Bicara

562 79 7
                                    

"Git, lo dimana?"

Sagita hari ini badmood parah, mana Jeka pake acara nanyain dia dimana. Sagita tau, Jeka sama Satya hari ini ulangan harian kimia. Buat apa lagi dia niat nyariin Sagita kalo bukan buat nanya-nanya soal ulangan kemarin?

Sagita masih kesal sih, soal kemarin. Jeka gak datang kaya yang dijanjiin di grup sebelumnya. Minta tungguin, tapi pas ditunggu orangnya gak muncul-muncul. Satya malah datang, padahal dia bilang agak sibuk hari itu. Lah ini, yang ngebet ngajak janjian gak ada kabarnya, parah sih.

"Kelas."

"Jan boong! Dah gua samper, lu-nya gak ada. Lo dimana?"

Tit.

Dahlah, Sagita lagi malas banget berinteraksi sama Jeka. Masih kesal terus gak mood juga. Bukannya belajar nanti mereka malah berantem lagi terus akhirnya mereka diusir dari perpus. Masalahnya, kalo gak ke perpus, Sagita mau ngadem di mana lagi? Kelas panas, AC di sana sekadar pajangan. Kipas kelas hadiah door prize udah dikuasai biang rusuh. Pegel banget kalo harus ngipasin diri pakai buku, mana ntar ronyok.

Yap.

Sagita ke perpus cuma buat ngadem. Baca buku? Oh tentu tidak, Sagita makhluk nokturnal, tidurnya siang-siang. Guru-guru pada rapat. Mumpung jamkos panjang bebas tugas gini, mending dimanfaatin buat menuhin kebutuhan tidur. Baca bukunya kapan-kapan aja.

Kriet.

Sagita awalnya gak peduli suara pintu perpus dibuka, suara dentuman waktu pintu perpus ditutup, apalagi sosok yang buka. Tapi, rupanya sosok itu duduk di dekat dia dan ganggu acara tidurnya.

"Sagit---bener rupanya. Lo tidur?"

Satya.

Iya, jadi yang berisik daritadi itu Satya sama temennya. Gak berisik yang gimana sih, cuma cukup mengganggu tidur Sagita gitu. Mana Satya kaya nyadar kalo orang yang lagi nelungkup itu dia. Akhirnya dia dipanggil. Sagita males banget sebenernya ngegubris, cuma dia risih juga kalo diomongin gitu. Ya udah, akhirnya dia bangun.

"Hmm...."

"Sorry sorry, kita pindah kalo gitu."

"Gak usah, gapapa."

Sebenernya Sagita senang banget kalo mereka pindah, cuma kesannya jahat banget gak sih? Kaya ngusir gitu kesannya. Jadi, ya udahlah, Sagita ngalah.

"Thanks, Git. Kita gak akan berisik, lo mau lanjut tidur kan?"

"Iya, kembali, Sat."

Satya ngangguk.

Hawanya mendadak gak enak. Temennya Satya kaya agak aneh aja gitu---entah kenapa. Sagita jadi agak risih. Sagita langsung cepat-cepat tidur lagi akhirnya.

"Bisa aja lu, Sat."

"Paan dah?"

Hening.

Suaranya menghilang seiring gelapnya pandangan Sagita. Satya nepatin janjinya buat gak berisik. Sagita jadi leluasa buat tidur. Untung aja yang datang Satya, bukan Jeka.

"Tanya aja! Dia IPA 1 kan? Biar gak cape, ntar lagi nih, Sat."

"Jangan, ntar ganggu! Dia keliatan cape, gak tega gua."

"Ya elah, bentar doang. Bisa lanjut tidur lagi juga."

"Bentar lagi juga semua guru kelar rapat, cuk! Dahlah, sedapatnya aja."

Entah udah berapa lama Sagita tidur. Bangun-bangun, udah dengar Satya sama temennya debat. Entah debatin apa.

"Nah, bangun kan!"

"Malah bagus! Eh, lo kimia udah UH kan?"

Sagita ngangguk. Masih proses ngumpulin nyawa sih, maklum.

"Gimana soalnya?"

"Essai, beranak, ngitung semua."

"Ok, materinya gimana?"

"Persis kaya yang udah diajarin, lo pelajarin ulang aja."

Satya ketawa. Temennya keliatan belum puas sama jawaban Sagita. Ya emang mau gimana? Sagita baru bangun, bentarlah. Dia ngumpulin nyawa dulu.

"Gak, maksud gue, materi apa aja gitu yang keluar? Bisa lo sebutin? Sub bab atau yang spesifik gitu."

Satya tambah ngakak, temennya mulai natap Satya sinis. Sagita mulai mempertanyakan selera humor Satya. Sumpah, dari awal kenal sampai sekarang, makin aneh aja. Masa sama yang beginian aja dia ngakak?

"Tekanan osmosis, fraksi mol, titik didih, titik beku paling banyak sih. Mirip latihan kok seingat gua."

"Ada senyawa gitu terus semua itu yang dicari?"

"Iya."

"Okay, thanks ya, Sagita."

"Iya, sama-sama."

Hanung Sastranegara.

Ah iya, Sagita ingat dia. Saingan Sagita waktu PPDB online. Yap, Hanung sama Sagita sama-sama anak luar daerah. Gak heran sih, daritadi vibes anak ambisnya dapat banget, dia urutan pertama yang keterima di sekolah ini. Nilainya paling tinggi satu angkatan.

"Sat, gua cabut dulu."

"Mane lu?"

"Ngambil catatan sekalian ngasih lo kesempatan."

Sagita heran. Bukannya gimana, gerak-gerik mereka daritadi aneh. Gak salah kan kalo dia penasaran, mereka kenapa?

"Dih, kesempatan paan?"

"Halah! Dahlah, gua cabut."

Hanung langsung cabut gitu aja, ninggalin Satya sama dia berdua di perpus. Sagita masih merasa canggung, padahal kemarin mereka juga begini. Sagita jadi pengen cabut, cuma bingung mau kemana. Tempat yang adem cuma mushola, perpus, UKS. Mau ke mushola, rasanya terlalu jahat aja kalo cuma ngadem di sana. Mau ke UKS, dia gak sakit. Ya udah, akhirnya dia gak jadi pergi.

"Git, yang ini kemarin gimana?"

Sagita agak kaget. Satya kesandung meja terus akhirnya buku yang dia sodorin jaraknya terlalu dekat dari muka Sagita.

"Sorry...."

Satya refleks garuk tengkuknya yang gak gatal. Sumpah, Sagita gak tahan pengen ketawa. Lucu aja gitu.

"Gapapa, yang mana tadi?"

"Ini."

"Oh yang ini...."

Seperti biasa, Sagita langsung jelasin ke Satya dan Satya nyimak dengan seksama. Mood Sagita udah balik lagi. Entah gara-gara apa, tapi Sagita pikir semenjak Satya sama Hanung di sini, dia gak ngerasa badmood lagi.

Eh, tapi masa iya???

----

Sehun as Hanung Sastranegara

It's been a long time, right😂?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

It's been a long time, right😂?

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 20, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

YoutuberWhere stories live. Discover now