Game { Aomine x Reader}

Start from the beginning
                                    

"Ha.. Banyak alasan. Sudah diam situ. Dan ini ambil bidakmu." Aomine dengan sabar, mengambil bidaknya dari [name]. Jujur saja, ia kurang suka bermain permainan ini. Karena menurutnya, ini adalah permainan anak-anak. Dan yang anehnya lagi, bagaimana bisa ada permainan ini didalam kamar. Bukannya kemarin Kise yang membawa pulang?

'Cih, anak itu. Lihat saja nanti.'

"Baiklah, ayo kita suit." Ujar [name] dengan semangat dan meletakkan bidaknya di angka 1. Aomine kembali menghela nafas dan meletakkan bidaknya disamping milik [name]. Dan seketika itu juga sebuah ide muncul dikepalanya.

"Apa menurutmu tidak membosankan jika kita hanya main saja dan kemudian kalah atau menang?" Tanya Aomine dengan seringai di wajahnya. [name] pun tampak berpikir kemudian menganggukkan kepalanya. 

"Benar juga Daiki."

"Aku mempunyai ide." Ujar Aomine sambil melipat kedua tangannya di depan dada. "Untuk yang kalah harus ada hukumannya. Dan hukumannya adalah orang yang kalah harus ikuti apa yang dikatakan pemenang." Mendengar perkataan Aomine membuat [name] merasa senang. Ia pun dengan semangat menyetujui perkataan Aomine. 

"Oke! Jadi kalau aku yang menang, kau harus menuruti semua perkataanku?" Aomine menganggukkan kepalanya. "Dan itu berarti jika aku yang menang, kaulah yang harus mengikuti semua perkataanku." Perkataan Aomine membuat [name] menjauh dan menatap Aomine dengan curiga. 

"Jangan yang mesum-mesum ya!" Ujar [name] membuat Aomine menghela nafas dan menarik tangan [name] untuk mendekat. Aomine pun mencium pipi [name] dan menganggukkan kepalanya, "Iya iya."

"Kau yang pertama saja." Aomine mengambil dadu dan memberikannya kepada [name]. [name] dengan semangat 45 melempar dadu. 

"Yess! Langsung dapat enam!" [name] dengan senang kembali melempar dadu dan berhasil mendapatkan angka 4. "1,2,3,4! Giliranmu Daiki." [name] memberikan dadu kepada Aomine dan kemudian melemparnya.

"Hahaha.. Kau kurang beruntung Daiki." Ujar [name] ketika melihat angka yang ditunjukkan dadu, 1.

"Ya... Tertawalah." Ujar Aomine dengan kesal. Permainan pun dilanjutkan. Dan setelah 47 menit dan 25 detik, terlihat posisi [name] yang berada di angka 96 sedangkan Aomine berada dibelakangnya 74.

"Heh! Daiki. Bukan mau bilang apa, tapi sepertinya kita sudah bisa melihat siapa pemenangnya." Ujar [name] sambil menatap remeh Aomine. Aomine dengan kesal melemparkan dadunya dan mendapat angka 3.

"1,2,3. Yess! Hahah... [name] aku naik tangga~" Aomine dengan senang menggerakkan bidaknya dan naik ke angka 95. Didalam hati [name] mulai panik, tapi ia berusaha menutupinya.

'Tidak apa-apa [name], tenang dan lemparkan dadunya. Pasti dapat 4!'

[name] dengan sedikit gugup, melemparkan dadunya. Waktu terasa lambat baginya ketika melihat dadu yang ia lemparkan berputar di atas papan permainan. Dadu itu pun berhenti dan menunjukkan angka 3.

'Berhenti di 99. Tidak apa-apa. Aku hanya membutuhkan angka 1!'

[name] memberikan dadu kepada Aomine sambil tersenyum tipis. Aomine yang sedang melihat papan permainan, mengangkat kepalanya dan menatap [name] dengan seringai lebar.
[name] yang merasa aneh pun bertanya, "Apa?"

"ohh [name] sayang, sepertinya keberuntunganmu sudah habis." [name] menatap heran Aomine kemudian menunduk untuk melihat bidaknya. Matanya pun melebar ketika mengetahui kalau bidaknya berada tepat diatas ekor ular.

'Kenapa aku tidak melihat ekor ular itu??'

"Sepertinya kau harus turun." Aomine menggerakkan bidak [name] mengikuti tubuh ular dan berhenti di angka 60.

"Tunggu!" [name] dengan iba menatap bidaknya yang kini berada di posisi yang kurang menguntungkan.

"Baiklah, giliranku." Aomine mulai melemparkan dadunya. [name] menatap dadu tersebut dengan dramatis. Berharap bahwa Aomine mendapatkan angka 4.

'Kumohon 4, please 4..' Pikir [name] dengan penuh harap. Namun sepertinya harapannya itu tidak bisa dikabulkan. Dadu telah berhenti dan bisa dilihat bahwa angka 5 lah yang didapatkan Aomine.

"TIDAKK!!" [name] berteriak ketika melihat Aomine yang sudah menggerakkan bidaknya dan berhenti di angka 100.

'Dia.... Menang.'

"Hahaha.. Lihat [name], aku menang dan kau kalah." Ujar Aomine sambil mengambil papan permainan dan meletakkannya di atas meja.

"Tunggu! Kita main ulang!!" [name] berusaha mengambil papan permainan itu, tetapi dicegah oleh Aomine yang memegang tangannya.

"Aturannya bukan begitu [name]." Aomine menarik tangan [name] sehingga tubuhnya berada di atas Aomine, sedangkan Aomine sendiri sudah dalam posisi tidur di atas sofa.

"Hei! Daiki! Kita harus main ulang! Aku tidak terima! Kau pasti cu-" Perkataan [name] terpotong ketika Aomine menciumnya dengan sekilas. Aomine meletakkan tangannya di pinggang [name] dan memeluknya dengan erat. [name] pun tak bisa berbuat apa-apa karena pelukan Aomine yang begitu kuat.

"Nah, karena aku menang, berarti kau harus menuruti semua perkataanku. Dan sekarang aku ingin tidur. Diamlah disitu dan temani aku." Ujar Aomine sambil mendekatkan dirinya dengan [name]. Tak lama kemudian, [name] bisa mendengar dengkuran halus dari Aomine, yang menandakan dia sudah tertidur. [name] pun menghela nafas pasrah kemudian ikut memeluk Aomine. Menutup matanya dan pergi ke alam mimpi.

END

My Date [knb]Where stories live. Discover now