3

7 1 0
                                    

Sulam tiga : air mata yang menangis.

ketika akar ini tumbuh, gelombang hati terpaut sunyi...

Aku hilang dalam guci tak berperi...

Biarkan semuanya terasa sepi, mati dan tak berfungsi...

Cinta, aku tiba saat engkau benar buta...

Aku membelak saat engkau melihatku muak...

Aku melaju saat engkau tak lagi satu...

Untukku!

Maafkan, aku!

Nadia duduk diantara Rasmi dan Nancy. Sedangkan Yuli dan Husna diduk dihadapannya, yang hanya terhalang oleh meja kantin. Istirahat kali ini Nadia sengaja mengumpulkan kawan-kawannya untuk meminta bantuan akan satu hal kepada meraka.

"loe mau minta bantuan apa sama gue," tanya Husna.

"sabar-sabar. Slow girls. Gue pesen siomay dulu yah buat kalian," tegas Nadia.

"ah engga. Gue gak bawa duit. Orang tadi loe minta kumpul buru-buru," ucap Rasmi.

Nadia mengendus napas. "tenang-tenang. Gue yang nyuruh kalian kumpul, berarti gue juga yang bakalan bayarin kalian siomay."

"wih... tumben loe baik banget. Pasti ada maunya nih," ketus Yuli.

"Bang Surip! Bang! Sini." Nadia memanggil Bang Surip, tukang siomay langganan.

"iya ada apa neng," tanya Bang Surip, polos.

"ada apa? Ya aku mau pesen lah bang. Masa mau ngajak abang ngedate. Bang aku pesen siomay enam porsi, yang dua banyak kecapnya!"

"siap neng!"

Husna mengerutkan halisnya. "loh, kok loe pesen enam porsi sih? Kan kita cuman ada lima."

"yaelah, Na. Perutnya Nadia itu ada dua. Masa loe gak tau sih," sambar Yuli.

"iya, bener!" lanjut Nancy.

"udah deh. Kalian jangan nge-bully mulu gue. Makan itu kebutuhan gue. Lagiankan gue sekarang lagi masa pertumbuhan. Gue gak mau badan gue ceking," timbal Nadia.

"jadi loe mau gendut kayak si Dicky, Nad?" ketus Yuli.

"amit-amit! Ngapain gue kayak dia. Gak level!"

"ati-ati loh, jodoh." Sambar Husna.

"apa-an sih! Tapi gini yang sekarang mau gue omongin bareng kalian itu ada sangkut pautnya juga sama dia. Dicky," tegas Nadia.

Mata Rasmi membelak besar. "apa? Tadi loe bilang ogah, kagak satu level! Tapi loe sekarang mau ngomongin dia."

"eh, engga! Jangan asal tampar dulu dong. Yang gue mau omongin itu seirus! Nih, ya. Husna loe masing ingetkan kalau Dicky itu orangnya pendiem, super misterius, konyol, malu-maluin. Tapi pas waktu dia berantem sama gue, dia itu jadi jago ngomong! Sampe-sampe Raihan lebih mihak sama dia dibanding gue! Jadi apa jangan-jangan selama ini dia pendiem itu cuman rekaan belaka. Supaya Raihan bisa bela dia. Terus, gue jadi kepikiran yang waktu dulu gue omongin bareng loe berdua," menunjuk kearah Yuli dan Nancy. "kalau ia itu LGBT. Dia itu punya hubungan penting sama Raihan," jelasnya.

"apa maksud loe? Mana mungkin Raihan LGBT," sentak Yuli.

"kan gue cuman mikir gitu doang Yul. Dan kalau misalkan dia gak punya hubungan sama Dicky. Kenapa dia mesti gak ngebelain gue?"

"loe kayaknya pengen banget dibela. Nih, ya Nad. Loe liat deh ke sekeliling loe. Hampir semua lelaki itu lebih terbuka sama lelaki lagi. Emang ada sih lelaki yang terbuka sama cewe. Cuman beberapa orang doang. Dan lebih dominan yang pertama."

Cinta dan Tugas KimiaWhere stories live. Discover now