CHAPTER 4 The Witch Trial

2 0 0
                                    

3 bulan setelah mereka memulai pertemuan mingguan mereka. Seperti biasanya Lacie bersiap pergi ke menara Riddle.

"Lacie...."

"Ya, suster Lucy ?"

"Kira – kira kapan kamu akan pulang hari ini ?"

"Eh ? sebelum matahari terbenam .... seperti biasanya kan ?"

"Oh.... baiklah"

Wajah suster Lucy terlihat sedih. Lacie menjadi khawatir, ia jadi enggan pergi.

"Ada apa ? apa ada masalah suster Lucy ?"

"Ah...tidak, tidak ada apa – apa."

Suster Lucy dengan cepat menjawab pertanyaan Lacie. "Kalau begitu aku berangkat dulu, ya." Lacie berpamitan dengan suster Lucy lalu mulai berjalan, setelah beberapa langkah ia melambaikan tangannya ke suster Lucy. Suster Lucy balas melambaikan tangannya.

"Lacie...., kenapa...."

Dalam perjalanan menuju menara Lacie masih memikirkan suster Lucy. "Suster Lucy tidak apa – apa kan ? Aku jadi enggan pergi." Tanpa sadar ia sudah sampai di menara Riddle.

"Lacie ! kamu sudah datang ! .....eh ? ada apa ?" Riddle yang menyambut kedatangannya, heran melihat Lacie yang sedang memikirkan suster Lucy. "Sebenarnya....."

 Lacie memberi tahu tentang suster Lucy kepada Riddle. "Well, kalau seperti itu sebaiknya kamu menunggu dan melihat dulu." Tiba – tiba Riddle teringat sesuatu.

"Lacie, sepertinya bunga yang kau bawa sudah cukup untuk memulihkan kekuatanku."

"Jadi ?"

"Pada pertemuan kita selanjutnya aku bisa menunjukkan canticumku kepadamu."

"Benarkah ? tapi aku belum tahu jenis canticum apa yang kamu miliki."

"Kau akan tahu pada saatnya nanti."

"Kalau begitu kenapa tidak sekarang ?"

"Aku bilang bunga itu sudah cukup, tapi belum diserap tubuhku sepenuhnya. Aku tidak bisa melakukannya sekarang."

Setelah percakapan itu mereka memulai pelajarannya. Karena sudah beberapa bulan, hal – hal yang dipelajari Lacie sudah mencakup berbagai pengetahuan. Mulai dari sains hingga sejarah. Lacie menjadi jauh lebih pintar daripada anak seusianya.

Riddle juga berubah. Ia tidak dingin seperti mereka pertama kali bertemu dan selalu baik kepada Lacie. Semua pertanyaan Lacie ia jawab dengan rinci. Mereka menjadi teman baik dalam tiga bulan itu.

"Sudah sampai di sini saja. Kita lanjutkan minggu depan." Riddle menutup pertemuan mereka. "Terima kasih Riddle. Sampai jumpa minggu depan." Lacie mengucapkan selamat tinggal sambil melambaikan tangannya, lalu mulai berjalan pulang. "Hati – hati jangan sampai tersesat !" pesan Riddle yang sedang berdiri di ambang pintu depan menara.

Setelah Lacie sudah tidak terlihat dalam pandangannya, Ia melihat rantai yang ada di kakinya. "Seharusnya dengan kekuatanku sekarang pasti sudah cukup." Sambil berpikir demikian ia berjalan ke tengah ruangan. Ia mengangkat salah satu kakinya.

Blar !!

Dengan sekali hentakan sebuah gelombang angin besar terbentuk. Bersamaan dengan itu terdengar suara kaca yang pecah. Seluruh bagian menara bersinar, dan terlihat pecah berkeping – keping. Setelah cahaya itu pudar, menara itu menjadi kembali seperti sedia kala.

"Hah.....hah.... dengan ini aku bisa keluar." Walaupun lelah Riddle puas karena sudah menghancurkan sihir penghalang yang dibuat oleh orang yang mengurungnya. Ketika melihat kakinya yang sudah tidak dirantai lagi, senyum lebar terlukis di wajahnya. "Aku bebas !"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 27, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Devil's HeartWhere stories live. Discover now