01 : PERTEMUAN

1.6K 221 161
                                    

2017

Memang benar, cinta berawal dari pertemuan-pertemuan yang 'tak terduga.

Lala Sayera Putri, gadis feminim yang sangat cuek sekali. Dengan wajah Babyface serta bulu mata yang lentik dan manik mata hitam kecoklatan, dia menatap jam tangannya yang berwarna merah muda di pergelangan tangan kirinya. Jarum pendek sedang menunjukkan angka enam dan jarum panjangnya tengah berdiam di angka lima.

Mang Jarwo, supir keluarga Lala yang setiap harinya selalu mengantar gadis itu ke sekolah dan tempat-tempat lain yang ingin gadis itu kunjungi.

Hanya tinggal 30 menit lagi sebelum gerbang sekolah Lala di tutup sedangkan dia sendiri belum mencapai setengah dari perjalanannya menuju sekolah. Jika saja Lala tahu kalau mobilnya akan mogok, lebih baik ia meminta Fatan-Sang Kakak lelakinya-untuk mengantarnya ke sekolah dengan motor merah kesayangan pria itu. Walau Lala yakin kalau Fatan baru saja bangun saat ini.

"Harusnya gue tunggu Kak Fatan aja!" serunya kesal sendiri.

15 menit sudah berlalu, Lala masih diam di dalam mobil. Sesekali ia memeriksa ponselnya, berharap waktu berjalan dengan sangat lambat hingga ia terus menghitung berapa sisa waktu sebelum gerbang sekolah tertutup.

"Ini mobil kenapa, sih? Repotin banget!" serunya ketus.

Lala keluar dari mobil, ia mengitari mobilnya itu dan menghela napas beberapa kali. Mau seberapa kali ia menatap mobilnya, Lala tetap tak mengerti kenapa mobilnya tak menyala.

Lalu, Mang Jarwo masih asik mengotak-atik mesin mobil. Lala sudah memberitahu bahwa ia sudah menghubungi Montir, tetap saja pria tua itu ingin berusaha untuk memperbaiki mesin mobil dengan tangannya sendiri.

"Enggak apa-apa, Non Lala. Mang coba benerin dulu. Non Lala cari taksi aja, dari pada telat ke sekolahnya," papar Mang Jarwo.

Gadis menarik ujung bibirnya dengan ragu-ragu. Dari awal mobilnya tiba-tiba berhenti di tengah jalan, dia sudah berpikir untuk menggunakan kendaraan lain. Jangankan taksi, angkutan kota sampai ojekpun tak ada yang memunculkan diri.

Jalan terakhir adalah berjalan hingga sekolah. Gadis itu tak keberatan sama sekali. Hanya saja, Lala benci menggunakan aplikasi Maps. Memang tidak sepenuhnya benci, tapi gadis itu pernah di sasarkan di tempat asing dan ia tidak ingin mengambil risiko itu sekarang.

"Huft," helanya kecewa.

Waktu terus berjalan, Lala tengah berada di komplek perumahan yang benar-benar sepi sekali. Tak mungkin rasanya akan ada kendaraan umum yang melewat. Dengan segenap keberanian, Lala berjalan ke depan, bertanya pada Mang Jarwo dulu sebelumnya. Ternyata tak jauh dari mereka berhenti, ada jalan besar. Hanya jalan utama di komplek tersebut, tapi tak apa. Semoga saja ada kendaraan yang mau membawanya pergi ke sekolah.

Sekitar 5 menit ia berjalan di jalan utama komplek tersebut. Samar-samar, dia mendengar suara mesin motor yang melaju ke arahnya. Entah apa yang terlintas di benar gadis ini sampai ia nekat menghentikan pengendara motor tersebut.

CKITTT!!!

Decitan ban motor yang berpadu dengan aspal jalan begitu memekakkan teliga. Sang Pengendara Motor hampir saja menabrak seorang gadis tak waras yang membentangkan tangannya di tengah jalan.

Lelaki itu membuka kaca helmnya, yang hanya memperlihatkan matanya saja. Dia menatap dengan tajam sekali dan menyumpahi Lala dengan perkataan kasar.

"Anjing, lo! Kalau mau bunuh diri, jangan di sini! Jangan di depan gue goblok!" rutuk lelaki itu dengan emosi.

Bagaimana bisa ia tak marah? Dia sedang mengendarai motor dengan kecepatan tinggi dan tiba-tiba saja seorang gadis gila entah dari mana, membentangkan tangannya di tengah jalan.

REMORSE [PINDAH KE FIZZO]Where stories live. Discover now