»three«

4.9K 795 31
                                    

Lalisa Manoban, cewek yang baru saja keluar dari ruang guru itu mendesah lega. Pasalnya, data untuk beasiswanya telah melewati persyaratan dan dia tak harus membayar uang sekolah atau lainnya sampai lulus nanti. Lisa senang, meski sejujurnya orang tuanya mampu untuk membayar biaya sekolahnya, Lisa hanya ingin meringankan beban keduanya.

"Hei, Lis?" Lisa menoleh, mengerutkan keningnya bingung menatap lelaki dengsn rambut hitam dan senyum simpul yang menghampirinya. Lisa tak pernah kenal, bahkan bertemu pun tidak. Melihat kebingungan Lisa, lelaki itu mengulurkan tangannya. "Jeon Jungkook, panggil aja sayang. Eh, Jungkook maksudnya."

Mendengar itu membuat Lisa terkekeh pelan. Jangan ditanya gimana jantung Jungkook, jawabannya pasti sudah tak akan jelas. Jungkook bersumpah bahwa suara tawa gadis itu terdengar seperti suara cello yang pernah dimainkan oleh adiknya, bahkan lebih indah. Rasanya seakan ia dapat mendengar suara itu berulang kali. Oh, ayolah kau tahukan orang jatuh cinta memang suka melebih-lebihkan sesuatu?

"Oh, kamu Jungkook yang ada di grup. Aku Lalisa Manoban, panggil Lisa aja." Balas Lisa, menggenggam tangan Jungkook dengan lembut. "Jungkook mau ke mana?"

Suara Lisa terasa menyenangkan di telinga Jungkook, bahkan rasanya suara gadis itu cukup untuk membuat Jungkook tak berdaya. Lelaki itu--meski tak rela--melepaskan tangan keduanya. "Oh, tadinya mau ke ruang guru."

"Terus kenapa gak jadi?"

Jungkook tersenyum, lebar. "Hehe, aku 'kan ke ruang guru mau ketemu kamu tapi udah ketemu di sini makanya gak jadi."

Lisa menunjuk dirinya sendiri, bingung. "Aku? Kenapa?"

Jungkook menggeleng, "gak apa, mau ketemu aja. Lisa laper?"

Mendapat anggukan dari Lisa langsng membuat Jungkook mendorong bahu Lisa dari belakang. "Ayo! Lets go! Kita makan biar bertenaga."

Asli, sampah.

Untung saja Lisa anaknya nurut, didorong kaya gitu sama Jungkook bukannya kesal malah terkekeh. Lisa jadi ingat adiknya sih. "Bentar, Kuk." Lisa berhenti, ia mundur satu langkah untuk menyamakan langkah keduanya. Lisa kemudian mengamit tangan Jungkook hangat dan tersenyum, "kaya gini aja daripada dorong-dorong." Kali ini Jungkook yang membiarkan dirinya ditarik oleh Lisa.

Jangan tanya bagaimana jantung Jungkook karena kalau bukan Lisa menariknya, sudah pasti Jungkook akan terduduk saat itu juga. Sumpah, Jungkook pusing apalagi ia bisa mencium aroma stroberi dari rambut gadis itu. Lemah Jungkook jadinya.

Sementara itu, Rosé yang sejak tadi menunggu Jungkook cuma bisa membeku di tempatnya saat melihat Lisa yang menggandeng--menyeret lebih tepatnya--dan kenyataan bahwa gadis itu melambaikan tangannya dengan senyum lebarnya. "Hei, Rosé! Kok tumben semalem gak muncul di grup? Rosé sakit kah?"

Iya, sakit hati gue.

"Enggak kok, semalem gue tidur lebih cepet jadinya gak baca grup." Jelas Rosé sambil mengaduk es tehnya. Jungkook meninggalkan keduanya untuk membeli makanan. Rosé berdeham, "lo ketemu Jungkook di mana?"

Lisa mendongak, senyumnya lebar membuat Rosé entah mengapa malah merasa bersalah, padahal gadis itu tak melakukan apa pun. "Di depan ruang guru. Tadi, pas Lisa keluar ketemu Jungkook. Rosé sendirian aja dari tadi?"

Sejujurnya Rosé paling geli kalau ada orang yang memanggil dirinya sendiri dengan nama, tapi kalau Lisa jatuhnya malah manis dan terlihat polos. Kadang Rosé merasa harus menjaga Lisa dari kejahatan di dunia ini. "Tadi sama June, eh dia ngumpul sama Mingyu." Rosé berhenti menunjuk meja yang berada di belakang mereka. "Tuh di sana."

Rosé gak tahu kenapa tapi saat Lisa menatap ke arah meja itu--meski tak yakin siapa yang ditatap--matanya terlihat berubah ada emosi yang tak bisa Rosé jelaskan.

"Nih, makan." Suara Jungkook mengembalikan kesadaran Lisa dan gadis itu entah mengapa terlihat tak bersemangat.

"Makasih," gumamnya kemudian mulai memakan spagetti yang dibawa oleh Jungkook. "Nanti Jungkook datang ke latihan?"

Rosé bisa melihat binar bahagia di mata lelaki Jeon tersebut dan Rosé bersumpah bahwa ia merasa sakit melihatnya. Sesak sekali, gadis itu menggigit sedotannya keras-keras, mencoba untuk menghentikan sesak di dadanya. "Iya, tapi tadi Lisa 'kan udah ke ruang guru berarti abis pulang sekolah nanti kosong dong?"

Lisa mendongak, melirik ke arah Jungkook dan menggeleng. "Gak kosong, tadi sengaja ke ruang guru dulu soalnya Lisa mau ketemu seseorang nanti."

Rosé tersenyum, menggoda. "Cie, ketemu pacar ya?"

Yang ditanya malah menggeleng, tapi wajahnya memerah. Rosé jadi gemes sendiri dan akhirnya semakin meledek Lisa, tapi saat melirik ke arah Jungkook dia langsung berhenti. Jungkook terlihat marah dan tak suka.

"Maaf ya Kook," Lisa menoleh ia kemudian menaruh garpunya dan bangkit terlebih dahulu. "Lisa duluan ya. Nanti kalau Lisa kosong, abis pulang sekolah Lisa traktir deh!" Lisa menepuk pundak Jungkook, membuat yang ditepuk kaget dan sontak tersenyum bahagia. Lisa menoleh, tersenyum ke arah Rosé. "Rosé juga Lisa ajak kok, he he. Ya udah duluan ya."

Jungkook masih memandangi punggung Lisa dan setelah gadis itu benar-benar keluar dari kantin dia langsung menjatuhkan dirinya di atas meja. Dengan tangan kanan sebagai alas, "hu hu Roje gue harus gimana dong?"

Rosé cuma bisa nepuk kepala Jungkook doang, tapi matanys memicing ketika melihat Jaehyun berdiri dari tempatnya. Bukannya mau curiga sih, tapi tadi dia sempat melihat Jaehyun dan Lisa saling bertukar pandang.

"Ah! Gue punya ide!" Seruan itu membuat Rosé kaget dan memfokuskan pandangannya pada Jungkook. "Abis pulang sekolah kita ikutin Lisa."

Awalnya Rosé ingin menyetujuinya namun kemudian menoleh ke arah Jungkook cepat. "HAH? KITA?"

Jungkook? Cuma mengangguk dengan senyum simpul dan mata memohon. Kalau gini mah, Rosé mana bisa menolak.

gasable

kenapa gue lebih pake pandangan rosé di sini? alesannya kalo pandangan lisa gue pake nanti gak ada kejutan dong hehe
-amel

gasable [3]Where stories live. Discover now