My Boyfriend

5.5K 157 21
                                    

'Cup' ada yang mencium pipiku, aku menoleh ke samping dan yaa siapa lagi yang berani menciumku kecuali pacar manisku ini.

"Jim, ini di KANTIN KAMPUS" protesku karna Jimin menciumku di TEMPAT UMUM yang disaksikan puluhan mata.

"Kekekekeke, kamu cantik sih aku jadi gemes" yang diprotes hanya terkekeh dan malah mengucapkan kata-kata gombal.

"Bu, baksonya satu ya" lanjutnya lagi. Aku melihatnya dengan tatapan kesal tapiiiii menyukainya (?) entahlah, aku sendiri juga bingung.

Kalian mungkin bertanya-tanya kenapa aku kesal padahal harusnya aku senang. Asal kalian tau Jimin ituuuu anak basket nan manis kece berkharisma ganteng baik paket komplit lah pokoknya. Dan Jimin satu-satunya anak basket yang pacaran. Bukan karna anak basket ngak ganteng, tapi prinsip mereka 'cewe itu penghalang segalanya'

Jadii, bisa kalian bayangkan aku gak hanya menerima tatapan tajam dari cewe tetapi dari COWO pun juga. Ngak jarang aku mendapatkan dead threat yang berbagai macam bentuknya. Dan sekarang, aku sudah benar-benar lelah.

"Jim, minggu ini kamu basket?" Aku bertanya kepada Jimin yang masih asik sama baksonya dan sesekali memainkan rambutku.

"Ngak, kosong kok minggu ini. Kenapa? Mau jalan? Yuk yuk" kebiasaan anehnya gak pernah ilang ternyata nanya sendiri jawab sendiri -_- Tapi itu lah yang membuatnya unik.

Sambil tertawa tipis "iya chimm jalan yuk ke Duf*n"

"Serius? Yaudah hayuk. Apasih yang ngak buat pacarku ini" Jimin langsung bersemangat sambil menoel sedikit daguku.

Aku hanya terkekeh pelan melihat tingkah manis+lucunya yang kadang bikin khilaf pengen karungin bawa pulang (tapi belom pernah kesampean).

———————————
Minggu

Aku dan Jimin sudah tiba diduf*an sejak pagi, tidak terlalu banyak pengunjung seperti weekend pada biasanya. Wahana pertama yang kita naiki adalah bianglala. Dari awal masuk dia sudah mengenggam tanganku dan TAK PERNAH LEPAS.

Akhirnya sampailah giliran aku dan Jimin untuk naik. Awalnya, aku asik sendiri melihat sekeliling kota dari atas bianglala. Sampai pandanganku bertemu dengan mata indah itu, mata yang seolah tersenyum setiap hari. Aku tersenyum melihatnya.

"Sesuka itukah kamu disini?" Jimin bertanya

"Hmmm mungkin (?)" aku tertawa sendiri mendengar jawabanku. Dan Jimin pun ikut tertawa.

Dia tiba-tiba mencium tanganku dan berkata "i love you, aku bahagia saat melihat kamu bahagia seperti ini"

Sungguh Jimin belom pernah semanis ini, biasanya dia manis sambil bercanda yang malah terlihat seperti bocah lagi makan permen kesukaannya. Tapi kali ini tatapannya benar-benar serius. Senyumnya benar-benar tegas terukir indah diwajahnya. Jimin yang sekarang benar-benar terlihat seperti pria dewasa yang serius mencintai wanitanya.

'Jim, bagaimana aku bisa melepasmu jika kamu seserius ini' aku menahan puluhan rasa sesak didada dan tersenyum sebahagia mungkin " i love you too, apapun yang terjadi aku sangat mencintaimu Park Jimin"

Dan tanpa aba-aba Jimin mendekat perlahan dan mencium dahiku. Aku memejamkan mata perlahan dan mengingat semua kenangan bersama Jimin yang sudah kutetapkan akan berakhir sore ini.

Satu bulir air mata jatuh, tapi aku buru-buru menghapusnya dan menjauhkan Jimin dariku lalu mengajaknya bersiap-siap untuk turun.

Ketika turun, Dia tertawa menggodaku dan berkata "cieee yang terharu sama sikap akuuu. Jadi, aku udah berhasil belom jadi cowo cem di drama ftv? Pasti udah kan? Pasti aku juga lebih hebat dari mereka, kalo ada sutradara pasti aku langsung diajak syuting"

"Gausah kebanyakan ngayal" aku mencebiknya sambil sedikit menoyor kepalanya

"Kekekekeke, tapi aku tadi serius kok" Jimin berkata sambil mengerjap-ngerjap kan matanya

"Iyain ajalah ya biar cepet" aku yang gak mau terharu akan sikapnya lagi langsung mengiyakan. Dari tatapan matanya tadi aku juga tau kalo dia sungguh-sungguh.

Kegiatan kami berlanjut hingga sore. Banyak yang sudah kami lakukan bersama. Berteriak, tertawa, berdebat tentang banyaknya penguin di wahan 4D, melakukan photobox, hingga baju yang basah dan kering kembali.

kegiatan terakhir yang kami lakukan adalah berjalan dijembatan Anc*l sambil menikmati semilir angin dan menunggu senja berakhir.

"Mau eskrim?" Jimin bertanya kepadaku. Aku mengangguk mengiyakannya.

"Okee, tunggu sebentar yaa". Aku melihat punggunya dari belakang sambil meyakinkan hatiku untuk mengakhiri ini.

Aku egois? Iya. Karena aku benar-benar lelah menerima semua dead threat dan tatapan tajam. Dan bukan hanya karena itu, alasan terbesarnya karenaaa

"Hey, ini eskrimnya" Jimin memutus lamunanku

"Thank youuu" aku tersenyum ketika melihat eskrim datang.

Sambil memakan eskrim, aku bertanya "Jim, kamu bahagia gak sama aku?"

"Bahagialahhh" Jimin mengatakannya dengan mulut penuh eskrim. Yang membuat siapapun yang melihatnya seperti ini rasanya pengen nyulik.

"Makasih udah bahagia sama aku, aku juga bahagia bangetttttt sama kamu. Kamu ingatkan apa perkataanku di bianglala tadi?Apapun yang terjadi aku selalu mencintaimu. Jadi mulai sekarang, kita pisah aja ya"

Tepat aku selesai mengatakannya, eskrim ditangan Jimin juga habis. Jimin mengerjap-ngerjapkan matanya dengan lucu. "Hey heyyy si cantik bisa aja bercandanya" Jimin menoel sedikit daguku dan sambil tertawa pelan.

Aku mengenggam tangannya yang abis menoel daguku. Ku genggam dengan kedua tanganku dan berkata "aku serius, aku sungguh serius. Aku lelah. Tak akan ada yang beda, kamu mencintai aku dan aku tetap akan mencintai kamu. Hanya sekarang kita berpisah. Okey?" Aku meyakinkannya.

Dia menatapku lama dan dalam. Ada gurat kecewa sedih tapi mengerti dimatanya. Dan satu lagi, matanya masih tersenyum untukku, bagaimana bisa matanya masih tersenyum untukku disaat aku sudah mengecewakannya!??

"Okey, tapi izinkan aku mengantarmu pulang" Jimin memberi penawaran. Dan aku mengangguk mengiyakan

"Dan satu lagi, jika nanti aku berhasil mendapatkanmu kembali. Kamu ngak boleh kabur kayak sekarang lagi. Janji?" Jimin berkata sambil menyodorkan kelinking bantetnya.

"Okey" aku menautkan kelinkingku tanpa pikir panjang lagi.

Yang tanpa kusadari janji itu adalah keputusan tersalah yang akan membuatku bahagia selamanya.

-kkeut

ff one shotWhere stories live. Discover now