Part 1

23 2 4
                                    

Author POV

Kring....kring....
Bunyi alarm telah mengganggu mimpi indah Rein. Dengan segenap kesadaran yang telah ia miliki, ia duduk di pinggir kasur empuknya.

ternyata masih jam 6, batin Rein.

Disaat ia akan berjalan untuk ke kamar mandi, tiba tiba ada yang mengetuk pintu kamarnya.

"Rein, lo udah bangun belom? Inget loh hari ini lo mos." ujar Reyvan.

Malas untuk menjawab, Rein membuka pintu kamarnya.

"Gue inget kok abangku tercinta..." ujar Rein sambil mencubit pipi abangnya.

"Bagus deh. Jadi gak repot deh gue. Nanti bareng sama gue kan?" ujar Reyvan.

"Iya lah, bang. Yaudah ye, gue mau mandi dulu. Dadah abang." ujar Rein sambil menutup pintu.

Reyvan hanya menggelengkan kepala melihat tingkah adiknya yang sangat membingungkan. Ia berlalu dari kamar adiknya menuju ruang makan. Lalu Reyvan menyiapkan sarapan untuk adiknya. Itulah kebiasaannya setelah ibu mereka telah meninggalkan mereka.

Sejujurnya Reyvan juga sangat terpukul dengan kepergian ibunya. Karena hal itu, Reyvan yang harus menggantikan posisi ibunya. Jangan ditanya mengapa. Itu karena ayah mereka yang telah tidak menganggap Reyvan dan Rein ada. Ayah mereka hanya sayang kepada Riska (adik bungsu). Itulah sebabnya.

"Abang kenapa?" ujar Rein mengagetkan Reyvan.

"Eh? Gak papa kok. Yuk sini sarapan dulu. Nanti lo pingsan lagi." ujar Reyvan.

"Siap, bang" ujar Rein.

Mereka makan dalam diam. Tidak sengaja Rein melihat Riska yang sedang dicium keningnya oleh ayah. Rein menatap Riska sinis, sedangkan Riska menatap Rein dengan wajah liciknya.

Seolah tau apa yang terjadi, Reyvan buru buru mengalihkan Rein yang menatap Riska.

"Rein, kita berangkat aja yuk. Ini udah jam setengah tujuh." ujar Reyvan.

Rein hanya mengangguk lalu mereka menghampiri ayah mereka.

"Yah, kita berangkat." ujar Reyvan.

Rein hanya diam lalu mengikuti Reyvan keluar rumah. Ia sudah tidak kuat lagi melihat adegan keluarga itu yang menurutnya sangatlah menjijikan. Setelah siap, mereka meninggalkan rumah.

¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤

Tepat jam 7, mereka telah sampai di parkiran sekolah.

"De, nanti lo langsung baris aja ya. Gue kan osis jadi nanti gue ngarahin lo. Oke?" ujar Reyvan.

"Oke, bang. Gue duluan ya. Dah bang Reyvan." ujar Rein sambil mengecup sekilas pipi kanan Reyvan lalu berlari masuk ke dalam sekolah.

Reyvan hanya membalas Rein dengan senyum manisnya. Sejujurnya, ia sangat sedih melihat sikap Rein belakangan ini. Ia tau bahwa Rein sangat terpukul dengan kematian ibunya. Bahkan sifatnya yang ceria dulu harus berubah. Ia sangat dingin jika bersikap kepada orang lain yang tidak ia kenal. Padahal dulu ia sangat mudah bergaul.

"Oy, van. Bengong aja lo." ujar Rinald membuat Reyvan sadar dari lamunannya.

"Nanti kesambet penghuni sekolah aja baru tau rasa lo." ujar Tio.

"Yeh lo pada. Doain kagak bener. Kasian tuh si Reyvan." ujar Aron.

"Iya sih. Kalian jahat sama aku." ujar Reyvan dengan nada yang di buat buat.

"Najis, van. Kagak cocok lo. Si Cinta gak suka sama lo lagi baru tau rasa lo." ujar Yos.

"Weh. Si ketos baru dateng nih. Udah siap buat hari ini lo?" ujar Rinald.

"Selalu siap gue mah. Dah yuk. Bentar lagi udah mau mulai. Kita kan osis jadi beri teladan dong." ujar Yos.

"Iye dah. Yang ketos mah beda. Cus dah." ujar Aron.

Mereka berlima memasuki arena sekolah. Saat di lorong, banyak sekali cewek yang menatap mereka dengan tatapan kagum. Memang mereka berlima termasuk most wanted di SMA Pelita. Apalagi mereka juga termasuk dalam osis.

Mereka memasuki kelas XI-2 IPA. Menaruh tas di kursi masing -masing lalu mempersiapkan mos untuk hari ini.
¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤

Hai.... kembali lagi bersama gue disini. Sorry bet kalo misalnya ceritanya gaje. Maklum baru pertama kali. Don't forget to give vomment ya. See you next part.

Because of youWo Geschichten leben. Entdecke jetzt