Part 4

21 0 0
                                        

Luvia's pov

Kami bertiga sedang asyik mengobrol tentang kegiatan Brendan waktu di Boston. Lalu kakakku datang pulang kerja dan matanya terbelalak kaget.

"Bbb...rrrr...Brendan?" Ucap kakakku gugup.

"Ww..Will?" Ucap Brendan.

"Wow, senang bertemu denganmu. Kapan kau pindah kesini?" Tanya Will

"Seminggu lalu, aku bosan di Boston. Jadi, aku akan tinggal disini." Jelas Brendan. Pasti dia berbohong.

Setelah mendengar penjelasan Brendan, mom langsung pergi kedapur untuk masak makan malamku. Kakakku ke kamar ingin istirahat.

Ayahku setahun yang lalu sudah meninggal. Karena ia mengalami kecelakaan pesawat. Aku sedih sekali harus menerima kenyataan ini.

"Jujur saja sih!" Ucapku. Aku tidak suka orang yang berbohong.

"Ya. Aku pergi kekanar Will dulu ya." Ucapnya lalu ia pergi meninggalkan ku. Untuk pergi ke kamar Will.

Brendan's pov

Aku pergi ke kamar Will untuk mengatakan yang sejujurnya kedatanganku kesini.

Tok tok tok.

"Masuk, Brendan." Ucap Will.

Aku membuka pintunya langsung mendekati Will yang sedang duduk di pinggir tempat tidurnya. Sepertinya ia sedang mengerjakan sesuatu.

"Will, aku mau mengatakan yang sejujurnya." Ucapku sambil menghela napas panjang.

"Katakan saja." Ucap Will dengan senang hati.

"Aku sebenarnya kesini itu untuk ikut ayahku. Karena orangtuaku bercerai. Cordelia dan Eleanor ikut ibuku." Jelasku sambil menahan tangis.

"Oh tidak apa-apa Brendan. Yasudah ayo kita makan malam. Sepertinya mom sudah menyiapakan makanannya." "Tidak usah, aku mau langsung pulang saja." Ucapku." Yasudah, ayo." Will mengajakku untuk kebawah. Aku bertemu tante Sabrina ia mengajakku untuk makan malam juga, tapi aku menolak takut dad sudah mencariku.

Aku berjalan sendirian di jalan. Yasudahlah tidak apa emangnya aku anak kecil apa.

Aku telah sampai di rumah. Aku memanggil manggil dad tetapi tidak dijawab.

"Dad?" Panggilku.

"Dad?"

Hening.

"DAD?!" Ucapku dengan nada naik setengah oktaf.

Sepertinya ponselku berdering. Aku mengangkat teleponnya ternyata dad yang menelponku.

"Dad, kau dimana?"

"Aku sedang ada urusan kerja. Aku tidak pulang kerumah. Oh iya aku akan pergi ke London selama beberapa hari. Jadi, kau jaga rumah ya?"

Di rumah sendirian......

Hal yang sangat tidak kusukai....

Dengan terpaksa aku mengiyakannya.

"Ya, dad akan berapa lama disana?"

"Sebulanlah. Jagalah dirimu baik-baik ya?"

"Ya, dad juga hati-hati ya?"

"Yasudah aku tutup telepon dulu ya?"

Dad menutup teleponnya. Aku akan sendirian dirumah dalam waktu sebulan tapi tak apalah.

Sebenarnya, sendirian ada enaknya ada tidaknya. Enaknya ya bisa bebas pergi kemana saja. Tidaknya apa-apa harus kulakukan sendiri. Apalagi kalau ada sesuatu yang aneh. Huh, jangan dipikirkan.

Aku masuk kekamarku dengan malas 

Aku membanting tubuhku di kasur. Rasanya enak sekali. Istirahat sebentar lalu mandi.

Rasanya, badanku lengket. Jadi, aku mandi setelah itu memasak sebuah makanan.

Selesai, mandi aku mengganti bajuku. Aku memasak mie instan sajalah. Praktis.

Aku memasak makananku. Rasanya sih, enak juga memasak sendiri. Jadi, kan tau apa yang kurang.

Selesai masak aku lalu pergi kekamar ingin menelpon Luvia.

'Luvia's pov'

Setelah makan malam, aku langsung membanting diriku kekamar. Sepertinya ada yang menelponku.

Ternyata Brendan.

"Halo?"

"Ya, Luvia aku bosan sekali. Ayahki pergi ke London selama sebulan. Jadi, aku sendirian dirumah. Mau tidak kau menemaniku selama sebulan ini. Tapi hanya menelpon saja."

"Boleh deh, tapi di chat aja ya?"

"Yasudah tidak apa-apa. Aku mau tidur dulu ya?"

"Yasudah mulai besok ya."

Aku lalu memain ponselku. Hanya menscroll saja. Tidak ada sosmed yang asyik. Yasudah lah aku membuka twitter.

@selenagomez: this my favorite song.

@themysterious: thank you dad & mom from book

Huh, tweetnya tidak ada yang menarik. Aku tidur

I'm Not AloneWhere stories live. Discover now