3. Foto

10.6K 1.2K 5
                                    

Hari ini aku tuh senang banget, ya meskipun terlepas dari penemuan tadi subuh yang aku temui digugel. Omong-omong soal itu, aku udah berhasil nampar bolak-balik si Kafka yang udah tega-teganya bohongin gadis polos macam aku ini.

Eh, iya. Balik lagi, aku tuh senang banget karena hari ini kantorku ngadain acara buka bersama. Jadinya kan aku bakalan rehat sebentar mendengarkan kultum dari ibu tentang jodoh setiap buka puasa, terus lagi ya di sini tuh menunya banyak banget. Kadang kalau kaya gini tuh aku jadi cinta mati banget sama BosGen aku, alias Boss Gendut, he he he.

"Alhamdulillah~" seruku saat mendengar adzan sudah berkumandang, tapi tunggu deh. Itu..... Itu..... Suara adzannya ngga kaya biasanya taa... taapi masih sama kok Allahuakbar Allahuakbar cuma.... cumaa suaranya itu lho yang bikin aduh lemes kalik aku belum pernah denger aku selama sholat di mushola kantor ini.

"Ayo, Gai. Sholat Maghrib dulu." aku langsung tersadar kala Anna bersuara bahkan akupun tidak sadar jika adzannya sudah selesai. Maka dengan cepat aku langsung meminum airku untuk membatalkan puasa dan memakai mukena yang berada di hadapanku.

Allahuakbar

Allahuakbar

Samiallahuliman hamida

Ya Allah, ini sholatnya boleh aku ulang lagi ngga sih nanti di rumah. Serius deh, aku jadi ngga fokus sama suara imamnya itu.

Setelah selesai, aku kembali melipat mukena milikku sedangkan yang lain sedang menuju ruang serbaguna untuk menikmati makanan yang disajikan. Aku juga ngga tahu kenapa aku se-lelet ini biasanya kalau udah soal makanan, aku maju paling depan. Tapi, mungkin, karena rasa penasaranku dengan imam itu yang membuatku berlama-lama di sini. Siapa tahu kan, siapa tahu gitu dia lewat di depan aku, nabrak aku, jatuhin mukena aku, terus aku ngambilnya bareng-bareng, aku kenalan, nikah deh.

Oooohhhh, if this was a movie.

"Gai, udah belum sih?"

Aku menatap Anna yang masih berada di sampingku. Tolong dihitung ini sudah keberapa kalinya aku mengindahkan kehadirannya?

"Sabar, sabar." aku masih sibuk berbenah sambil berharap dalam hati kalau imam itu bakalan lewat di depanku.

Tapi

Hasilnya nihil.

Aku pun nyerah karena perutku sudah meminta-minta jatah.

"Ayo, Nna." ajakku pada Anna.

HH

Aku mengambil beberapa potong ayam, catat. Beberapa, yang itu artinya adalah banyak. Aku mengambil banyak potong ayam. Dengan lauk lainnya namun kali ini aku menghindari nasi, biar kalau ditanya kenapa ngambil lauknya banyak, ya tinggal bilang 'gue lagi ngga makan nasi' selesai deh.

"Mbak Gaia, mbak. Foto dulu yuk." aku menoleh ke arah Vivi, juniorku. Di tangannya sudah teratur rapi ponsel, tongsis dan teman-temannya itu.

"Ayokkk ayokk." kataku bersemangat, disusul dengan kehadiran Kafka dari arah berlawanan yang sekonyong-konyongnya langsung menjitak dahiku, kencang, serius aku ngga bohong.

"Mau ke mana lu?" tanyanya.

"Foto!"

Setelah selesai foto bersama Vivi. Aku kembali ditawari foto bersama namun kali ini dari Sarah, berikutnya si Dea, setelah itu si Ina. Dan banyak lagi.

Aku langsung kembali duduk di hadapan Anna, di sebelah Kafka.

"Gaia mah calon anak yang gampang diculik." ucap Kafka sambil memakan lauknya.

Aku menatapnya heran.

"Maksudnya?"

"Iya, tinggal diiming-imingi 'Foto kuy' pasti langsung jalan." katanya dengan nada datar namun entah mengapa sampai membuat Anna tertawa bahkan meneteskan air matanya.

"Kafka~~~"

High HopesWhere stories live. Discover now