Part 8

39.8K 1.4K 22
                                    

Farrel POV

Semuanya sudah berjalan normal. Ya, keluarga ini sudah menyatu sebagai keluarga normal yang sangat utuh dan harmonis. Dari luar, kami tampak dekat dan hangat. Sering menghabiskan waktu bersama baik di rumah maupun diluar. Sekilas tak ada yang terlihat ganjal. Papa yang selalu berperan sebagai suami dan ayah yang baik. Memenuhi kebutuhan keluarganya, melengkapi semua fasilitas dan tentunya berusaha untuk menjaga dan melindungi istri dan anak-anaknya. Begitupun dengan tante Lilian, berperan sebagai istri dan ibu terbaik untuk keluarga. Selalu mengurus apapun yang dibutuhkan oleh suami dan anak-anaknya. Tante Lilian pun sudah mulai dekat dengan ku. Ya, meskipun aku memang masih belum mau memanggilnya dengan sebutan ‘mama’. Tapi, tante Lilian merasa ini sudah sangat cukup. Cukup dengan penerimaan ku yang seperti ini. Begitupun dengan kedekatan aku dengan anak-anaknya. Ada Flora, Malika dan Ello. Mereka bagai satu paket yang akan membuat suasana rumah menjadi heboh. Tak ada lagi jarak antara aku dan mereka. Semuanya berjalan dengan baik semenjak kejadian tante Lilian yang jatuh pingsan beberapa bulan yang lalu itu. Yang memang secara tak langsung merubah pendirianku. Membuat aku tersadar kalau tidak ada gunanya juga aku membenci mereka.

Kami layaknya keluarga yang baru saja mencicipi indahnya dunia. Aku yang selalu berusaha menjadi ‘kakak’ yang baik untuk ketiga adik-adik tiriku. Mengantar bahkan menjemput kemanapun mereka ingin pergi. Bermain dan mengobrol tanpa batas di rumah. Mendengarkan apapun keluh kesah mereka. Bermain game bersama. Berkejar-kejaran di taman belakang rumah. Bahkan tak jarang kami saling meledek. Meskipun sebenarnya bukan Malika dan Ello lah yang menjadi prioritas utamaku. Melainkan Flora. Karena dari awal aku memang menginginkannya. Meskipun sampai saat ini, tak ada satupun dari mereka yang mengetahuinya. Rasa itu ku simpan rapat-rapat. Menjelma dalam bentuk kasih dan sayang sebagai seorang kakak kepada adiknya. Dan hal yang samapun dilakukan oleh Flora, Malika dan Ello. Mereka tampak menerima perlakuan baikku. Bahkan rasa sayang itupun mungkin sudah tumbuh dihati mereka untuk aku—kakaknya—Seperti malam ini, sehabis makan malam mereka mengobrol dan bercanda di sofa ruang keluarga.

“Kak Flo! Iiihhh…masa buku gambar Malika ditumpahin air sih?”

“Aduuhh…Aduuhh…Ampun…Malika kok maen kekerasan sih? Ini kak Flo nggak sengaja loh!”

Flora meringgis kesakitan saat Malika mencubit lengannya karena dia tidak sengaja menumpahkan gelas air minum ke buku gambar Malika.

“kak Flo bikinin lagi gambar Malika! Ini PR nya buat besok loh. Mamaaaaaaaa…Kak Flo jahaaattt…”

“Iya..Iya…Maaf…Entar kak Flo bikinin ya…Tapi kak Flo mau kelarin tugas kuliah dulu.”

“Enggak! Maunya sekarang..Kak Flo…iiihh…”

Malika masih tampak mendesak Flora. Membuat Flora sedikit kesal.

“Yeeee cengeng banget sih kamu? Tinggal gambarin lagi ajakan?”

Bukannya menenangkan Malika yang kepalanya seakan sudah mengeluarkan dua tanduk merah, Flora malah meledek Malika. Pipi chubby Malika memerah karena marah.

“Kak Flo…!! Iiiihhhh…Beneran usilkan?”

Tepat disaat Malika ingin mencubitnya lagi, Flora langsung beranjak dari duduknya, berlari ke arah sofa yang ku duduki untuk menyelamatkan diri dari cubitan Malika.

“Yeee nggak kena!”

Ujar Flora sambil mencibiri Malika. Flora bersembunyi di balik punggungku. Dia duduk diatas sandaran punggung sofa. Hal yang sudah biasa dia lakukan ketika ingin lari dari kemarahan Malika dan Ello. Karena dia tau aku akan selalu membantunya. Karena kami berdua memang senang sekali melihat wajah cemberut mereka berdua. Tak jarang juga kami membuat mereka menangis. Sehingga tante Lilian ataupun papa jadi turun tangan untuk memarahi kami. Aku seperti kembali ke masa-masa kecilku kalau sudah bersama dengan mereka. Flora yang dulunya sangat jarang menggoda Malika dan Ello, jadi ikut terpengaruh karena ku. Semenjak kami berempat dekat seperti saudara, dia malah ketagihan menggoda mereka berdua. Namun, inilah kebersamaan kami. Dan saat ini, aku hanya bisa geleng-geleng kepala melihat mereka berdua.

Family Flower's WeddingWhere stories live. Discover now