Something Happened?

81 9 0
                                    

"Out the old, in with the new, impossible untill i saw you."
(Stranger - Eclipse)

📻📻📻

"Baru pulang, Buk?" Celetukan itu berhasil membuat Riana kaget. Dimas. Kebiasaannya, nunggu di rumah Riana tanpa memberitahu jika Riana sedang pergi. Ujung-ujungnya, kalau Riana membuka pintu ia sudah bersiap di belakang pintu untuk mengagetkan Riana. Ia rela menunggu berjam-jam hanya untuk bertemu sebentar dan pulang. Padahal mereka di sekolah masih sering bertemu.

"Darimana lu?"

Posesifnya kumat lagi nih..

"Pergi."

Sejak kapan gue bisa jawab sesingkat ini?

"Ya gue tahu lo pergi. Tapi kemana?" Ia terus memaksa Riana menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ia lontarkan.

"Gue sukanya tempe."

"Malah bercanda ni anak,"

"Iya, dari makan,"

"Makan? Makan di luar? Sama siapa?"

Gila nih, nanya nya kurang banyak. Kebiasaan! Kasih tau gak ya?

"Sama siapa hayo? Kepo yaa..." goda Riana sambil mendorong Dimas tepat di dadanya dengan jari telunjuknya. Wajahnya lucu menurutnya, saat Fathan sedang kesal.

"Udah la, yang penting lo udah balik dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu-" ucapan asalnya terpotong.

"Gue capek, Dim." Hari sudah semakin larut. Apalagi setelah seharian ia melakukan aktivitas di luar rumah. Wajar saja ia sudah capai dan ingin tidur.

"5 minutes?" Tawarnya.

"Yeah,"

"Gue.. boleh nginep gak?"

"Boleh, ijin sana, sama Mama!" Suruh Riana. Dimas mengangguk.

"Besok berangkat bareng, besok gue juga mau cerita karena lo udah capek." Ajakan yang lebih mirip paksaan. Dijawab anggukan oleh Riana. Sebenarnya ia tak tahu apa yang dikatakan Dimas. Ia hanya lelah. Yang dibutuhkannya hanya istirahat. Kakinya sudah tak kuasa menahan beban tubuhnya.

"Baik banget si! Peluk boleh dong ya?" Sambungnya. Ia menaik-naikkan alisnya. Tanpa menunggu lama, Dimas memeluk Riana. Tak lama, hanya beberapa detik saja. Riana sudah diambang kesadarannya. Ia sangat sulit menggerakkan tubuhnya untuk membalas pelukan Dimas. Lah ni bocah dah tidur aja buset, batin Dimas. Dan itu berakhir Dimas membopongnya ke kamar.

Dimas mencari keberadaan Klarissa--Mama Riana. Ia mengelilingi rumah Riana yang menurutnya sangat luas itu. Ia tak menemukan Klarissa. Ia ingat bahwa ia belum memeriksa di kamarnya. Ia tak mau menunggu waktu yang lama lagi. Ia segera ke kamar Klarissa.

Ia mengetuk pintu. Tangan itu menggantung di udara saat ia ingin mengetuk pintu. Ia menautkan kedua alisnya itu. Setelah itu, ia mendekatkan telinganya.

"Saya kangen kamu, Langga.."

Lirih dan menyayat hati.

👑👑👑

The Battle DanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang