3

8.6K 1.4K 144
                                    

Pria itu....

Ah, tidak. Aku pasti salah lihat. Mataku sepertinya kemasukan debu atau apalah itu. Yang jelas sekarang, tidak mungkin aku melihat orang itu lagi. Yakin. Aku harus yakin bahwa mataku hanya salah lihat saja.

Harus ku akui, pada dasarnya, untuk kembali lagi ke Seoul memang benar-benar menyulitkanku. Awalnya aku sudah memutuskan untuk hidup dan menetap di New York saja. Walaupun aku akan berkerja keras dan banting tulang lebih ekstra karena persaingan dalam bidang fashion di sana lebih sengit dibandingkan Seoul. Lagipula aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi sekarang. Hanya Sooji yang ku miliki.

Dan ketika Yongsun tiba-tiba mengajakku untuk kembali ke Seoul dan berkerja sama dengannya, ditambah dengan berbagai fasilitas serta kemudahan yang ia tawarkan, mau tak mau, aku pun tergiur. Meskipun aku harus berjuang untuk melawan mimpi dan kenangan buruk di kota kelahiranku ini, tidak apa-apa. Semua ku lakukan untuk Sooji. Toh, semuanya sudah berlalu. Aku sudah menjalani hidup lebih baik tanpa perlu memusingkan perjalanan hidupku yang dulu kelam.

Aku juga harus membiasakan diri untuk melawan halusinasi tentang orang itu. Seperti yang baru saja terjadi padaku, aku selalu saja merasa dihantui oleh bayangannya. Seolah-olah orang tersebut bisa saja ada di belakang punggungku. Ketakutanku itu membuatku terkadang jadi paranoid sendiri. Dan pada akhirnya aku harus meyakinkan diriku bahwa semua sudah berlalu. Orang itu tidak akan pernah muncul di kehidupanku yang kini lebih berwarna bersama Bae Sooji.

Saat aku selesai meyakinkan diri dengan mengisi penuh rongga dada dan kembali mengosongkannya perlahan, ku tolehkan kepalaku ke samping kiri dimana putri kecilku berdiri. Namun dalam jangka waktu kurang dari sedetik jantungku rasanya berhenti berdetak karena Bae Sooji tidak lagi berada di sana. Kepanikan seketika mengisi ruang hatiku. Tanganku mendingin. Kepalaku terus bergerak ke segala arah mencari petunjuk dimana Sooji.

Semua sudah berlalu sejak lima tahun yang silam dan bayang-bayang orang itu selalu saja menghantuiku. Jika hal ini terjadi, Sooji selalu menghilang begitu saja dari hadapanku.

Dengan panik aku pun mengambil dompet yang ku letakkan di troli dan berlari tak tentu arah. Tidak peduli dengan troli yang terisi hampir penuh oleh keperluan rumah tangga. Yang mengisi kepalaku saat ini adalah bagaimana caranya agar aku menemukan keberadaan putriku secepatnya. Baru saja beberapa jam yang lalu dia menghilang, kini Sooji berulah lagi. Karena sudah terbiasa, aku pun melangkah cepat ke frozen foods section. Tempat favorit Sooji jika kami sedang berbelanja. Putriku yang baru empat bulan lalu menginjak umur empat tahun itu selalu betah berlama-lama di tempat yang sejuk.

Benar saja, Bae Sooji berdiri di sana. Di salah satu lemari pendingin raksasa berisi es krim yang pastinya membuat putri kecilku itu tergiur. Aku mengelus dada. Lega karena sudah menemukannya. Tanpa pikir panjang, aku pun menghampiri Sooji.

Akan tetapi, langkahku mulai melambat saat sudah berada sekitar lima meter dari tempat di mana Sooji berdiri. Ia sedang bersama seseorang. Meminta tolong untuk mengambilkan satu es krim pada orang tersebut karena tubuhnya yang mungil itu tidak akan dapat meraih apa yang ia inginkan. Sekali lagi, hal ini sudah terjadi berkali-kali dan aku akan mengucapkan terima kasih karena telah membantu putriku yang memang sangat lincah itu.

"Sooji..." panggilku.

Kontan ia memutar badan dan sumringah lebar dengan wajahnya yang imut dan menggemaskan. "Mama!" sahutnya girang. 

Putri kecilku itu lantas berlari berhamburan ke arahku dan mengambil salah satu tanganku. Ia menarikku untuk terus berjalan ke arah lemari pendingin raksasa tempat dimana es krim favoritnya terpajang.

"Mama, Sooji pengen es klim yang bentuknya hiuuuu!" rengeknya nyaring.

Aku terpaksa memenuhi keinginannya. Ku biarkan saja ia menarik tanganku menuju refrigerator. Ia melompat-lompat penuh semangat. 

TEASE II : THE PRINCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang