CHAPTER 30

115K 4K 240
                                    

IMAJINASIKU GW YG JADI  HUNTER PRESSCOT >>

------------------------------------------------------------------------------------------------------

Chris tampak sibuk menelepon, tapi aku tidak bisa mendengarkan apa yang sedang dibicarakannya. Perhatianku terlalu teralihkan dengan kejadiaan yang baru saja terjadi. Pikiranku masih berusaha mencerna dengan betapa cepatnya masalah tadi terjadi. Dan beberapa detik kemudian, aku mengeluarkan suara tangisan yang sangat memalukan.

"Audrey. Dengarkan aku!" ujar Chris berusaha menenangkanku. Aku mengangguk kepadanya. "Ambulans sedang dalam perjalanan kemari. Dan, aku harus mengambil mobilku terlebih dahulu. Tunggu disini dan tenangkan dirimu." Aku mengangguk sekali lagi kepadanya, dan Chris berlari meninggalkanku dan Hunter.

Perlahan, aku mendekati Hunter yang sekarang sudah tidak lagi bergerak. Awalnya, aku takut kalau Chris melakukan sesuatu yang membahayakan Hunter tapi ketika aku merasakan kalau Hunter masih bernafas – aku mulai merasa agak tenang. Aku memegang wajah Hunter dengan perlahan, dan mendapati darah menetes dari dahinya. Aku juga mendapati sebuah memar baru.

"Hei." Sebuah tangan menepuk bahuku, membuatku menoleh dan mendapati Chris sudah datang bersama mobilnya. "Maafkan aku membuatnya sedikit terluka. Aku harus membuatnya pingsan agar dia tidak dapat melukai dirinya."

Suara seperti tidak bisa keluar untuk menanggapi jawaban Chris, hanya suara isakan tangisanku lah yang terdengar. Tidak beberapa lama kemudian, terdengar suara ambulan datang dan dua petugas rumah sakit menggotong Hunter ke dalam ambulans.

"Hei, Audrey. Aku akan mengurus semuanya disini terlebih dahulu dan kau lebih baik temani dia di dalam ambulans," ujar Chris tersenyum, berusaha menenangkanku.

Aku mengangguk dan segera berlari ke dalam ambulans, dalam hati berterima kasih kepada Chris karena telah membantuku. Ini pertama kalinya aku berada dalam ambulans dalam keadaan sadar, terakhir kali di London – aku sedang tidak sadar dan ini terlihat sangat menakutkan.

"Bagaimana dengan keadaannya?" Aku bertanya, bertepatan dengan tertutupnya pintu dan ambulans mulai bergerak.

"Dia kehilangan darah, tapi dia akan baik–baik saja. Kami hanya perlu membersihkan darahnya dan menjahit lukanya, yang dapat kami lakukan sekarang juga." Salah satu petugas mengatakannya, dan langsung membersihkan luka Hunter. Petugas itu memberitahu orang lainnya untuk memberikan IV drip di tangan Hunter, dan dalam beberapa menit darah di wajah Hunter sudah bersih.

"Luka yang dialami pasien tidak terlalu dalam dan tidak ada organ vital mau pun arteri yang terkena. Mungkin pasien akan mengalami gejala sakit kepala dalam beberapa jam kedepan, dan kami akan menyarankan pasien untuk menginap selama sehari atau dua hari."

Detak jantungku mulai memelan, ketika mendengar penjelasan dari salah satu petugas rumah sakit. Aku berterima kasih kepada petugas tersebut. "Apa dia dapat mendengarku?" tanyaku.

"Pasien sedang tidak sadar karena sebuah pukulan.."

Aku memotong jawaban petugas tersebut. "Apa pukulan itu berakibat vital?" tanyaku dengan khawatir.

"Tidak. Pukulan hanya membuat pasien kehilangan kesadaran dan tidak membahayakan."

Aku mengangguk, merasa lega sekali. Hari ini sangat gila. Banyak kejadiaan gila yang terjadi pada hari ini, dan aku merasakan efeknya sekarang. Kami akhinya sampai di rumah sakit dan aku membiarkan mereka mengurusi Hunter. Ketika, mereka mengatakan kalau Hunter dalam keadaan stabil, aku merasa sudah agak tenang. Aku ingin menelepon Henry dan memberi kabar jika adiknya sedang berada di rumah sakit, ketika aku ingat kalau aku tidak memiliki nomornya. Sebagai gantinya, aku segera menelepon Alexa.

Beauty of Possession (REPOST, FINISH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang