Saya tertawa lepas; makanya teman-teman saya pikir saya bahagia; padahal saya mati rasa.
Mereka bilang saya berbakat dan punya banyak talenta; tapi itu justru membebani saya karena harus menjaga nama baik saya.
Mereka membanjiri saya dengan pujian dari bibir mereka; namun itu tak pernah cukup untuk membuat saya berbangga pada diri saya.
Mereka selalu mencurahkan isi hatinya pada saya dan saya siap menjadi pendengar dan penasehat yang bijaksana; padahal saya sendiri tak kunjung bangkit dari keterpurukan saya.
Saya jarang meminta bantuan pada orang lain, padahal sejatinya saya membutuhkan pertolongan lebih.
Saya sulit mengekspresikan kebencian saya pada orang lain; karena saya jauh lebih membenci diri saya sendiri.
Inilah diri saya; selalu mencoba terlihat sempurna di mata orang lain, padahal sejatinya saya rapuh.
Mereka pikir saya bahagia; nyatanya semua hanyalah topeng belaka yang saya gunakan untuk menghadapi dunia yang keji.