LIMA BELAS: Sometimes, Truth is Sick

16K 1.8K 86
                                    


Reuben menyambut gue di apartemennya dengan kepala yang dijejali tanda tanya. Dia yang tadi seharusnya masih ada kelas di kampus, terpaksa kabur karena gue nggak henti-hentinya meneror dia dengan puluhan telepon dan pesan di WhatsApp Messenger. Untung saja Bian, pacarnya lagi keluar kota sehingga dia lantas ngebawa gue terkapar di balkon unit apartemennya dan ngebiarin gue menyulut beberapa batang rokok yang menodai udara. Kami berdua duduk pada sebuah bangku rotan dan memandang ke arah gedung-gedung tinggi yang diselubungi kabut polusi. Gue bercerita, dan Reuben mendengarkan.

"Jadi gue harus gimana, Ben? Gue bener-bener dibikin pusing tentang siapa yang seharusnya gue percaya," keluh gue seraya menjentikkan abu rokok ke atas asbak. "Gue percaya sama Rey, tapi kenapa keadaan seolah memaksa gue buat meyakini kalau Rey itu pembohong?"

Di hadapan gue, Reuben yang kini diam menatap gue dengan penuh rasa kasihan, cuma diam tanpa tahu harus menjawab perkataan gue dengan kalimat yang bagaimana. Gue udah menceritakan semuanya, soal terror-teror yang dilakukan Troye, soal perasaan gue yang mulai goyah terhadap Rey, pun juga tentang pertengkaran gue dengan Kak Kimmy yang berujung terhadap berhentinya gue dari Coffee Boutique. Gue bener-bener berada di ambang kebingungan sekarang, dan Reuben pun tahu, kata-kata judgmental yang biasa dia utarakan ke gue sama sekali nggak akan membantu. Yang ada, dia bakal tambah bikin gue terpuruk dengan keadaan.

"Saran gue sih, lo tenang aja dulu, Jav." Setelah terdiam cukup lama—mungkin dia bingung mikirin kalimat seperti apa yang harus dia katakan—Reuben akhirnya menjawab dengan tenang. "Menghadapi masalah kayak begini haruslah dengan kepala yang dingin. Lo nggak boleh buru-buru sebab yang ada lo malah bakal salah langkah dan menyesal."

Gue menyesap dalam-dalam aroma menthol yang diciptakan oleh sebatang nikotin yang gue isap. Seandainya Troye sialan itu nggak hadir di antara kehidupan gue sama Rey, semuanya nggak bakal jadi kayak begini. Dipikir-pikir, kehidupan gue sama Rey tenang-tenang saja sebelum pengacau itu datang.

"Gue bakal bantu lo buat nyari informasi soal Rey dari Ken. Lo tentu masih ingat kan kalau Ken masih sodaraan sama Rey? Jadi gue rasa, gue bakal dapet sedikit petunjuk mengenai cowok itu." Turut mengambil sebatang rokok dari kotaknya, Reuben menambahkan. "Sorry sebab gue sendiri pun nggak terlalu mengenal Rey, tapi demi sahabat gue, gue bakal lakuin apapun buat ngebantu."

Usai jawaban itu, gue cuma bisa mengangguk seraya berharap kalau Reuben bener-bener bisa bantuin gue. Tuhan lagi menghadapkan gue pada situasi yang memaksa gue mencari tahu siapa sesungguhnya pihak jahat di hidup gue ini. Apakah memang benar Rey memiliki maksud tersembunyi di balik sikap polosnya yang membuat siapapun kasihan itu? Ataukah ini semua memang rencana Troye buat ngehancurin hidup gue dan ngerebut kembali Rey dari pelukan gue?

Ponsel gue yang sejak tadi tersimpan di saku celana berdenting tepat ketika monolog di dalam otak gue menguap. Setelah melirik sekilas Reuben, gue segera merogoh benda tersebut dan membuka pengunci layarnya. Satu pesan singkat masuk dari sebuah nomor tak dikenal. Siapa lagi ini? Gumam gue seraya menggeser layar sehingga isi dari pesan singkat tersebut tertampil dan memperlihatkan:

Jalan Kapitan Patimura Blok. 45 A, Komplek Hijau Asri, Bintaro, Tangerang Selatan. Selasa, jam 5 sore.

Sama halnya dengan Reuben, gue mengernyit usai membaca selarik alamat yang ditampilkan oleh pesan tersebut. Dalam segala hal yang nggak bisa dijelaskan, gue bener-bener nggak mengerti kenapa ada orang asing yang tiba-tiba ngirimin gue alamat yang bahkan nggak gue ketahui tempat apa itu. Ada apa sesungguhnya dengan hidup gue sehingga terlalu banyak orang yang meneror gue belakangan ini?

"Lo tahu alamat siapa itu?" Menyadarkan gue dari segudang tanda tanya yang membebat, Reuben bertanya.

Gue menggeleng. "Nggak, Ben. Gue bahkan nggak ngerti maksud dari SMS ini. Selasa jam lima sore? Jalan Kapitan Patimura? Do someone wanna joking at me?"

[MPREG#1] HAMILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang