9 (untitled)

150 18 2
                                    

Mereka telah meninggalkan Hotel dan Taka kini tengah mengatar Hideko pulang. Selama di perjalanan, tak ada satu kata pun kalimat yang terlontar di mulut mereka, hanya suara kendaraan lainnya yang mengisi kesunyian.

Pikiran mereka masih terpaku pada kejadian di hotel tadi. Rasa canggung menyelimuti perasaan kedua insan itu. Baik Hideko maupun Taka, mereka sama-sama mengutuk diri sendiri atas kejadian tadi, mereka berdua merasa bersalah. Bagi Hideko, dialah yang memulai kejadian ini lantaran dia lah yang menawar hal tabu itu. Sedangkan Taka, ia merasa buruk akibat perasaan cemburunya hingga melampiaskan emosinya pada Hideko sehingga ia hampir melakukan hal tabu pada gadis terpuruk itu.

Taka masih tetap fokus pada jalanan, namun sesekali ia melirik Hideko di rear-vision mirror, namun wanita yang dilirknya tak menyadari karena gadis di sampingnya terus memandang jalanan melalui jendela di sampingnya.

Terbesit pikiran Taka mengenai weekend besok. Ia sama sekali merasa bosan selalu dirumah. Sejak pernikahan kedua sahabatnya, Taka memang lebih memilih mengurung diri di kamarnya, atau bermain play station bersama kedua adiknya. Terbesit pikiran Taka pula untuk berniat mengajak Hideko ke suatu tempat untuk mencairkan kecanggungan akibat kejadian tadi, ia ingin memperbaiki hubungannya sebagai CEO dengan Karyawannya.

"Hideko" Taka membuka suara, melenyapkan kesunyian.

"hmm?" jawabnya yang masih memerhatikan jalanan

"Apa kau besok ada acara?" sahut Taka yang sekilas melirik Hideko lalu kembali fokus pada lajunya

Hideko jadi heran karena tiba-tiba pria disampingnya menanyainya tentang kegiatan hari esok.

Hideko pun ingat kalau besok dia akan mengajak adiknya pergi ke Yokohama. Sontak saja gadis itu langsung memberitahu Taka

"Aku ada janji dengan Hideki" ucapnya

"Janji apa?"

Gadis itu pun semakin terheran karena Taka terus bertanya

"Aku sudah berjanji mengajak adikku untuk mengunjungi makam orang tua kami" jawabnya

Taka menoleh pada Hideko "boleh aku ikut?" tawar Taka

Hideko pun melirik Taka seraya mengernyitkan dahinya "Eh? Untuk apa?" tanyanya

"Bukanya kita sahabat? Kenapa? Tidak boleh?" ucap Taka sedikit protes dengan nada dibuat bercanda

"Eum.. Bukan begitu", jelasnya merasa tak enak "baiklah kalau begitu" Hideko menyetujui

Ketika suasana kembali hening, Taka melirik cincin yang Hideko kenakan. Sambil melihat ke jalan secara bergantian, Taka yang tak tahu kalau cincin yang Hideko kenakan adalah milikknya, menilik cincinnya dengan cermat.

Taka pun tersenyum miris "Cincin itu sangat mirip dengan cincin yang ku buang"

Hideko pun memegang cincin yang ia kenakan "kalau boleh tahu, apa alasanmu membuang cincin itu?" tanya Hideko, menatap pria di sampingnya

Taka memejamkan matanya sejenak, Taka merasa malas mengungkit kejadian beberapa hari belakangan karena hanya membuat luka di hatinya kembali terbuka. Sudah susah payah Taka mampu menepis kecemburuannya sejak hari ini, namun ia malah mengungkitnya lagi

"ceritanya sangat panjang" imbuh Taka singkat

Hideko hanya diam mendengar penjelasan Taka yang singkat. Ia merasa bahwa dirinya tak perlu mengetahui masalah yang dialami Taka, karena dia menganggap dirinya hanyalah anak buahnya saja. Kalaupun Taka ingin bercerita, biarkan dia sendiri yang berinisiatif.

Hideko tersenyum tipis "baiklah. Aku tak memaksa"

"Jika aku bercerita, aku hanya membuka kembali lukaku yang baru saja sembuh" Taka tersenyum miris

LOVE 24KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang