Chapter 6

30 5 0
                                    

    Kencan dengan orang yang baru di kenal itu canggung.

Mungkin itu yang di rasakan Itaya sekarang. Entah ia harus senang atau tidak. Tapi ini benar benar sesuatu yang belum pernah terfikirkan olehnya.  Dan ini semua efek dari sikap isengnya yang akhirnya membuat Agil tertantang mengajaknya jalan malam ini. Huufft, harusnya ia tahu kalau Agil akan menanggapinya dengan serius.  Daripada akhirnya ia harus terjebak dengan awkward feeling seperti ini.
Ting.. ting...
Bel apartemen berbunyi saat Itaya baru saja selesai menguncir rambutnya. Ia menyambar tas mungil putih di atas meja dan bergegas membukakan pintu.

"Hai.." sapa Agil saat Itaya membuka pintu. Itaya tersenyum.

"Hai gil.. kita berangkat sekarang?" Balas Itaya yang di jawab anggukan oleh Agil. 

"Ayo" ujar Agil sembari memberi ruang untuk Itaya agar berjalan terlebih dulu .

"Kau berbeda ya." Ujar Agil saat perjalanan.

"Maksudnya?" Tanya Itaya sembari mengernyitkan kening.

Agil tertawa "Aku pikir kau akan berdandan lama saat aku mengajakmu jalan. Ternyata kau lebih cepat dari yang ku kira."

"Kau ini ada ada saja. Aku memang lebih suka seperti ini. Aku jarang berdandan." Ujar Itaya sembari tertawa.

"Aku tidak suka kalau mengajak kakakku pergi."

"Kenapa?"

"Karena dia akan menghabiskan waktu untuk berdandan sebelum berangkat. Ya.. jadi kupikir semua wanita seperti itu." Jelas Agil membuat Itaya lagi lagi tertawa.

"Berarti awalnya kau berfikir aku wanita rempong yang menghabiskan waktu di depan cermin ?" Tanya Itaya.

"Iya"

"Jahat..!!" Gerutu Itaya dengan ekspresi yang di buat sekesal mungkin. Agil tersenyum.

"Jangan cemberut begitu.. jelek." Rayu Agil.

"Kau menyebalkan..!!" Umpat Itaya. Agil tertawa.

"Gadis yang menarik" pikirnya.

Itaya terdiam, mengalihkan keluar kaca mobil. Jakarta di malam hari lebih menyenangkan. Sebenarnya ia sedikit kepo dengan alasan Agil mengajaknya jalan. Ya, tapi ia takut suasana awkward akan terbentuk jika ia menanyakannya. Dan ia benci suasana itu.

"Gil.." Itaya melirik Agil yang tengah serius memperhatikan jalan di depannya.

"Iya?"

"Kenapa kau mengajakku berkencan? Uhmm... maksudku .." pertanyaaan Itaya berhenti saat Agil menatap ke arahnya. Lama.

Dalam hati Itaya merutuk. 'Dasar bodoh, kenapa kau menanyakannya Itaya.' Batinnya.

"Aku ingin mengajakmu makan malam.Sudah lama aku makan malam sendirian di luar." Ujar Agil Membuat Itaya sedikit bernafas lega.

"Kau ingin makan dimana?" Tanya Agil saat mereka berjalan di taman monas.

"Dimanapun aku suka. Asalkan gratis " jawab Itaya asal yang membuat Agil tertawa.

"Aku pikir kau yang akan mentraktirku" goda Agil.

"Apa..!!" Tanya Itaya terkejut. Agil tertawa.

"Hahaha... aku hanya bercanda."

"AGIL...!!!" geram Itaya.

"Kalau begitu kita makan disana saja ya." Ujar Agil sembari menunjuk S'cafe yang terletak di seberang. Itaya mengangguk.

"Baiklah."

***

"Ashieta," panggil Agil saat Itaya memasukkan steak daging ke dalam mulutnya. Ia mendongak.

The Highest Dream Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang