Dia?

130 17 3
                                    

Cahaya matahari yang menyilaukan mata tak mampu membuat seorang gadis berambut panjang kecoklatan itu mengalihkan fokusnya pada setumpuk kertas yang kini berada di tangannya.

Kedua kakinya terus melangkah dengan cepat melewati lapangan basket yang kini terlihat ramai akan siswa maupun siswi. Merasa tidak perduli dengan keadaan sekitar, Vanesha tetap sibuk membaca kata demi kata yang tertera pada kertas bacaannya.

"Awas!"

Vanesha tersentak kaget saat menyadari sebuah bola basket kini melayang bebas ke arahnya, sebelum sedetik kemudian pandangannya berganti menjadi punggung kokoh seorang lelaki yang nampak begitu indah dari tempat ia berdiri.

"Mampus!" Umpat Vanesha begitu melihat salah satu kertas yang ia bawa terjatuh dan masuk ke dalam selokan kecil yang berada di pinggir lapangan.

Dengan kesal, Vanesha membalik tubuh lelaki yang sudah menyenggolnya tadi dengan kasar. "Lo gimana sih, kertas gu--"

Ucapan Vanesha terhenti saat merasa tidak asing akan wajah lelaki di hadapannya ini. Ia mencoba mengingat siapa lelaki berwajah songong yang sudah membuat kertas berharganya itu jatuh terkena air selokan.

"Lo kan cowok songong yang ada di taman kemarin. Ngapain lo di sekolah gue?!"

"Van, sorry ya. Gue ga sengaja lempar bolanya ke lo. Lo gak papa kan?" Ucap seseorang yang baru saja datang dengan napas yang tersengal-sengal.

"Gue emang gak papa. Tapi kertas gue rusak! Ini semua gara-gara lo berdua!" Ucap Vanesha sambil menunujuk dua lelaki di hadapannya secara bergantian.

"Lah, kok lo nyalahin gue? Masih untung gue nangkep bolanya. Kalo kagak, ya udah kena lo lah. Dasar cewek belagu," cerocos cowok songong itu.

"Lo siapa sih?" Lelaki berkacamata itu menatap lelaki di sebelahnya dari atas sampai bawah. "Gue ga pernah liat lo. Anak baru ya?"

"Hm."

"Bodo amat! Lo harus ganti kertas gue," kekeh Vanesha. "Cowok emang nyusahin, ah benci banget gue. Capek tau gue bikinnya."

"Emang itu kertas apa?" Tanya lelaki berkacamata itu berusaha agar nada bicaranya terdengar lembut. Ia sudah hapal sekali dengan sifat wanita galak di hadapannya ini.

"Kertas jadwal kerja osis minggu ini. Ari, lo tau kan gimana galaknya Pak Leo kalo itu kertas nggak gue kasih tepat waktu?"

Lelaki yang dipanggil Ari lantas mengangguk. Ia melirik lelaki di sebelahnya yang sedari tadi hanya diam memperhatikan sekitar tanpa memperdulikan ocehan Vanesha.

"Lo bantu gue bikin kertasnya ulang."

"Gak, ogah dah."

Setelah mengatakan satu kalimat yang terdengar mengesalkan bagi Vanesha, lelaki berpakaian urakan itu segera mengambil sebuah ukulele hitam yang beberapa menit lalu ia letakkan di pinggir lapangan dan berjalan meninggalkan Ari dan Vanesha dengan santai sambil men-dribble bola basket yang ia pegang ke arah ring basket.

"Eh, cowok songong! Tanggung jawab lo!"

Tak memperdulikan teriakan Vanesha kepadanya, lelaki itu justru dengan santainya melemparkan bola yang berada di sebelah tangannya menuju ring basket dari jarak yang lumayan jauh dengan gaya angkuh yang tidak lepas dari dirinya.

Prang!

"Anjir!" Umpat Vanesha saat melihat pot kaca tanaman kesayangan Bu Eka pecah berserakan di pinggir lapangan dengan keadaan mengenaskan.

Tak perlu menunggu waktu lama, seorang wanita berbadan besar keluar terburu-buru dari ruangannya dan menatap tanaman kesayangannya yang kini sudah rusak dengan wajah memerah.

KevaneshaWhere stories live. Discover now