"Ngerti gak lo" bentak Avisha.

"I-iya kak" jawab gadis itu lalu segera pergi meninggalkan tempat mencekam itu.

"Eh papan penggilasan, galak banget lo sama dia. Sama kita aja kek orang yang otaknya geser lo" celetuk Raiqa.

"Bukan kek orang yang otaknya geser, tapi kek orang yang kehilangan otak" jawab Fika.

"Yah elu dong, nyet" jawab Avisha.

"Otak gue gak ilang ya, cuma ketinggalan doang di rumah" jawab Fika.

"Ah sesama gak ada otak jangan saling menghina deh" sambung Raiqa.

"Lah elo ngomong sama orang yang gak ada otak berarti" jawab Rifa.

"Udah deh kalian itu sama, mau-maunya temanan sama orang yang punya otak" ucap Hanum.

"Cieee yang mau temanan sama orang gak punya otak" ucap Fika.

"YA ELO" jawab mereka serempak"

###

Avisha yang ditemani Fika dan Rifa tengah menunggu kedatangan adik kelas mereka yang tadi disuruh Avi, panggilan akrab Avisha untuk datang.

"Ma-maaf ka. A-aku telat yah" ucapnya ngosngosan. Avi hanya menatapnya datar, lalu menyuruh gadis yang diketahui bernama Bella itu untuk mengikutinya dengan delikan matanya. Bella mengikuti Avi ke sebuah ruang kelas yang berada tepat di sebelah kelas Avi. Disana ia melihat seorang perempuan tengah adik menulis sesuatu.

Avi yang berdiri di depan pintu masuk tersenyum jahil. Di kepalanya sudah beterbangan rencana-rencana jahat untuk menjahili siswi baru itu. Itulah pekerjaannya setelah dikenal menjadi bad. Mengganggu murid baru, mengerjai adik kelas, menjahili sesama angkatan, dan menantang kaka kelas.

Avi itu dia bisa menjadi orang yang otaknya geser, menjadi sosok yang mencekam bagi orang-orang di sekitarnya, dan menjadi pembuat onar dalam satu waktu.

Avi berjalan mendekati siswi baru itu tanpa gadis itu sadari. Avi merebut sebuah kertas yang sedari tadi ditorekan siswi baru itu dengan pensil.

"Wah wah wah, bagus juga gambaran lo yah. Tapi betewe, kok disini tertulis nama Gafa Reinald Ardhani yah" ucap Avi sambil memandang kertas yang ia rebut tadi.

"Astaga, bukannya itu nama kaka lo, Vi" ucap Fika pura-pura terkejut.

"Iya yah, itukan nama kaka gue" ucap Avi sambil memandang mengejak ke arah siswi baru tersebut.

"Lo tau gak, gue itu termasuk adik yang posesif ke kakanya. Jadi gue gak suka kalau ada cewek yang gue gak kenal naksir sama kaka gue. Apa ya yang harus gue lakuin ke lo" sambung Avi. Ia tersenyum evil ke arah siswa baru itu.

"Siapa nama lo?" tanya Rifa datar.

"Ka-kayla" ucap siswa baru tersebut.

"Oke Kayla, gue rasa si adik kelas ini tau apa yang harus gue lakuin ke lo. Yakan Bella?" ucap Avi sambil memandang ke arah Bella. Bella yang ditatap seperti itu sebenarnya takut. Tapi ia bisa apa.

"I-iya ka" ucap Bella takut. Ia sudah tau apa yang harus ia lakukan hanya dengan tatapan mata Avi. Wah hebatkan dia.

Bella mengambil kertas yang ada di tangan Avi, lalu merobeknya sampai menjadi sobekan-sobekan kecil lalu melemparnya ke arah Kayla.

"Uhhh kertasnya sobek. Jahat deh, dilempar ke muka lagi. Kalo gue sih bakal nangis kejer deh soalnya sketsa wajah doi gue berubah menjadi potongan-potongan kecil" ejek Fika ke Kayla. Avi dan Rifa hanya tertawa mengejek mendengar ucapan Fika.

"Denger yah siswi. Gak peduli gue tau darimana kalau elo suka sama kaka gue, dan gue juga gak peduli lo tau dan kenal kaka gue darimana. Tapi yang pasti, gue gak suka lo deket-deket sama kaka gue. Ngerti?" ucap Avi datar. Lalu ia berlalu meninggalkan Kayla dan Bella yang masih bertahan disana.

"Ma--maafkan aku ka" ucap Bella ke Kayla. Lalu ia berlalu sambil menunduk.

Begitulah tugas Bella. Setelah ia tidak sengaja pernah menumpahkan minuman ke bajunya Avi, ia harus menjadi tangan kanan Avi saat saat seperti ini. Padahal dia juga tidak tega, bahkan ada seorang siswi seangkatan Avi yang harus pindah karena terus-terusan dikerjai Avi. Kesalahannya kecil. Ia hanya tidak sengaja pernah menabrak bahu Avi saat di lapangan basket. Malang sekali nasibnya.

Avi tidak pernah mengerjai orang lain dengan tangannya sendiri. Ia memiliki banyak tangan kanan yang bisa melakukan nya. 'Gue gak mau ngotorin tangan gue dengan hal-hal yang kayak gitu' ucapnya saat ditanya salah satu sahabatnya.

Kayla yang sisa sendiri itu hanya bisa melihat potongan-potongan kertas itu dengan nanar. Ia yang sudah lelah mengambar sketsa wajah itu sedari tadi bahkan rela melewatkan waktu istirahat hanya bisa pasrah saat melihat kertas itu di sobek. Ia terlalu kaget sampai tidak bisa menghentikannya.

Kayla memunguti potongan-potongan kertas itu sambil tersenyum miris. 'Gak papa, bisa digambar lagi' pikirnya.

###

"Arsen"

Sebuah suara bariton khas seorang pria dewasa membuat laki-laki yang sedari tadi menunggu dengan gelisah di sebuah sofa ruang tamu rumahnya berdiri dari duduknya.

"Gimana, pa?" tanya nya.

"Berhasil. Mulai besok kamu bisa sekolah di sana" ucap Ario, papa Arsen.

"Baguslah" jawab Arsen.

"Sen, papa tidak tau apa alasan sebenarnya kamu mau pindah sekolah. Tapi papa harap, kau bisa lebih baik dari sekolah yang dulu. Papa tidak mau menerima surat atau telepon dari pihak sekolah karena sikap tidak baiknya kamu lagi. Sudah cukup papa menebalkan muka karena bolak-balik ruang bk dan kepala sekolah di sekolah kamu yang dahulu" pesan papa Arsen.

"Iya pa, Arsen janji. Dan Arsen akan pastikan kalau papa akan menerima telepon atau surat dari pihak sekolah karena prestasi Arsen" jawab Arsen.

'karena Arsen yang dulu dan sekarang sudah beda pa' sambung Arsen di hatinya.

"Yasudah, selamat belajar di sekolah yang baru, Arsenio Safaraz Abhivandya" ucap papa Arsen sambil menepuk pundak putranya lalu pergi ke kamarnya.

'Inilah awalnya. Dunia, bersiaplah menerima sosok Arsen yang baru' gumamnya.


~tbc~

Thanks :)

Sorry kalau banyak typo atau gak nyambung atau aneh. Soalnya aku juga baru belajar.

Vomentnya Juseyo!

Bad vs NerdWhere stories live. Discover now