Dua: Sisi yang Berbeda

5K 495 6
                                    

ENJOY READ THIS GAES..
I hope you like it.
-----------

"Praktek sama siapa?"

"Panggil aja Din. Jangan di taro di sana."

Fiona menatap acuh kearah teman sekelasnya yang mengelilingi Adin, ketua kelasnya. Hari ini adalah jadwal praktek pertama mereka di kelas 12. Setelah 1 bulan lebih terpisah dari alat-alat lab, kini mereka memakai kembali jas putih mereka.

Fiona menghampiri meja alat, sembari mengenakan jasnya. Daripada nanti berebutan, lebih baik dia mengambil alat-alatnya terlebih dahulu. Bisa kacau kalau tubuhnya yang pendek harus tergencet dan saling sikut dengan teman-temannya yang lebih tinggi, akan ada 1 atau 2 alat praktikum yang pecah.

"Aksa sama Fiona di meja 7!"

Sayup-sayup suara Adin terdengar menyebutkan nama kelompok praktik kali ini. Dengan cepat Fiona meraih baki berisi alatnya dan segera menghampiri mejanya, dimana Aksa sudah duluan meletakkan alatnya disana.

"Alhamdulillah sekelompok sama yang jenius." Fiona meletakkan bakinya, dan melirik jam tangannya. "Tapi bukannya nanggung banget ya praktik hari ini? Udah mau pulang gini."

Aksa menaikkan bahunya tak tau. "Paling dijadiin pr tugas kelompok ntar." Ujarnya mulai menyusun peralatan ke atas meja. "Lagian percobaan tekanan udara ini, ya gampanglah."

"Guru Fisika kita bukan Bi Eyi lagi lah Sa. Bikin laporannya gak bakal semudah sama dia." Fiona mencoba mengingat perkataan salah satu kakak kelasnya mengenai guru Fisikanya sekarang. "Bu Yaya kalau minta bikinin laporan kayak skripsi gitu."

"Sok tau." Aksa tersenyum sedikit. "Semoga aja sama kita gak kayak gitu."

Fiona hanya menganggukan kepalanya setuju. Diam-diam ia juga berharap akan hal itu.

"Aamiin deh."

******

"Gila, mesti dikumpulin besok? Gua ngerjainnya kapan anjir."

Davina menyandarkan kepalanya ke dinding lorong kelas 10. Tak menghiraukan tatapan adik kelasnya yang melirik kearahnya yang terlihat akan menceburkan diri ke danau sebentar lagi. Kalau saja teman sekelompok Davina bukan Raka, ia pasti tidak akan sefrustasi ini.

"Emang Raka gak bisa ngerjain sekarang?" Yola ikut bersender ke dinding, menunggu Rizky yang sedang mengeluarkan motornya. "Hari ini kan anak sepakbola gak ngumpul, Rizky aja ntar malem ngerjain tugas dirumah Dena."

"Doi lo tuh beda sama Raka, Yol. Masih agak mendingan. Tadi gua ajakkin tapi katanya gak bisa, udah ada janji sama temennya." Davina semakin memegang kepalanya yang mumet akan tugas. "Mana disuruh pake kata pengantar sama yang lain, udah kayak mahasiswa bikin skripsi tau gak!"

"Bikin dirumah gue aja, kalau selesainya malem nginep aja." Usul Dena memasukkan ponselnya ke dalam saku. "Yang lain mau ikutan sama kelompoknya juga gakpapa, biar bisa saling bantu."

"Gue sih sama Zahra, oke-oke aja kita mah sekelompok." Wilsa merangkul Zahra, yang langsung ditepis cewek itu. "Lo Fi? Ikut juga gak sama Aksa?"

Fiona menggeleng pelan. "Enggak deh kayaknya, gua gak tau dia mau ngerjain bareng atau enggak. Dia mau jemput adeknya dulu, makanya gua masih nunggu disini."

Seolah teringat sesuatu Aurel menjentikkan tangannya tiba-tiba. "Bukannya hari ini lo juga ngirim desain ke panitia penerimaan ya?"

Fiona mengangguk lesu. "Tinggal rapihin doang sih, tapi gua gak tau mau desain yang mana dikirimnya." Jawabnya sudah kelelahan membayangkan ia akan begadang hari ini.

Titik Koma [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang