Chapter 10

55 4 0
                                    

Nando menarik nafas panjang. Mengedarkan pandangannya keluar kaca kantornya, kemudian tersenyum tipis. Sepertinya ia harus sering sering menatap langit malam dari atas gedung. Terbukti pikiran suntuknya sedikit terasa lebih ringan. Nando memandang lesu meja kantornya yang penuh dengan tumpukan jertas dan dokumen dokumen penting yang harus ia kerjakan. Ia yakin saat ini penampilannya benar benar kacau. Rambut yang sudah mulai sedikit lebih panjang dari biasanya seperti tidak tersentuh. Mata panda dengan kantung yang mengerikan karena tidak tidur hampir semalaman. Siapapun yang melihat penampilannya saat ini pasti akan berkata bahwa ia sangat memprihatinkan. Nando baru akan mengambil kopi diatas meja kerjanya saat matanya terpaku pada frame di samping laptop hitamnya. Tanpa di sadari senyum kecil tersungging dari bibirnya. Foto Itaya terlihat manis dengan noda coklat di pipinya. Tentu saja foto itu ia ambil tanpa sepengetahun gadis itu. Kalau sampai Itaya tau pasti sudah mengomelinya habis habisan. Nando baru menyadari sudah hampir seminggu ia tidak menghubungi gadis itu. Ia baru memutuskan akan menelpon Itaya saat tiba tiba seseorang mengetuk pintu ruang kerjanya. Nando menoleh ke arah pintu.

"Masuk saja..!!" Perintah Nando

Asisten papanya muncul dari balik pintu dan tersenyum sopan ke arahnya. Nando membalas senyumannya.

"Maaf tuan, lima belas menit lagi meeting di mulai." Ujar asisten itu. Kemudian pamit undur diri setelah Nando mengangguk.

Nando segera merapikan penampilannya. Ia mengambil jas yang tersampir di gantungan dan memakainya. Ini meeting pertamanya dengan klien papanya. Dan ia takkan membuat papanya kecewa. Setelah memastikan rambutnya rapi, Nando mengeluarkan parfume dari saku jas dan menyemprotkannya. Seketika aroma dark chocolate bercampur dengan aroma mint memenuhi ruangan. Nando tersenyum kecil. Membayangkan betapa kerennya ia saat ini.

Bukan Nando namanya kalau tidak sedikit saja tidak kepedean. Hah...!!! Ia memang seperti itu. Dan akan selalu seperti itu. Setelah memastikan semua rapi Nando berjalan keluar ruangannya dan bergabung denga asisten dan perwakilan kantor untuk mempersiapkan meeting limabelas menit lagi.

. . .

Flashback mode on

Itaya menunjuk salah satu bintang yang bersinar sangat terang di atas sana. Kemudian menoleh ke arah Nando yang duduk di sampingnya.

"Menurutmu bintang itu bagus?" Ujarnya namun tertahan saat menoleh dan melihat Nando tengah menatapnya sembari tersenyum. Entah hanya perasaan Itaya saja ataukah benar bahwa Nando tengah memperhatikannya. Dan saat itu juga jantungnya berdetak lebih kencang.

"Nando.. kau dengar aku?" Itaya memanggil Nando sekali lagi dan menyenggol bahu laki laki itu. Nando terkesiap seperti tersadar dari lamunannya.

"Iya ta, kau bicara apa?" Timpalnya cepat. Itaya tertawa kecil.

"Apa yang kau fikirkan do?" Tanya Itaya sembari memperhatikan wajah Nando yang terlihat kebingungan " lihat itu, bintang yang bersinar terang sendirian disana? Bagus bukan?" Lanjutnya mengalihkan pembicaraan sembari kembali mendongak menatap langit malam.

Nando mendongak mengikuti arah tangan Itaya.

"Biasa saja, memangnya kenapa?" Sahutnya pendek. Itaya menatap kesal kearahnya.

"Nandooo..!! Bisa tidak kau tidak merusak moodku. Kenapa kau menjengkelkan sekali." Serunya kesal. Sialnya Nando malah tertawa terbahak bahak melihat Itaya kesal.

"Nan_" baru saja Itaya akan berteriak saat tiba tiba Nando membungkam mulutnya dan memeluknya erat di di antara ketiaknya sembari tertawa.

Itaya tersenyum kecil mengingat momen kecilnya bersama Nando. Entah sejak kapan tiba tiba dadanya merasa sesak.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 31, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Highest Dream Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang