TIGA BELAS: Bad News

18.6K 2K 78
                                    


Sialnya, meskipun udah gue bikin babak belur dan nyaris gegar otak, Troye rupanya belum menyerah buat mencoba menghancurkan kebahagiaan gue sama Rey. Siang itu, ketika gue lagi sibuk ngebersihin meja yang abis dipake beberapa anak muda nongkrong-nongkrong cantik, cowok itu muncul lagi di hadapan mata gue. Well, sebagian wajahnya emang sengaja dia tutupin pakai topi agar memar-memar yang berhasil gue sematkan di wajahnya tempo lalu nggak terlalu kelihatan. Cowok itu, yang penampilannya udah kayak psikopat di film-film Hollywood—I mean, jaket bisbol, topi, celana jins serta kacamata serbahitam yang dia pakai bener-bener bikin dia kayak buronan polisi—tiba-tiba aja dateng dan memanggil nama gue. Gue yang tadinya udah mau refleks karena ngelihat wajahnya lagi, akhirnya nggak jadi karena dia udah lebih dulu ngangkat tangan dan ngebikin gue nggak jadi ngelemparin bashing tub yang tadi gue pakai buat bebersih.

"Gue dateng ke sini bukan buat ngajak lo berantem lagi, Jav, so please, kendaliin emosi lo," jawabnya dengan suara yang rada memelas. Untung saja Kak Kimmy lagi duduk membelakangi gue di area kasir sehingga dia nggak perlu lihat pun ngedenger percakapan antara gue sama si Troye.

"Kalau lo nggak mau ngajak berantem lagi, terus ngapain lo nunjukkin batang idung patah lo itu di hadapan gue lagi?" tanya gue to the point. Gue malas kalau harus berbasa-basi sama orang yang gue benci macam dia ini. Seharusnya, dengan gertakan yang gue kasih kemarin, dia jera dan nggak nyoba buat nyari gara-gara lagi. "Apa lo mau leher lo yang gue patahin kali ini?"

Dan rupanya, Troye cukup takut karena ancaman gue. Terbukti, dia mengangkat kedua tangannya ke udara dan memundurkan tubuhnya sekian sentimeter dari gue. "Sumpah gue ke sini bukan buat ngajak lo berantem, Javier Pradikarsa! Gue ke sini justru mau ngasih tahu lo sesuatu. Sesuatu penting. Tentang Rey."

Seketika, amarah yang tadi sempet muncul di ujung kepala gue, kontan sirna begitu cowok di hadapan gue itu mengatakan kalimat yang barusan. "Sesuatu yang penting? Tentang Rey?"

Troye mengangguk mantap. Tidak ada tanda-tanda mencurigakan di wajahnya.

"Apa maksud lo?" tukas gue. Nggak semata-mata percaya sama bualan cowok itu. "Apa lo mau bikin rencana lain lagi buat ngehancurin kebahagiaan gue sama Rey? Apa memar dan luka di wajah lo masih belom cukup?"

Namun lagi, Troye menggeleng. "Gue sama sekali nggak punya niatan buat bikin rencana kedua, ketiga ataupun keempat, Jav! Gue udah rela kalau lo sama Rey sekarang. Akan tetapi, gue bakal ngerasa bersalah kalau sampai gue nggak ngasih tahu tentang ini ke lo. Percaya sama gue."

Jujur gue akui, gue semakin nggak ngerti sama apa yang coba dimaksud sama si Troye ini. Setelah kemarin dia nyamperin Rey di apartemen kami, berantem sama gue karena nganggep gue udah ngerebut Rey dari genggamannya, kini dia malah nyamperin gue dan bilang bahwa ada sesuatu penting tentang kekasih gue yang harus dia beritahukan kepada gue. Apa sebenernya rencana jahat yang ingin dia lakukan untuk merenggut kebahagiaan yang gue jalanin bersama Rey?

"Boleh kita keluar dan minta waktu lo buat ngobrol sebentar? Tolong?"

Atas pertanyaan terakhir yang Troye sampaikan barusan, gue lantas berpikir keras. Bagaimana jika Troye ini beneran punya rencana jahat yang lain yang gak gue ketahui? Bagaimana jika rupanya ini adalah sebuah jebakan yang dia buat untuk ngelukai gue?

Namun ngelihat ekspresi cowok itu yang bikin gue yakin kalau dia sungguh-sungguh terhadap apa yang barusan dikatakannya, gue akhirnya menghela napas berat. Mengenyahkan segala pemikiran negatif yang muncul di dalam kepala gue, sebelum memutuskan buat mengiyakan permintaannya. Kepada Raina, salah satu rekan shift yang kebetulan lewat, gue minta dibilangin ke Kak Kimmy buat keluar ngerokok sebentar. Setelah melepas apron yang sejak tadi gue kenakan, gue lantas mengayunkan kaki gue mengekori langkah Troye.

[MPREG#1] HAMILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang