Pulpen itu punya saya, kak

Start from the beginning
                                    

Aku belum pernah melihat mereka semua, bahkan saat pengenalan pun mereka tidak ada.

Tanpa adanya ucapan salam ataupun yang lainnya, kami kembali dikejutkan oleh mereka yang menyebutkan peraturan selama MOS berlangsung secara bergantian dan dengan suara yang sangat lantang pula. Suasana PK terasa mencekam-untukku- karena ini pertama kalinya menemukan kakak-kakak seseram itu.

Saat mereka selesai membacakan peraturan, tanpa ba-bi-bu mereka keluar kelas. Dengan muka yang sangat amat datar, tanpa ekspresi.

Kakak PK pun langsung tertawa hambar, "mereka tuh Badan Pengawas Harian, yang bakal ngecek kelengkapan kalian bawa atribut. Jadi, harus selalu lengkap ya. Terus mereka gak galak kok, cuma ya gitu jadi maklumin aja ya. Tapi sebenarnya mereka baik kok."

Entah kenapa saat kakak itu mengatakannya, perasaanku tidak enak.

^•^•^

Hari kedua. Masih disuasana yang sama. Panas dan haus merupakan kombinasi yang pas untuk minum yang dingin-dingin, tapi harus ingat, puasa!

Agendanya pun masih sama seperti hari sebelumnya. Tapi, hari ini ada yang berbeda. Saat kegiatan sedang pembuatan kelompok untuk diskusi, tiba-tiba anak PMR datang kekelas dan menanyakan anak yang sedang sakit atau memiliki penyakit. Beberapa anak mengangkat tangan dan dibawa keluar oleh mereka dan diberikan pita merah. Awalnya biasa saja dan keadaan kembali normal, sampai dobrakan pintu itu terdengar lagi. Dan kakak kelas menyeramkan itu datang lagi.

"Semuanya berdiri!"

Aku langsung bangun dan menatap kedepan. Aku juga melihat anak yang lain melakukan hal yang sama, dan anak-anak yang sakit itu belum kembali.

Pantas saja perasaanku menjadi tidak enak saat PMR datang. Ternyata ada ini.

"Gak ada yang nunduk! Berdiri yang tegak! Gak ada alasan ya puasa jadi males-malesan!"

Aku sempat melihat kearah kakak kelas yang berteriak itu. Dan dia ganteng. Tolong aku! Kenapa kakak segalak itu bisa seganteng itu dimataku?

"Atribut semua ditaro dimeja. Gak ada yang ditas!"

Dengan buru-buru aku mengeluarkan semua atribut MOS yang disuruh. Awalnya kukira hanya dilihat biasa aja, ternyata dilakukan pengecekan dan sangat amat teliti.

Tiba saatnya aku diperiksa. Kakak yang memeriksaku adalah seorang perempuan. Dia cantik, tapi mukanya jutek sekali.

"Ini kenapa burung garudanya belum diwarnain?" Tanyanya sambil menunjuk bukuku.

Aku menjawab tergugu, "belum sempat, kak."

Kukira dia akan merobek bukuku, ternyata dia langsung menutupnya, "besok saya gak mau denger alesan lagi, harus udah diwarnain."

"Iya kak."

Dan kakak itu berlalu dari hadapanku.

Diam-diam aku bernapas lega. Setidaknya aku tidak harus mengulang karena jujur membuat burung garuda itu sangat susah.

Aku masih melihat yang lainnya diperiksa. Ada yang dimarahi karena tidak membawa salah satu atribut, ada yang dirobek bukunya karena salah warna. Semua kakak OSIS itu berkeliling memeriksa, kecuali satu orang.

Kakak itu. Dia hanya diam, tapi muka galaknya itu tidak dapat hilang dari pandanganku. Dia jarang bicara, tapi sekalinya bicara sangat amat tegas membuatku merinding. Dan jangan melupakan fakta bahwa dia ganteng.

Banget.

Lebih ganteng dari kakak ya pertama tadi.

Muka arab dan garis rahangnya yang kokoh membuatku sulit memalingkan wajahku darinya.

Setelah semuanya selesai dan mereka keluar, kami semua bernapas lega. Tapi, aku malah berharap mereka datang lagi dan aku bisa melihat kakak itu lagi.

^•^•^

Kegiatan pemeriksaan atribut berlangsung selama acara MOS. Dan itu berarti setiap harinya aku melihat kakak itu berdiri didepan kelas dan hanya memperhatikan.

Hingga hari terakhir mereka masuk ke PK kami, bukan dengan dobrakan pintu, tetapi ketukan dan juga senyum diwajah mereka. Tidak ada wajah sangar dan jutek yang biasanya mereka tunjukkan.

Ternyata selesai lah sudah acara 'bentak-membentak' itu dan mereka meminta maaf, bahkan salah satu dari mereka berkeliling dan memberikan tanda tangannya secara sukarela. Dan aku jadi bisa melihat wajah kakak itu sedikit lebih lama yang baru kutahu bernama Abby.

Dihari terakhir ini diisi dengan pengumpulan tanda tangan kakak OSIS sebanyak-banyaknya. Aku bertekad untuk mendapatkan tanda tangan BPH terutama Kak Abby.

Dan nasib baik sedang berpihak padaku. Saat itu, kulihat Kak Abby sedang dikerubungi oleh anak-anak MOS yang lain.

Aku pun menerobos ke kerubungan itu untuk mendapatkan tanda tangannya. Kulihat keringat yang berderai didahinya dan sekitar wajahnya. Tapi itu tidak mengurai sedikitpun kegantengannya.

"Yang mau tanda tangannya coba dikumpulin dulu, biar saya gampang tanda tangannya."

Kami serentak menyerahkannya ke dia. Dengan sabar dia menandatangani kertas kami yang sudah tak terhitung banyaknya.

Saat itu, pulpen yang sedang digunakannya habis. Dia pun bertanya, "ada yang punya pulpen lagi?" Serentak yang lain menyodorkan pulpen itu kearahnya, termasuk aku.

Tapi kau tahu? Dari sekian banyak pulpen yang ada didepannya, dia mengambil pulpenku. PULPEN PUNYAKU!

Dengan muka tersenyum dia menjawab, "pinjem ya." Aku pun menganggukkan kepala patuh sambil tersenyum pelan. Kebetulan macam apa ini?

Hingga beberapa menit kemudian selesai, dan dia bertanya, "tadi ini punya siapa ya?"

Dengan lugas aku menjawab, "pulpen itu punya saya, kak."

Dia pun mengembalikannya, "makasih." Dan tidak lupa dengan senyum diwajahnya. Aku pun menganggukkan kepala sambil membalas senyumannya.

Ternyata benar kata kakak PK, kalau mereka itu gak segalak yang kita kira. Mereka itu baik banget, apalagi Kak Abby.

Semuanya mungkin terlihat sepele. Hanya karena sebatang pulpen, tapi bisa membuat harimu berwarna hingga berhari-hari. Aku tidak menyalahkanmu jika menurutmu ini adalah hal yang terbilang tidak penting, tapi bagiku inilah bagian dari masa SMA-ku.

Dan kini, sudah bisa dipastikan bahwa Kak Abby adalah crush pertamaku di masa putih abu-abu ini.

TAMAT.

HAI! Aku kembali dengan cerita baru. Tenang. Ini sekali abis kok jadi gak usah nunggu-nunggu updatenya, namanya juga cerita pendek jadi gausah panjang-panjang dong? Ya kan? Hehehehe

Btw ini terinspirasi dari jaman aku MOS dulu, sekalian flashback lah. Tapi gak sama-sama banget kok cuma beberapa kejadian emang beneran ada. Semoga aja temen aku gak ada yang baca jadi mereka gak tau kakak kelas itu yang mana hehehehe.

Jadi gimana menurutmu?

Aku tunggu vommentnya yaaa, maaciw.

Lots of love,

Putri.

[SS • 1] - PulpenWhere stories live. Discover now