinya!"

Kedua pasang mata sedarah itu langsung menatap kaget mendengar permintaan Joanna yang aneh. Adiknya tidak pernah ingin terlibat urusan kerajaan karena memang dilarang, tetapi ini dia memintanya langsung menjadi hal yang cukup langka bagi kakak dan juga ayahnya. Dilihatnya mata adiknya sekali lagi, mencari maksud lain dari wanita cantik itu.

"Aku hanya ingin membuktikan bahwa memang ada manusia yang tidak tergoda oleh apa pun," dia menjawab kecurigaan sang ayah dan kakaknya. "Hanya ingin membuktikan dengan mata kepalaku sendiri," sambungnya.

"Kenapa kau sangat ingin?" tanya kakaknya.

"Karena aku selalu melihat orang-orang munafik di sini jadi aku ingin membuktikan langsung!"

"Tidak! Ini bukan main-main seperti yang kau kira! Ini menjadi hal yang serius ketika menyangkut kerajaan," titah ayahnya.

"Aku juga serius dengan apa yang aku katakan jika menyangkut kerajaan," ingatkan ayah dan kakaknya jika dia adalah putri keras kepala.

"Joanna, hentikan."

Kakaknya berbicara dengan pelan. Dia tahu adiknya itu akan terus mempertahankan permintaan yang dia inginkan sampai kapan pun. Ayahnya mendengkus dengan helaan napas berat. Putrinya itu tidak mengerti beban yang dia tanggung sungguh berat. Saat ketegangan itu sekali lagi melanda ruangan besar yang sunyi, pintu kerajaan tiba-tiba terbuka dan membawa sang penasihat kerajaan dengan terburu-buru menghadapnya.

"Yang Mulia, dia sudah kami temukan. Dia berada tidak jauh dari istana kita saat ditemukan," ucapnya diiringi derap kaki yang mulai memasuki istana. Mata sang raja tertuju pada sosok berjubah hitam dengan kepala tertutup. Sekali lihat dia tahu pria itu kuat maka tidak perlu diragukan lagi. Hanya satu yang tertinggal, mengenai ujian godaan yang akan membuktikannya.

"Siapa namamu?"

Para pengawal yang tadi mengawal pria misterius itu membuka penutup kepalanya. Memperlihatkan tatapan tajam penuh misteri di sana. Sang putri yang melihat wajah itu tidak bisa mengalihkan matanya beberapa saat. Sanubarinya bergejolak ingin segera turun tangan untuk menguji sang pria misterius.

"Julio Harding, Yang Mulia," jawabnya dengan pelan.

"Kau tentu sudah tahu apa tujuanmu dipanggil ke sini," dia mengangguk sambil menatap mata sang raja tanpa takut. "Kau juga akan diuji," sambungnya.

"Aku yang akan mengujimu!"

Suara Joanna langsung mengagetkan semua orang. Ayahnya bahkan sudah menghembuskan napas berat. Karena dia tahu percuma untuk melarang putrinya jika dia sudah menginginkan sesuatu. Julio, si pria misterius itu menatap Joanna sekilas lalu berpaling tanpa peduli. Joanna tampak merasa terhina dengan tatapan pria itu yang tidak acuh kepadanya, tetapi itu juga mampu membuat Joanna semakin ingin mengujinya.

"Saya akan menjalani ujian yang Anda berikan, Yang Mulia," jawabnya sebagai keputusan akhir dia menyetujui permintaan sang raja.

"Dan putriku yang akan mengujimu langsung," mata Joanna berbinar bahagia. Dia menatap Julio dengan senyumnya lalu mengedipkan sebelah mata tanda ujiannya sudah dimulai. Julio tersenyum samar yang menandakan dia akan melihat sejauh mana permainan gadis itu untuk mengujinya.

TBC...

DUNKELHEIT [COMPLETED]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ