-5-

20.2K 1.9K 191
                                    

Dear silent readers, kayaknya kalian belum dapat hidayah ya?? 😊

Show me your support juseyo 💋

🌟🌟🌟


Sehari sebelum kepulangan Farah, aku harus ke luar kota selama seminggu. Jadi, rencana untuk memperkenalkan dia dengan Hanum harus kutunda dulu.

"Sampai kapan rencananya?" tanyaku sambil memainkan sebatang rokok yang menyala di tangan kiriku dengan memutarnya.

"Dua malam aja sih."

"Sampai Surabaya jam berapa?"

"Palingan juga malam."

"Adam bisa jemput?"

"Belum tahu, katanya suruh ngabarin lagi," jawabnya dengan nada bersungut. "Kamu sendiri, kapan balik Surabaya?"

"Kenapa? Kangen? Mau jemput?"

"Kepedean dih!"

Aku tertawa mendengar nada sebal dalam suaranya. "Hati-hati selama hiking. Jangan pakai jeans belelmu!"

"Kalau pas naik sih enggak, tapi kalau sudah ngecamp ya enggak janji."

Aku tersenyum tipis mendengar sahutan tak acuhnya. "Makanmu yang teratur."

"Please, kamu ngomong seolah ini pertama kali buat aku, Nyet!"

"Kamu kalau enggak diingetin suka lewatin jam makan soalnya."

"Terserah deh!" dengkusnya kesal.

"Eggak usah sok jual mahal kalau butuh."

"Eggak usah sok perhatian kalau bukan pacar."

Kali ini aku tertawa mendengarnya. "Kalau Adam enggak bisa jemput, kabari aku secepatnya."

"Terus?? Kamu mau langsung terbang jemput aku gitu?"

"Aku bisa minta Gama buat jemput kamu kalau misal aku belum balik. Tapi kemungkinan aku sudah di Surabaya pas kamu pulang."

"Enggak usah! Aku bisa ngojek."

"Aku tahu, tapi kemungkinan kamu sampai malam bukan siang, jadi enggak usah pakai ngojek atau minta antar orang."

"Enggak masalah, mau malam atau siang, aku bisa ngurus kepulanganku sendiri."

"Enggak. Biar Gama yang jemput," tolakku dengan nada tegas, membuat Farah kembali mendengkus sebal dan memutuskan sambungan begitu saja.

Aku membuang nafas lalu menghisap rokok di tangan kiriku.

"Ada apa?"

Kepalaku langsung menoleh ke arah Syuja yang sudah duduk di samping. "Biasa. Si kepala batu," jawabku menghembuskan asap putih dari mulut.

Syuja jelas mengenal sosok Farah. Selain memang kami satu sekolah, Farah juga sahabat baik Kahiyang, istrinya. "Sudah kayak orang pacaran kalian."

"Kampret!" umpatku lalu kembali menghisap rokok.

Syuja tersenyum mendengar umpatanku. "Kenapa enggak dipacari sekalian?"

"Terus pacarnya dikemanain?"

"Memang dia punya pacar?" tanya Syuja dengan senyum sinis.

Selama ini dia memang memiliki pemikiran yang sama denganku mengenai Adam.

"Kalau beneran sayang, dia enggak akan lepasin ceweknya sendiri begitu saja dengan alasan karena si cewek tipe mandiri dan enggak mau dikekang," kata Syuja dengan tatapan tertuju ke langit malam. "Sebagai cowok, apalagi dengan status pacar, dia harusnya ada saat si cewek butuh, bukan cuma si cewek yang harus selalu ada ketika dianya yang butuh. Atau sekedar setor muka dan setor kabar. Karena itu yang bedain status pasangan dan teman."

Lost Star (Tidak Lengkap, Sudah Terbit di Galaxy Media)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang