Kevan melempar sapu tangan berisikan es batu itu ke arah Vanesha. "Pake."

Dengan gesit, Vanesha segera menangkap benda lemparan itu dan menuruti perkataan Kevan. Kemudian ia mengompres sebelah tangannya dengan diam.

Baik juga ternyata ni cowo. Batin Vanesha.

"Jangan lupa abis itu sapu tangan gue dicuci yang bersih terus balikin. Kalo ilang, ganti selusin."

"Anjir," umpat Vanesha. "Salah gue udah mikir lo sedikit baik."

Sebelah alis Kevan terangkat. "Siapa yang ngijinin lo mikirin gue?"

"Lah--"

"Lo sendiri yang ngomong."

Vanesha mengacak rambutnya frustasi. Ia sudah tak tahan berada lebih lama lagi dengan lelaki itu. Dengan cepat, ia membereskan kertas bawaannya dan segera bangkit berdiri dari duduknya.

"Mau kemana lo?"

Vanesha tidak menggubris pertanyaan Kevan dan malah asik melangkahkan kakinya menjauhi meja bernomor 20 itu.

"Gue ga bakal nyuruh lo ke sini kalo gaada sesuatu yang pengen gue omongin sama lo."

Vanesha lantas memberhentikan langkahnya. Ia jadi merasa penasaran sekarang. Dengan penuh perjuangan dalam melawan rasa gengsinya, akhirnya ia kembali mendekati Kevan.

"Cepet ngomong, jangan buang-buang waktu gue."

Kevan menyenderkan punggungnya di balik kursi. Ia melipat kedua tangannya di dada dan menatap Vanesha dengan tatapan menyebalkannya seperti biasa. "Gue mau ngasih lo sebuah kesepakatan sederhana."

"Jangan aneh-aneh."

"Lo mau buku lo balik ga?!" Kevan emosi melihat Vanesha yang selalu saja melawan perkataannya.

Vanesha menghela napasnya. Ia harus bersabar jika ingin buku laknatnya itu selamat.

"Gue bakal balikin buku menjijikan itu asal lo mau ngelakuin satu hal."

"Gak, kalo aneh-aneh."

Kevan tersenyum miring. Tangannya tergerak untuk mengambil selembar kertas yang berada di dalam saku celana abunya dan meletakkannya di atas meja.

"Mudah, bukan?"

***

Vanesha membanting tas berwarna putihnya ke atas meja belajar dengan kesal.

Baru dua hari bertemu dengan cowok songong bernama Kevan saja sudah mampu membuat emosinya selalu naik, bagaimana dengan hari-hari berikutnya?

Vanesha tidak bisa membayangkannya.

Tangan putihnya terulur untuk mengambil sebuah kertas dari dalam tas yang isinya mampu membuat wajahnya kembali memanas.

10 hal yang harus dilakukan seorang ketua osis songong kepada murid baru teladan untuk mendapatkan sebuah buku laknat, yaitu:

1. Lo kudu bikinin gue bekel makanan tiap hari. Kagak boleh absen.

2. Setiap gue ngelakuin masalah di sekolah, lo harus bodo amatan, karena gue tau lo adalah seorang ketua osis, jadi lo ga boleh sok ngelarang gue.

3. Lo harus selalu bersikap menyenangkan sama gue.

4. Harus turutin apapun kemauan gue. Tenang, kemauan gue ga macem-macem kok. Kalo misalkan macem-macem, doain aja cuman dikit.

5. Lo harus bayarin bensin motor gue. Seminggu tiga kali. Ceban doang elah.

6. Beliin gue minuman kaleng, setiap hari dua. Satunya ga nyampe sepuluh rebu kok.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 07, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

KevaneshaWhere stories live. Discover now