Tujuhbelas

135K 7.3K 104
                                    

Sandipurwan : Jam 9 kafe biasa.

Faga mengerutkan dahinya tak mengerti, baru saja dia pulang dari rapat Osis lalu menjemput Indi yang berada di rumah orang tua nya. Tapi sebelum dia pulang Rani meminta dirinya untuk makan malam bersama dan mereka berdua baru sampai jam delapan saat ini juga.

Sandi memberitahu teman-teman nya melalui grup chat dia dan juga ketiga teman nya. Faga tak membalas nya keluar dari aplikasi Line lalu mematikan ponselnya.

Faga merebahkan dirinya dikasur, tidur terlentang sambil menatap langit-langit kamar nya bingung akan perasaan nya. Mengapa dia masih saja terjebak dalam masa lalu nya? Bagaimana tidak, orang itu terus saja mencoba untuk berbicara dengan dirinya.

Gadis di masa lalu nya belum teman-teman nya ketahui saat ini juga tak ada seorang pun dia kasih tau, bahkan hubungan nya dengan gadis itu tak ada yang mengetahui nya. Bahkan, Sandi mengira Indi adalah satu orang pertama yang masuk dalam kehidupan Faga. Tapi, kenyataan nya gadis itu lah yang datang di kehidupan Faga.

Dirinya juga yang masih sayang atau bodoh tetap bertahan? Luka itu masih membekas dihati nya, luka yang tak bisa di obati dengan siapa pun.

Gue gak pernah nyesel karena telah ngenal lu, karena dulu gue pernah bahagia sama lu batin Faga.

Lelaki itu tersenyum miris, buat apa masih mempertahankan gadis itu? Dia tahu bahwa gadis itu yang memulai nya semua menjadi berakhir.

Faga memejamkan matanya sehingga dia dapat mendengar teriakan seorang perempuan yang baru saja memasuki kamarnya.

"YA AMPUN, FAGA! BAJU LO MANA?!" teriak Indi histeris melihat Faga yang bertelanjang dada, Indi mulai fikiran yang aneh-aneh sekarang. Dalam menutupi mukanya, pipinya bersemuh merah melihat perut Faga yang-- ugh belapis-lapis karena Faga sering nge-gym .

Faga terkekeh tapi sedikit keras, "Udah halal juga."

Indi melotot sudah membuka telapak tangannya, "Mana boleh! Gua disini mau manggil lo makan malem."

Faga berjalan mengambil baju nya yang berada di lemari coklat nya, lalu memakainya.

"Kan udah makan dirumah mama, ngapain makan lagi?

"Tapi gue laper lagi." Indi memelas

"Yaudah ikut gue."

"Kemana?" Jawab nya.

"Kafe."

Indi masih saja dengan kebingungan nya, "T-api masakan gue gimana, dong?"

"Simpen aja dalem kulkas." Jawab Faga mengambil jaket hitam nya, lalu mengambil celana hitam nya juga dan masuk ke kamar mandi.

Perempuan yang memakai baju putih itu mengedikkan bahunya, "Yaudah, gue siap-siap deh."

Lalu dia menutup kamar Faga berjalan menuju kamar nya untuk bersiap-siap. Didalam kamar mandi Faga merutuki dirinya sendiri.

Bego! Ngapa bawa Indi sih.

---

Didalam mobil hanya terdengar suara radio, dan suara Indi yang mengoceh terus menerus. Difikiran lelaki yang sedang mengemudikan kendaraan roda empat nya itu berfikir; kapan sampai ya tuhan? Panas kuping gue.

"Nah terus kan, lo tau gak?" Tanya Indi

"Gak." Jawab Faga dengan menahan tawa.

"Ish! Gue belum cerita juga." Perempuan itu memanyunkan bibir nya.

Faga menyalakan sen lampu kanan nya berbelok menuju arah parkir kafe Laden Reposrer. Mematikan mesin nya lalu keluar bersama Indi yang masih saja memanyunkan bibirnya.

Ide jahil Faga terlintas diotak nya, "Gak usah manyun mulu, nggak cantik ntar."

Indi tersenyum malu, kedua orang itu memasuki kafe Faga mencari ketiga teman nya melihat mereka menduduki salah satu meja yang cukup besar. Ternyata ada Filda dan juga Putri berada di sana.

Yang tentunya, Filda bersama Sandi, dan Putri dengan terpaksa dengan Gara. Derik? dia curhat kepada mereka bahwa Tasya-- adik kelas nya tak bisa ikut dikarenakan grandma nya sakit cukup parah.

Hanya Derik yang keliatan jones di perkumpulan mereka, Faga dan Indi tersenyum lalu menyapa mereka.

"Haiii!," seru Indi riang, "gue kira lo berdua gak ikut." Indi duduk di samping Faga, lalu berbincang-bincang yang dibumbui tanda tawa.

"Gua merasa jones banget masa." Derik dengan wajah suram nya menatap satu persatu mereka. Gara menyeletuk,

"Mangkanya, cari itu yang sederajat gak usah cari adik kelas gitu. Masih bocah kok dipacarin, gue fikir kek nya itu si Sya-- Syata ya namanya? Ah gak peduli gue, kayak nya bukan anak baik-baik deh."

Derik perlahan menganggap Gara bercanda, lalu mendengar Tasya di jelek-jelekkan oleh Gara rahang nya mengeras, tangan nya mengepal kuat secepat mungkin dia meredakan amarah nya.

"Hus! Gara ih, gak boleh gitu. Buktinya dia nolongin gue waktu itu, ya kan?" Indi memperingati Gara, Gara hanya memutar bola mata nya malas.

"Lo kalau gak tau apa-apa tentang Tasya, mending diem deh." Tak biasa nya Derik berucap sangat serius, lalu dia memejamkan matanya bersandar di kursi.

"Udah, lupain aja. Mending kita main truth or dare sambil nunggu makanan dateng?" Putri mengambil ide yang membuat mood mereka bagus.

Faga mengambil botol yang bersebelahan dengan meja mereka, lalu membuang air nya yang sisa sedikit. Setelah itu, dia menaruh nya tepat berada di tengah-tengah meja.

"Oke, siap?" Indi mengintruksi dengan serius, dan diangguki oleh mereka semua.

Botol greentea itu berputar cukup cepat lalu tutup botol nya mengarah kepada Faga, lelaki itu hanya menghembuskan nafas nya pasrah.

"Nah!" Indi menunjuk Faga, lalu Indi menatap mereka satu persatu "truth or dare?"

"Truth"

"Cielah! Cowok kok milih truth, dare dong." Putri dengan sewot mengomentari pilihan Faga.

Faga hanya menaikkan alisnya satu, "So? Pilihan gue juga, kenapa lo yang sibuk?"

Putri merasa hati nya tertusuk dengan tancapan pisau yang beribu-ribu, hancur berkeping-keping. Sebab, lelaki itulah yang membuat dirinya jatuh cinta pandangan pertama.

Indi yang mengetahui perubahan wajah Putri langsung menggenggan tangan Putri untuk memberikan semangat, lalu Indi tersenyum manis.

"Yaudah, gue yang nanya ya. Lo siapa nya Indi? Jalan kemana-mana berdua mulu." Gara menanyakan sambil menunjuk-nunjuk Faga.

"Temen." Jawab Faga, singkat, padat, dan jelas.

Gara dengan wajah jahilnya mendekatkan muka nya tepat didepan wajah Faga. Faga dengan wajah datar nya menggeplak muka Gara.

"Anjing! Sakit bego." Gara mengusap-ngusap kepala nya pelan, seketika tawa mereka pecah ulah Gara. Kecuali Putri, masih saja mukanya ditekuk.

Terdengar suara pintu terbuka, sontak mereka semua menghadap ke arah pintu melihat siapa yang datang, dua sosok remaja datang yaitu perempuan itu memakai dress berwarna biru muda dan lelaki itu memakai celana hitam, dan baju putih lalu rambutnya sedikit berantakan.

"OH MY! ROSSA!?" Pekik Filda, Putri, dan Indi secara bersamaan.

Karena, Rossa masuk dengan Reza.
Raut wajah Faga tiba-tiba seperti menjadi marah, tetap berdiam ditempat nya tak ingin melihat ke arah Rossa dan Reza.

Wajah Rossa memucat, melihat ketiga sahabat nya berada di kafe yang sama dengan dirinya. Dia tersenyum canggung, Reza juga menoleh tetapi dia tetap tak perduli.

"Lo ... ngapain sama Reza?"

●●●
thanks for 20k+ readers👏
love u guys💖

InfasilranKde žijí příběhy. Začni objevovat