Dua

11 0 0
                                    

Pada dasarnya hidup tidak mungkin sempurna.
¤¤¤

Gheo terduduk di bangku semen buatan ayahnya. Langit bandung memang sedang tidak bersahabat, mendung tak menampilkan setitik cahaya pun. Kadang Gheo duduk bersama adik semata wayangnya menatap langit lalu menghitung bintang. Membayangkannya saja sudah mampu membuat dirinya tersenyum.

Ia baru saja akan terlelap saat titik hujan pertama mengenai wajahnya. Ia mendengus lalu berlalu masuk rumah.

Disakunya hp sudah dari tadi sore bergetar entah itu dari gadis gadis menor, grup atau sahabatnya. Sudah berratus ratus notif di hpnya tidak menarik perhatiannya, namun sedetik kemudian ide gila terbesit di otaknya. Tanpa menunggu lama ia menekan tombol call pada layar hp. Telephone diangkat pada dering keempat, bibrnya teecetak senyum "gila.kali.lo.ya." suara orang disebrang tampak menahan geram. "Halo belom tidur lo?" Gheo terlalu suka mengganggu orang lain "Jangan.coba.main.main.sama.gue!". Suara Agata memenuhi rongga pendengarannya.

***

Agata merasakan hpnya bergetar, sialnya ia taruh diatas meja dan secara tidak langsung semua orang di meja makan itu memperhatikan benda mati yang sedang berdering itu. Julian hanya mengangguk memberi kode kepada Agata untuk mengangkatnya. Agata takut takut melihat orang tuanya namun orangtuanya tampak tidak peduli, jadi Agata memutuskan untuk mengangkatnya, nyaris gila ia melihat hpnya, jadi gadis itu berpamitan agak menjauh "gila.kali.lo.ya." sumpah setengah mati ia menahan geram namun tetap harus menjaga suaranya. Dengan entengnya Gheo berucap "halo belom tidur lo?" Hampir saja Agata menyumpah serapah lelaki itu. "Jangan.coba.main.main.sama.gue!" Gelak tawa Gheo membuat Agata menepuk nepuk jidatnya. "Mau apa lo nelpon gue hah?". "Nggapapa kok, KEPENCET" Agata harus menjauhkan ponsel dari telinganya sinting ni orang setelahnya ia memasukan ponsel di saku setelah sebelumya menutup teleponnya.

"Saya harap besok hp kalian tidak kalian bawa saat makan" Rosa berujar sambil menatap kedua anaknya sebelum beranjak, Agata yang tau hal itu ditunjukan padanya hanya tertunduk sambil menganggukan kepala.

***

Julian mengetuk pelan  pintu kamar Agata sebelum membukanya. Agata menoleh menuju sumber suara. "Galau mulu lo jomblo juga". Agata langsung melempar boneka di sampingnya, namun dengan sigap ditangkap boneka itu dan sekarang dijadikan alasnya tidur dengan tanpa sungkan lelaki berambut acak acakan itu merebahkan diri disamping Agata.

Dalam beberapa menit mereka terpaku dalam hening hingga suara julian berhasil memasuki indra pendengaran gadis itu "Tadi siapa yang telepon?". Agata mengibas ngibaskan tangan "orang gila ngga penting". Namun bukan abangnya kalo tidak mendesak, memurutnya abang kesayangannya itu terlalu ingin tau "IJUL BERISIK TAU NGGAK" abangnya itu meringis tapi tetap saja ingin tau "Kambing emang lo ya, ngga penting banget abang gue tercinta ngapain lo pengen tau". "Yakan gue abang lo gue harus tau dengan siapa lo berhubungan". "Sikap over lo betein sumpah, pergi sana gue mau tidur". Julian masih tidak beranjak dari tempatnya sesenti pun. "IJUL BANGKE LO GUE MARAH SAMA LO TITIK" ijul tersenyum lalu menarik hidung adeknya "udah gede lo ya" setelahnya ia melenggang pergi. Julian tau ada sesuatu dengan senyum gadis tadi.

***

Agata tersenyum berniat mengahampiri Fitri yang menyapanya, baru saja ia akan melangkah tiba tiba sebuah motor berkecepatan di atas rata rata menyenggol bahunya. Teman temannya yang menyaksikan menahan napas melihat tubuh gadis itu menyentuh tanah "KAMPRET LO YA!". lelaki itu memang sempat berhenti namun tetap melajukan motornya tanpa repot repot menolongnya.
Fendi yang tersadar duluan langsung menghampiri Agata dengan tatapan khawatir "Ta lo nggapapa, kampret banget si siapa tadi, banci dasar" Agata menolak bersentuhan jadi ia hanya berusaha berdiri "makasih ya udah ditunggu fitri". Fitri yang masih syok hanya mengikuti langkah Agata.

Dikelasnya Agata langsung mendapat bertubi tubi pertanyaan dari "lo nggapapa?". "Mana yang sakit". "Ta pulang aja ngga usah ikut pelajaran" dan lain lain. "Makasih nih ya tapi gue nggapap sumpah elah cuman gitu."Agata berlenggang duduk dikursinya. Greta memperhatikan Agata dari atas sampai bawah. "Apa?". "Katanya lo jatuh tapi nggapapa tuh". Agata tertawa "Martmut lo bukan temen". Greta mengangkat bahunya acuh.

"Ta ajir gue nggatau mau ada uh" Agata menoleh lalu menepuk bahu sahabatnya  "It's okey Gret sok panik lo tinggal bilang ntar gue nyonto lo ya gitu aja pake akting dasar jadul lo". Greta tertawa sambil memasang muka yang berbinar binar "lo emang temen gue ta"

***

Agata diharuskan pulang lebih awal, tak tanggung tanggung sang abang kesayanganya itu rela menjemput. Namun, pukul 15.15 julian belum tampak batang hidungnya. Tapi saat itu juga ekor matanya menangkap sosok Gheo yang menaikan standar motornya, tidak sungkan sungkan ia langsung menghampiri laki laki itu "Ternyata lo tadi yang nabrak gue" tanpa nada membentak namun nadanya tetap meintimidasi. Gheo menoleh "Apaan si Ta?". "Minta maaf ngga lo!". Gheo memperhatikan Agata lalu alisnya naik "Males" lalu langsung menyalakan motornya. Agata langsung menendang motor laki laki itu sambil memaki maki. "GHEO GUE DOAIN LO MASUK NERAKA BENERAN BARU TAU RASA LO!". "Lo bukan ustazah  lagian sori sori aja ya yang gue tau lo aja ngga alim yang ada lo kali yang masuk neraka". Agata yakin kini mukanya semerah tomat kurang ajar. Dering telepon gadis itu membuat Agata berlalu meninggalkan Gheo yang tersenyum penuh kemenangan. Dan senyum itu lah yang membuat Agata ingin memutilasi laki laki itu jika saja hukum tidak berlaku.

Gheopun berlalu setelah melihat Agata keluar gerbang.

***

Agata masuk lalu duduk di sebelah abang tercintanya dengan tampang cemeberut. Julian meringis dan langsung menjalankan mobilnya. "Nat cari makan yuk". Agata langsung melongo bahkan ia sudah lupa perihal kemarahannya tadi "APA LO BILANG BANG? SARAP EMANG LO YA" julian menutup telinganya yang sepertinya lama lama dengan gadis di sampingnya tidaj baik untuk kesehatan telinganya. Namum,  Julian tetap Julian ia membelokan arah bukan menuju rumahnya. "Ntar kalo mama marah urusan gue, ntar kita bungkusin ya". "Bang Iyan" Julian langsung memberhentikan mobilnya kala menyadari itu. Ia langsung memutar mobil ke arah rumah, Agata yang menyadari itu hanya dapat tersenyum getir sorry ya jul.

Mbok yem memyambut kedatangan kami lalu tersenyum merasa bersalah, Agata dan Julian tau arti senyum itu. Sebelum Julian berlalu ia sempatkan mengacak rambut adiknya itu.
"Nat makannya nanti ya mbok". Mbok yem tersenyum lalu mengelus pelan punggung Agata. Gadis itu tersenyum dan berlalu ke kamarnya.

***

Gheo menjatuhkan gelas di genggamnya, ia tidak perduli dengan pecahan pecahan kaca dilantai. Ia tidak peduli lagi orang orang memaki maki dirinya. Yang ia pedulikan hanya satu.

------------------------------------------------

Huhahahaa
Gimana? Aduh deg degan
Semakin kesini feelnya malah ngga dapet yaa sori banget :(

Tapi makasih ya buat kalian semua yang udah mau baca wkwk.

DAN INI LAMA BANGET GAK SI MAAF YAAA:))

Aku sayang kalian♥

Author^

Can I Find You? Where stories live. Discover now