Aku hanya bisa terdiam dan mendengarkan penuturannya.
“ Aku sudah menduga dari awal dia bukan anak yang jahat. Walau baru pertama kali melihatnya, tapi aku tau sorot mata tidak mudah untuk berbohong..” batinku dalam hati.
“Lalu diamana ibumu sekarang?” tanya ku pelan.
“di rumah..” ucapnya singkat.
Aku tidak berani menanyakan tentang ayahnya… aku tau di korea semakin banyak pria tua berhati busuk yang meninggalkan istri dan anaknya lalu pergi menghabiskan uang dan berjudi. Aku tidak mau mendengar kisah seperti itu saat ini.
“kasihan dia..” batinku.
“ibumu… jika dia tau kau mencuri untuknya, dia pasti akan sangat sedih..” ucapku pelan..
Anak itu, dia hanya diam sambil menunduk..
“kau tau… walau terpaksa, mencuri tetap bukan tindakan yang baik. Bagai mana jika tadi kau benar-benar dibawa ke kantor polisi, atau bagai mana jika tadi kau di kejar puluhan orang… untung saja saat kau merampas tasku, suasana sedang sepi, jika tadi ada banyak orang.. aku tidak yakin apa yang akan terjadi padamu sekarang..” ucapku sedikit mendramatisir.
“lalu bagai mana dengan ibumu dirumah jika hal yang buruk terjadi padamu. Dia pasti akan sangat cemas dan sedih. Dan jika dia tau kau mencuri untuknya, ibumu pasti akan merasa sangat bersalah dan terluka hatinya, karna anaknya terpaksa harus mencuri untuknya..” ucapku bijak…
“aku rasa kata-kata tadi cukup untuk membuatnya sadar” ucapku dalam hati…
“baiklah,,, karna hari ini aku lulus audisi. Aku akan memaafkan tindakanmu tadi. Tapi bisakah kau berjanji bahwa kau tidak akan mencuri lagi..” ucapku dengan sedikit penekanan
“walau itu terpaksa sekalipun” sambungku tegas.
Setelah agak beberapa lama diam, anak itu mulai mengangkat kepalnya dan melihat ke arahku lalu berkta.
“ne… aku berjanji padamu noona. Aku tidak akan mencuri lagi walau terpaksa” ucapnya pelan.
Aku hanya tersenyum melihat wajah tipisnya..
“baiklah, aku pegang kata-katamu.. dan kau tau, sebagai seorang laki-laki kau tidak boleh melanggar janjimu..” ucapku sambil tersenyum
“ne..” dia menjawab sambil mengangguk..
Kemudian aku memanggil pelayan yg tadi, dan membayar tagihan untuk 2 mangkuk es krim kami..
Aku membuka dompet dam mengeluarkan semua uang yang ada di sana. Lalu dengan cepat ingin memberikannya pada anak di sampingku ini.
“ini ambillah untuk pengobatan ibumu..” ucapku halus..
Dia hanya diam tak menjaab, mungkin bingung mengapa aku memberi uang padanya,
“ambillah..” uacapku mendesak
“noona, mengapa kau memberikan uang padaku..?” tanyanya pelan
“loh.. kau bilang ibumu sedang sakit.. sudah, jangan sungkan.. ambillah uang ini.. uang ini aku berikan untuk ibumu, bukan untukmu..” jawabku meyakinkan.
“noona.. apa kau benar-benar percaya ucapanku??” tanyanya canggung.
“ehh, wae? Apa kau berbohong?” tanyaku heran dengan ucapannya.
“ani-yo.. aku tidak akan berbohong jika itu menyangkut ibuku.. aku tidak akan berbohong tentangnya..” ucapnya yakin.
“kalau begitu, aku percaya padamu..” ucapku sambil tersenyum.
Dia hanya diam, dan tetap tidak mengambil uang yang sedari tadi sudah ku sodorkan padanya.
“yaa, cepat ambil uang ini dan bawa ibumu kerumah sakit.. kenapa kau hanya diam saja” ucapku tegas
Dengan cepat aku memasukkan uang itu ke kantung bajunya.. lalu mengambil tas dan gitarku kemudian segera melangkah untuk pergi..
“annyeong..” ucapku padanya sambil melangkah ke pintu keluar… hingga sebuah suara menghentikan langkahku.
“noona.. siapa namamu..??” tanyanya dari tempat duduk padaku.
“namaku, Lee Jinju…, na halke..” jawabku sambil tersenyum.. lalu melanjutkan berjalan keluar dari toko es krim ini.
Setelah berjalan agak jauh dari toko es krim.. aku baru sadar.. ternyata karna mengejar anak tadi, aku jadi semakin jauh dari rumah. Dan sekarang aku merasakan kakiku semakin perih, aku mencari tempat duduk, dan akhirnya memutuskan untuk duduk di salah satu batu yang ada di bawah pohon yang ada di samping trotoar.
“ahh, appoo…” pekikku pelan sambil mengelap lukaku dengan tisu basah, yang selalu tersedia di tasku.
Kemudian setelah mengelap lukaku, aku mengeluarkan ponselku dari tas dan memencet kontak nomer unnie ku..
“Nomer yang anda tuju sedang tidak aktif, atau berada di luar jangkauan. Harap menelphone beberapa menit lagi..”
“Haaa… ottoke..” ucapku dalam hati..
Lalu aku membuka dompetku, hanya ada uang koin 200 won di dalamnya.. dan sialnya, aku tidak membawa ATM, atau kartu transportasi ku hari ini karna kemarin aku mengganti dompetku dengan dompet biru bermotif panda, hadiah appa untukku yang appa beli saat dia ada di china.
“ya Tuhan. Apa yang harus aku lakukan sekarang” pekikku dalam hati.
Akhirnya setelah hampir 15 menit diam dan merenungkan nasibku yang berliku ini. Aku memutuskan untuk pulang dengan berjalan kaki, mungkin akan memakan waktu lebih dari 1 jam, tapi tidak ada pilihan lain, ini sudah hampir malam.
“Tidak aman untuk seorang gadis berjalan sendirian di korea malam hari..” gumamku dalam hati, sambil mencoba berdiri dan mulai berjalan pelan.
@@@
* Dari sebrang jalan, tanpa di sadari Jinju ada sepasang mata yang sedang memperhatikannya sejak tadi*
@@@
……………………………..
Umm, part duanya sampe sini aja dulu ya..
Terima Kasih banyak buat yang mau baca..
Seperti biasa aku butuh komen tentang jalan cerita yang aku buat, apa ini menarik atau engga menarik menurut kalian.
Sebagai pemula dengan kemampuan biasa-biasa aja, aku akan coba buat yang terbaik..
Sekali lagi terima kasih udah mau baca. ^^
Jika menerut kalian ceritanya cukup menarik, silakan di like dan di vote sesuka hati..
Annyeong.. ^O^
YOU ARE READING
^^Mungkin Memang Bodoh...!!!^^
FanfictionMungkin Aku Memang Pintar dengan IQku yang mencapai 197, ini adalah karunia Allah. Memiliki keluarga yang kaya adalah bukan pilihanku. Dilahirkan dengan kepintaran tanpa harus belajar keras itu juga diluar kuasaku. Jatuh cinta itu juga bukan pilihan...
(Part 2) Anak Nakal..................
Start from the beginning
