Dinar segera melirik ke arah yang dutunjuk oleh Raehan dan terkejut bukan main saat ia mendapati anaknya berdarah.

"Davka! Kamu kenapa, nak?"

"Davka gak apa-apa kok, bunda," ujarnya berusaha membuat Dinar tenang.

Tapi Dinar maupun Raehan memang tak pernah merasa tenang bila terjadi sesuatu kepada Davka. Bahkan luka lecet kecil pun akan menjadi hal yang sangat menyakitkan bagi mereka bila hal itu terjadi kepada Davka.

Dengan kompak, Raehan memegang tubuh Davka sedangkan Dinar berusaha mengangkat baju Davka yang semakin tercetak jelas noda merah itu. Saat ia sudah berhasil, alangkah terkejutnya Dinar saat ia mendapati sebuah luka yang tidak terlalu panjang namun cukup dalam disana. Sebuah kasa yang sepertinya Davka gunakan untuk menutup luka itu ternyata terlepas hingga membuat cairan merah itu kembali mendesak keluar.

Saat Dinar ingin menyentuh luka itu, ia berniat untuk memeriksa seberapa parah luka itu, Davka segera memekik kesakitan dan menggeser tubuhnya.

"Aaak bunda. Bunda. Jangan dipegang bun. Please bunda. Jangaan... aw aw aaaaw."

"Please deh Dav! Bunda megang kamu aja belom. Lebay banget sih! Cowok gak boleh manja!"

"Bodo amat bang. Mau abang bilang Davka cewek bodo amat. Yang penting akunya ga sakit!"

Dinar mendengus kesal. Betapa rewelnya anak bungsunya ini.

"Dalem nih lukanya, Dav. Kayaknya harus dijahit," ujar sang bunda sambil terus memperhatikan luka sang anak.

Mungkin itu adalah kalimat terakhir yang terdengar oleh telinga Davka. Sebelum damai membawanya pergi.

Tunggu dulu.

Bukan! Davka bukannya meninggal. Ia hanya pingsan. Kalau Raehan lemah dengan kodok, Davka akan lemah dengan jarum. Jika Raehan menghadapi ketakutannya dengan cara berlari menjauh, Davka berbeda. Ia cenderung pingsan. Sebenarnya Dinar sedikit menyukai hal ini. Karena akan semakin mempermudahnya untuk melakukan tindakan medis kepadanya. Karena ia tidak sadar.

Raehan sedikit terhuyung, namun ia tetap berusaha mempertahankan posisinya. Seluruh tenaganya ia kerahkan untuk menahan bobot tubuh Davka yang sudah tak sadarkan diri.

Setelah memanggil mang Supri-satpam rumah Davka-, mereka membawa Davka ke rumah sakit terdekat untuk memberikan pertolongan pertama untuk luka Davka.

*****

"Ahahahaha! Asli lucu banget," ujar Diego sambil terduduk di kursi meja belajar di kamar Davka.

Sudah hampir 45 menit Diego dan Kailasha berada di rumah Davka. Malam ini mereka memang berencana untuk berdiskusi mengenai program kerja mereka selanjutnya, yaitu pensi. Namun saat mereka tiba, yang membuka pintu adalah Raehan bahkan mereka sempat mendengarkan cerita tentang kejadian Davka sore tadi.

Membayangkan Davka yang pingsan saat Dinar mengatakan kepadanya bahwa ia harus dijahit hingga Davka yang beberapa kali berusaha kabur bahkan hingga bersembunyi di balik tempat sampah. Sayangnya, ada seorang cleaning service yang hendak membuang sampah namun ia tak melihat keberadaan Davka. Dan Davka terlonjak kaget saat tubuhnya diguyur oleh sampah dedaunan yang banyak.

Seharusnya ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang