1

1.8K 61 10
                                    

Mungkin cerita happy ending hanya ada di negeri dongeng.

Dan takkan mungkin terjadi di dunia nyata

Mungkin harus kehilangan terlebih dahulu, untuk mengetahui bahwa “I Think, I love You”

Akan tetapi, apakah semuanya telah terlambat? Jawabannya tidak, ada sedikit harapan untuk menghapus sebuah penyesalan menjadi kebahagiaan yang berharga.

***

“Kak Freya—” ujar seorang gadis kecil menarik ujung baju kakak perempuannya. Terlihat gadis itu nampak gugup menatap kakak semata wayangnya.

“Ada apa Keci? Kakak harus berangkat kerja” ujarnya seraya memasukkan seragam kerjanya ke dalam tas. Freya berjongkok di depan adiknya, menatap gadis kecil itu dengan bingung. “Ada yang mau kamu katakana?”

“Err—kakak punya uang?” Tanya Keci –adik Freya— ragu tanpa melihat Freya. Menunduk takut seraya memainkan jemarinya.

Freya mendesah pelan, seakan tahu apa yang dipikirkan adiknya. Ia membelai rambut Keci dengan sayang seraya tersenyum tipis. “Apa tidak bisa menunggu bulan depan?” Tanya Freya lemah.

Keci menggelengkan kepalanya pelan, “Tidak bisa kak, err—tapi Keci coba tanyakan besok pada ibu guru” ujar gadis kecil itu bijak.

Freya tersenyum miris mendengar ucapan adiknya. Ia tahu apa yang dirasakan adiknya sama seperti dirinya. Ia harus berkeja keras membanting tulang untuk membiyai sekolahnya yang masih berada pada jenjang SMA. Gadis itu tak tega jika harus meminta ibunya yang hanya karyawan kantoran biasa.

“Kakak tinggal dulu ya, tenang saja mama nanti datang kok. Kamu gak apa-apa kan dek, kakak tinggal sendiri?” Tanya Freya.

Keci menggelengkan kepalanya, “Kakak tenang saja, Keci berani kok tinggal sendiri” ujar gadis kecil itu mantap. Ia memang sudah terbiasa tinggal sendiri di rumah semenjak tiga tahun yang lalu.

“Ya, sudah. Kakak berangkat dulu. Assalamualaikum” ujar Freya dan berjalan keluar dari rumahnya. Gadis itu mendesah pelan, terbekas dalam ingatannya tiga tahun lalu yang pahit. Ayahnya bunuh diri karena tak kuat mendapati perusahaan yang dirintisnya jatuh bangkrut dan meninggalkan banyak hutang. Ibunya. Saat itu dirinya hanya bisa terdiam membisu dan mencoba bertahan sekuat yang ia bisa. Tak menangis, mencoba kuat untuk dirinya dan keluarganya. Ya, dia harus kuat!

***

“Bagaimana? Sudah dapat infonya?” ujar seorang laki-laki pada pria yang berada di depannya.

“Ya tuan muda, ternyata calon istri anda satu sekolah dengan anda” ujar pria itu menjelaskan dan memberikan berkas yang sedari tadi ia genggam kepada laki-laki muda di depannya.

“Kali ini tidak salah lagi kan? Aku takkan segan-segan memecatmu” ancam pemuda itu seraya mengambil berkas itu secara kasar. Ia membaca biodata gadis itu dengan teliti, tak ingin ada yang terlewat. Ia tersenyum sinis dan melemparkan berkas itu ke atas meja.

“Freya Anindhita, tamat riwayatmu” guman pemuda itu. Sudah terbayang apa yang ia lakukan kepada ‘calon istrinya’ saat hari pertama masuk sekolah. Ia memang sudah mengetahui sejak dulu bahwa ia memang sudah dijodohkan namun akhir-akhir ini saja ia mencari identitas gadis yang akan ia nikahi –secara paksa. Dulu ia memang tak peduli. Namun mengingat kedua orang tuanya tengah gencar-gencarnya mencari alamat ‘calon istrinya’, akhirnya ia pun terpaksa ikut mencari alamat ‘calon istrinya’ dan berhasil.

“Saya yakin, kali ini tidak salah tuan muda. Saya sudah menyelidiki foto gadis itu dan kali ini, tidak akan salah lagi” ujar pria itu meyakinkan tuannya.

“Raymond—” teriak seseorang dari luar kamarnya, membuat pemuda itu mendengus kesal dan memberi intruksi pada pengawal pribadinya untuk membukakan pintu. Pengawalnya pun menganggukkan kepalanya tanda mengerti dan berjalan membukakan pintu.

“Nona Keyra, err—silahkan masuk” ujar pengawal itu dan membukakan pintu kamar Raymond dengan lebar dan berjalan keluar kamar tuan mudanya. Memberikan privasi bagi kakak adik itu.

“Ada apaan sih, kak?” ujar Raymond malas, memutar kedua bola matanya jengah menatap kakak perempuannya yang tengah menatapnya dengan tajam. Namun, ia sama sekali tak terintimidasi.

Kerya mendengus kesal menatap adiknya yang tengah menatapnya datar. Ia segera beringsut berjalan menuju Raymond yang tengah duduk santai di atas sofa. “Sekarang apa yang kau rencanakan? Jangan bohong, aku tahu akal busukmu itu” ujar Keyra dan menghempaskan tubuhnya di sebelah Raymond.

“Dasar penguntit!” guman Raymond namun tetap didengar oleh kakak perempuannya yang tengah menatapnya dengan kesal.

“Apa ini?” Tanya Keyra begitu melihat sebuah berkas yang tergeletak di atas meja dan mengambilnya. Tak mengindahkan ucapan Raymond yang mengejeknya. Namun tak sempat ia membaca lebih lanjut berkas yang digenggamannya dirampas paksa oleh Raymond.

“Ish, kakak tidak ada pekerjaan ya? Selain menguntitku?!” seru Raymond kesal menatap Keyra sekilas dan berlalu pergi.

Keyra menggelengkan kepalanya menatap adiknya yang memiliki tempramen yang memang sangat buruk. Pemarah dan tak sabaran.

------------------------------

Gimana? Udah pada tahu kan gimana sikap Raymond sama Freya sehari-hari? Jangan lupa vote sama komentarnya yang selalu author nantikan :D

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 10, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Early WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang